Skip to main content

Pengertian Sistem Pendidikan Islam


 untuk versi word, klik di sini
BAB I
PENDAHULUAN

      A.    Latar Belakang
Islam terus berusaha keras untuk mengembangkan masa depannya yang lebih cerah dengan melaksanakan transformasi dirinya menjadi suatu “masyarakat belajar”, yakni suatu masyarakat yang memiliki nilai-nilai dimana belajar merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap ada kesempatan bagi setiap warga negara. Sebagai agama yang suci Islam akan terus berupaya untuk selalu menuntut ilmu, karena kesempurnaan agama Islam akan lebih optimal jika Islam mau terus belajar. Banyak sekali ilmu pengetahuan Islam yang dibenarkan oleh para ilmuwan. Ini menunjukkan bahwa agama Islam sudah sangat sempurna hanya saja umat Islam sendiri belum mampu menguasai ajaran yang diturunkan oleh Allah.

Banyak sekali umat Islam yang mengabaikan ajaran agamanya sehingga mereka lebih menguasai ilmu dunia. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena arus globalisasi yang tidak kenal dengan batas dan tempat. Globalisasi sangatlah berdampak bagi kehidupan manusia, baik itu dampak baik maupun dampak buruk. Dampak baiknya bisa berupa mempermudah kita berdakwah dengan cepat, bisa mencari informasi dengan cepat. Disamping itu juga berdampak sangat buruk misalnya proses westernisasi yang tanpa disadari akan sangat mudah masuk ke negara yang berkembang di negara kita. Jika hal ini sudah terjadi maka sudah pasti untuk menyebarkan ilmu pendidikan Islam akan semakin susah.

1
Perkembangan jaman saat ini memang berbanding terbalik dengan perkembangan Islam. Artinya semakin maju jaman, maka semakin banyak umat Islam yang tidak mau tau dengan agamanya. Ini semua adalah keinginan dan impian kau yahudi yang ingin umat Islam hidup seperti kehidupannya yang serba bebas. Tidak perlu bagi kaum yahudi untuk mengajak kita masuk ke agama mereka, namun yang perlu bagi mereka adalah jika kita mau hidup seperti mereka hidup.
Nah, untuk menanggulangi hal ini, maka kita sangat membutuhkan suplemen ampuh yang mampu membasmi masalah tersebut. Ilmu pendidikan Islam sangat dibutuhkan untuk menjadi suplemen bagi kita. Karena degan adanya ilmu ini, maka akan mudah bagi kita untuk melakukan sesuai degan yang diajarkan agama kita. Dan secara otomatis maka akan semakin sulit bagi orang kafir untuk memecahkan persatuan kita.

    B.     Rumusan Masalah
  ü  Apa yang dimaksud dengan ilmu pendidikan Islam?
ü  Bagaimana perkembangan ilmu pendidikan Islam?
ü  Apa-apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup pendidikan Islam?

     C.    Tujuan
ü  Mengetahui pengertian ilmu pendidikan Islam
ü  Mengetahui fungsi ilmu pendidikan Islam
ü  Mengetahui ruang lingkup ilmu pendidikan Islam




BAB II
PEMBAHASAN

     A.    Pengertian Sistem Pendidikan Islam
Sistem pendidikan Islam merupakan tiga kata yang memiliki makna tersendiri dan apabila disatukan maka akan mendapat makna baru. Kata yang pertama adalah kata sistem.

Sistem menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan seh


ingga membentuk suatu totalitas. Maksudnya adalah semua yang berkaitan dan saling berhubungan satu sama lain. Jadi sesuatu yang tidak berkaitan bukanlah sebuah sistem.

Sedangkan menurut beberapa para Ahli:
1.      Menurut Gordon B. Davis;
Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran dan maksud.
2.      Menurut Webster's Unabridged;
Sistem adalah elemen-elemen yang saling berhubungan membentuk satu kesatuan atau organisasi. Dan masih banyak lagi pengertian sistem menurut para ahli.

Pendidikan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Sedangkan menurut para ahli
Kohnstamm dan Gunning (1995): Pendidikan adalah pembentukan hati nurani. Pendidikan adalah proses pembentuka

3
n diri dan penetuan-diri secara etis, sesuai dengan hati nurani.
H.H Horne: Dalam pengertian luas, pendidikan merupakan perangkat dengan mana kelompok sosial melanjutkan keberadaannya memperbaharui diri sendiri, dan mempertahankan ideal-idealnya.

