Skip to main content

Pemerintahan Pada Masa Umayyah di Barat

versi word lebih jelas, klik di sini untuk download
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejarah telah menuliskan, bahwa pada masa yang silam kemajuan peradaban manusia terjadi pada masa kekuasaan Islam di hampir semua belahan dunia. Disaat di Eropa sedang berada dalam masa kegelapan (the darkness), di dunia Islam sendiri sedang berada dalam masa kejayaan. Baghdad dan Cordova merupakan salah satu bukti betapa tinggi dan majunya peradaban Islam pada masa itu. Pada masa kekuasaan Khalifah Bani Umayyah al Muntashir di Andaluisa, selain istana-istana yang megah, jalan-jalan sudah diperkeras dan diberi penerangan pada malam hari, padahal pada saat itu di London hampir tidak ada satupun lentera yang menerangi jalan, dan di Paris di musim hujan lumpur bisa mencapai mata kaki.
Dari sisi ilmu pengetahuan, tidak hanya dari kalangan muslim sendiri, orang-orang barat pun telah mengakui, bahwa sebagian besar dasar-dasar ilmu pengetahuan di lahirkan oleh para ilmuwan muslim. Begitu pula dengan masa kebangkitan Eropa yang tidak lepas dari pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, dimana para pelajar-pelajar dari Eropa telah dikirim ke Baghdad dan Cordova untuk menggali ilmu pengetahuan di sana. Di bidang-bidang ilmu keIslaman, perkembangan sastra dan bahasa Arab secara meluas terjadi pada masa Umayyah. Selain itu lahir pula ulama-ulama besar.
Oleh karena itu, meneliti kembali sejarah Bani Umayyah menjadi penting adanya, sebab peradaban masa kini merupakan bagian dari rantai sejarah yang tidak putus dan dengan meneliti dan memahami sejarah peradaban Islam pada masa Bani Umayyah II di Andalusia kita akan dapat memetakan rentetan sejarah peradaban Islam yang merupakan bagian dari rantai evolusi hingga masa kini.
B.     Rumusan