Jadi sistem pendidikan Islam adalah sebuah sistem pendidikan yang mengutamakan pendidikan Islam. Hampir seluruh aktivitas dalam pendidikan akan dikaitkan dengan ajaran Islam. Dalam proses pembelajaran, panduan utama adalah Al-Qur'an dan hadis.

B.     Tujuan Pendidikan Islam
Dalam kehidupan kita, semua tindakan adalah dimulai dengan adanya niat dan tujuan. Tanpa adanya tujuan maka semua aktivitas yang dilakukan tidak akan bisa selesai dengan yang diharapkan. Sementara itu hidup tanpa tujuan hanya akan membuat kita tidak tau arah harus ke mana dan bagaimana untuk menjalani hidup. Begitu juga dalam istilah pendidikan, semuanya harus memiliki tujuan.

Berbicara tentang tujuan pendidikan, erat kaitannya dengan tujuan hidup manusia. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan alat yang digunakan manusia untuk memelihara kehidupannya dalam hal individu maupun masyarakat. Oleh karena itu, tujuan pendidikan harus diarahkan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang sedang dihadapi. Seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Athiyah Al-Abrasyi bahwa tujuan utama dari pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, berjiwa bersih, pantang menyerah, bercita-cita tinggi, dan berakhlak mulia baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu, juga mengerti juga mengerti dengan kewajiban masing-masing, dapat membedakan baik dan buruk, mampu menyusun skala prioritas, menghindari perbuatan tercela, mengingat tuhan, dan mengetahui dalam setiap pekerjaan apa yang dilakukan.[1]

Tujuan pendidikan Islam juga merupakan sebagai suplemen dalam kehidupan orang-orang yang beriman. Semua orang pasti menginginkan dirinya menjadi orang yang penting dalam hidup orang lain. Menguasai ilmu agama dan ilmu yang lainnya sangatlah nikmat karena kita pada dasarnya semua cabang ilmu adalah melahirkan kenikmatan serta kebahagiaan dan apabila diiringi dengan ilmu agama semua kegiatan yang kita lakukan akan terarah.

C.    Pendidik (Guru)
Menurut bahasa guru artinya orang yang pekerjaannya mengajar.[2] Menurut ahli bahasa Belanda, J.E.C. Gericke dan T. Roorda, seperti yang dikutip oleh Hadi Supeno, menerangkan bahwa guru adalah kata yang berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya berat, besar, penting, baik sekali, terhormat, dan pengajar.[3]

Banyak sekali konteks dalam pendidikan Islam yang mengacu pada pengertian guru, seperti Murabbi, mu ’alim, dan mu’addib. Ketiga kata tersebut memiliki fungsi penggunaan yang berbeda-beda. Disamping itu, guru kadang disebut melalui gelarnya, seperti Al-Ustadz, dan As-Sheikh.[4] Dalam hal ini dibahas secara luas oleh Abudin Nata, yaitu kata ‘alim (bentuk jamaknya adalah ‘ulama’) atau mu ’alim, yaitu orang yang mengetahui. Selain itu ada istilah lain, yaitu Mudarris yang berarti pengajar (orang yang memberi pelajaran). Namun secara umum, Mu’alim lebih banyak digunakan daripada kata Mudarris. Sementara itu, kata mu’addib merujuk kepada guru yang secara khusus mengajar di istana. Lain halnya dengan kata Ustadz yang mengacu kepada guru yang khusus mengajar agama Islam. Terakhir, Sheikh digunakan untuk merujuk kepada guru dalam bidang tasawuf.[5]

Guru merupakan komponen yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Keahlian guru dalam bidangnya juga tidak kalah penting karena apabila guru dalam sebuah bidang mengajarkan bidang yang lain, maka proses belajar mengajar tidak akan terlaksana dengan sempurna. Disamping itu kualitas murid-muridnya akan sangat rendah karena ia mengajar apa yang kurang ia pahami.
Rasulullah saw bersabda:
عَنْ أَبِ هُرَيْرة قال: قل رسول الله صلي الله عليه وسلم أِذَا وُسِّدَ الأَمرُ أِلَي غًيْرِ أَهْلِهِ فانتَظِرِ السَّاعَةَ
Dari Abu Hurairah berkata, “Rasulullah saw bersabda, “apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya.”’ (HR. Al-Bukhari)

D.    Peserta Didik (Murid)
Murid merupakan komponen kedua yang sangat penting setelah guru. Murid dan guru adalah syarat minimal harus ada dalam proses pendidikan baik pendidikan umum maupun pendidikan Islam. Murid berhak menerima ilmu dari guru sementara guru berhak dihormati oleh muridnya.

Peserta didik harus berupaya semaksimal mungkin untuk mencari ilmu serta memahaminya. Al-Ghazali menganjurkan untuk mendalami satu cabang ilmu agama karena membawa kepada kebahagiaan abadi.[6] Orang yang mempelajari berbagai macam ilmu biasanya tidak akan maksimal karena kemampuan manusia terbatas.
Dalam diri peserta didik akan mendapat pendidikan secara optimal jika serius dalam proses belajar-mengajar. Dalam konteks ini yang paling berpengaruh adalah:
1.      Perhatian
Menurut stern, 1950: Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek.
2.      Pengamatan
Pengamatan adalah sebuah proses dalam memperhatikan suatu objek. Ini banyak terjadi pada kasus penelitian.
3.      Ingatan
Ingatan adalah kecakapan dalam menerima, menyimpan dan memproduksi suatu ilmu-ilmu yang diperoleh dari sang guru/ ustadz.
E.     Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etimologi, kurikulum adalah kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelajari dan curere yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Tidak jauh berbeda dengan bahasa Prancis, yaitu courier yang artinya berlari. Itulah arti dari asal kata kurikulum dalam bidang olahraga. Sementara dalam bidang pendidikan, kurikulum diartikan sebagai kumpulan subjek yang diajarkan di sekolah atau arah suatu proses belajar. Selain itu, kurikulum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah susunan rencana pembelajaran.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan landasan yang digunakan oleh seorang guru untuk membimbing muridnya ke arah tujuan pendidikan yang diinginkannya. Kurikulum harus sistematis agar murid dengan maksimal bisa memahami pelajaran serta agar kualitas murid yang dihasilkan adalah kualitas yang tinggi.

Dalam Alquran dan Hadis ditemukan kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai pedoman operasional dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam, yaitu:
1. Tauhid
Tauhid sebagai kerangka dasar utama kurikulum harus dimantapkan sejak masih bayi, di mulai dengan memperdengarkan kalimat-kalimat Tauhid seperti azan atau iqamah terhadap anak yang baru dilahirkan. Bila dianalisis materi azan yang dikumandangkan adalah materi pendidikan Islam awal yang diberikan kepada seorang anak dalam transformasi dan internalisasi nilai dalam pendidikan Islam, agar anak senantiasa ter-bimbing ke suasana selaras dengan hakikat penciptanya sebagai pengabdi kepada Allah.
2. Perintah membaca
Membaca merupakan alat sistem perhubungan yang merupakan syarat mutlak terwujudnya dan berkelanjutan dalam suatu sistem sosial.
Firman Allah SWT:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
Artinya: “Bacalah! Dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-A’laq {96}: 1-5).

Pada masa Nabi s.a.w. [611-632 M/12 SH-11 H] kurikulum pendidikan terdiri dari: membaca Alquran, keimanan (rukun iman), ibadah (rukun Islam), akhlak, dasar ekonomi, dasar politik, olah raga dan kesehatan (pendidikan jasmani), membaca serta menulis.

Pada masa Khulafaurrasyidin [632-661 M/12-41 H] dan masa bani Umayyah [661-750 M/41-132 H] kurikulum itu telah bertambah. Secara ringkas, kurikulum pendidikan Islam pada masa ini adalah sebagai berikut:
Di kuttab, diberikan pelajaran membaca Alquran dan menghafalkannya, menulis, ibadah, dan akhlak.
Di sekolah tingkat menengah dan tinggi, pengajaran mencakup: Alquran dan tafsirnya, hadis dan pengumpulannya, fiqh.

Peradaban Islam mengalami puncak keemasan pada pemerintahan al-Ma’mun (813-833 M), yaitu ketika orang-orang Islam menerjemahkan buku-buku Yunani, Persia, India ke dalam bahasa mereka. Proyek besar ini bukan merupakan barang mubazir yang hanya menghiasi rak buku khalifah, tetapi sejarah telah membuktikan dengan lahirnya para sarjana Muslim dari berbagai disiplin ilmu yang namanya masih dikenang hingga saat ini.
Secara rinci kurikulum yang diajarkan pada tingkat pendidikan rendah meliputi:
a) Membaca Al-Qur’an dan menghafalnya.
b) Pokok-pokok agama Islam, seperti wudu, shalat, dan puasa.
c) Menulis.
d) Kisah orang-orang yang besar.
e) Membaca dan menghafal syair-syair.
f) Berhitung.
g) Pokok-pokok nahwu dan Sharaf.

Pada jenjang pendidikan menengah terdapat pelajaran-pelajaran sebagai berikut:
1. Al-Qur’an.
2. Bahasa Arab dan kesusasteraan.
3. Fiqh.
4. Tafsir.
5. Hadis.
6. Nahwu/Sharaf/balaghah.
7. Ilmu-ilmu kealaman.
8. Kedokteran.
9. Musik.

Kurikulum Pendidikan Tinggi
Secara umum lembaga pendidikan tingkat tinggi mempunyai dua fakultas, yaitu:
1) Fakultas ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab. Adapun ilmu-ilmu yang dikaji fakultas ini adalah: tafsir Al-Qur’an, hadis, fiqh, ushul fiqh, nahwu/Sharaf, balaghah, bahasa dan sastra Arab.
2) Fakultas ilmu-ilmu hikmah (filsafat). Fakultas ini mempelajari ilmu-ilmu: mantiq, ilmu-ilmu alam dan kimia, musik, ilmu-ilmu eksakta, ilmu ukur, falak, ilmu-ilmu teologi, ilmu hewan, ilmu-ilmu nabati, dan ilmu kedokteran.

Semua mata pelajaran tersebut diajarkan di perguruan tinggi dan belum dibuat spesialisasi mata pelajaran tertentu. Spesialisasi itu ditentukan setelah tamat dari perguruan tinggi, berdasar potensi dan bakat masing-masing setelah praktik mengajar beberapa tahun. Hal ini dibuktikan oleh Ibn Sina, sebagaimana diterangkan dalam karya Thabaqat Athibba, bahwa Ibn Sina setelah menamatkan pendidikan tingkat menengah dalam usia 17 tahun, ia belajar lagi selama 1,5 tahun. Ibn Sina mengulang membaca mantiq dan filsafat kemudian ilmu-ilmu eksakta dan ilmu-ilmu kealaman. Kemudian ia mengkaji ilmu ketuhanan dengan membaca kitab Ma Wara al-Thabi’ah (metafisik) karya Aristoteles, juga karya-karya al-Farabi. Ibn Sina mendapat kesempatan membaca literatur-literatur di perpustakaan al-Amir, seperti buku-buku kedokteran, bahasa Arab, syair, fiqh, dan sebagainya. Ia membaca literatur-literatur tersebut sampai ia mendapat hasil yang memuaskan. Ibn Sina menyelesaikan studinya dalam usia 18 tahun.

F.     Hal-hal yang Mempengaruhi Sistem Pendidikan
1.      Keluarga.
Proses pendidikan yang pertama sesungguhnya terjadi dalam lingkungan keluarga. Dalam perspektif Islam keluarga adalah pilar pertama dan utama dalam proses pendidikan anak. Karena anak dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah), maka kedua orangtuanya lah yang bertanggung jawab apakah anaknya kelak akan menjadi anak soleh, baik budi, atau “preman Tengik” dan sampah masyarakat.

2.      Globalisasi
Faktor kedua adalah globalisasi yang ditandai dengan perkembangan sangat pesat dalam teknologi komunikasi, transportasi dan perdagangan atau dikenal dengan tripel t (telecommunication, transportation, trade). Tripel t telah menjadikan dunia begitu kecil, nyaris tanpa batas (world bordeless society). Dalam era ini, arus barang manusia dan budaya begitu cepat berlalu lalang.
Namun hal ini sangat berpengaruh dalam pendidikan Islam, karena dalam proses pendidikan Islam, segala macam teknologi telah dimanfaatkan demi kelancaran dalam penyampaian dan pemahaman pendidikan Islam.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sistem pendidikan Islam adalah sebuah sistem yang mana di dalam membahas tentang pendidikan, yang diutamakan adalah Al-Qur'an dan Al-Hadis. Pendidikan Islam memiliki kurikulum tersendiri. Kurikulum berubah sesuai dengan perkembangan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan Islam sungguh mengikuti perkembangan teknologi dengan memanfaatkan teknologi sebagai media dalam proses pendidikan Islam.
B.     Saran
Marilah kita tingkatkan pendidikan Islam kita agar kita senantiasa terjaga dan dilindungi oleh Allah SWT. Namun kita juga dianjurkan untu

11
k belajar dengan pendidikan yang lain, yakni pendidikan umum. Karena pendidikan umum juga sangat berpengaruh dalam pendidikan Islam.



DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2004
Gultom, Syawal. Pendidikan Anak Bangsa. Medan: Cipta Pustaka, 2009
Minarti, Sri. Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoritis-Filosofis dan Aplikasi Normatif. Jakarta: Amzah 2013





[1] Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulang Bintang, 1970), hlm 103.
[2] Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997),  hlm. 330.
[3] Hadi Supeno, Potret Guru, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), hlm. 26.
[4] Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, (Jakarta: Tri Genda Karya, 1993), hlm 167
[5] Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru Murid: Studi Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001). Hlm. 41 – 42.
[6] Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoritis-Filosofis dan Aplikatif-Normatif. (Jakarta: Imprint Bumi Aksara). Hlm. 128

Comments

Popular posts from this blog

ALAT PERAGA DAN MEDIA PEMBELAJARAN

untuk versi word klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Jika kita melihat dinamika kehidupan ini, kita sudah tentu pasti melihat bahwa dunia ini terus mengalami perubahan demi perubahan. Perubahan tersebut adalah cenderung perubahan yang membawa ke hal yang lebih baik dari sebelumnya. Kita misalkan saja pada masalah teknologi yang semakin berkembang pesat menjadikan kita dituntut untuk mampu mengikuti arus tersebut. Mengikuti arus perkembangan zaman sangat perlu kita lakukan agar kita tidak termasuk orang yang tertinggal yang disebut kuno. Terkhusus untuk perkembangan teknologi, perkembangan ini sangat mempengaruhi berbagai bidang kehidupan kita di dunia hampir pada seluruh aspek kehidupan kita, baik itu dalam bidang sosial, budaya dan sebagainya. Begitu juga dalam dunia pendidikan, kita sangat membutuhkan teknologi demi kemajuan pendidikan yang lebih baik daripada sebelumnya. Dengan masuknya teknologi dalam dunia pendidikan, lembaga atau instansi pendidikan

Sistem Numerasi

Untuk versi word lebih jelas :), klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang             Konsep bilangan dan pengembangannya menjadi sistem angka muncul jauh sebelum adanya pencatatan sejarah, sehingga evolusi dari sistem itu hanyalah merupakan dugaan semata. Petunjuk mengenai awal manusia mengenal hitungan ditemukan oleh arkeolog Karl Absolom pada tahun 1930 dalam sebuah potongan tulang serigala yang diperkirakan berumur 30.000 tahun. Pada potongan tulang itu ditemukan goresan-goresan kecil yang tersusun dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas lima, seperti lllll lllll lllll. Sehingga  tidak diragukan lagi bahwa orang-orang primitif sudah memiliki pengertian tentang bilangan dan mengerjakannya dengan metode ijir (tallies), menurut suatu cara korespondensi satu-satu. Ijir adalah sistem angka yang berlambangkan tongkat tegak.             Jadi dapat kita buktikan bahwa orang orang terdahulu telah mengenal tulisan namun mereka tikak menggunakanangka untuk menghitung

Makalah Kurikulum 1994

untuk versi word klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan pendidikan. Secara sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara pemberian nilai pencapaian belajar di kurun waktu tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu kurikulum sudah barang tentu bukan perkara gampang. Banyak faktor yang menentukan dalam proses lahirnya sebuah kurikulum. Dalam merancang kurikulum biasanya dibentuk suatu tim kerja khusus yang dapat berupa lembaga resmi, misalnya seperti Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Kurikulum sampai saat ini sebagai satu-satunya lembaga resmi bermandat menelurkan kurikulum bagi sekolah penyelenggara pendidikan nasional Indonesia. T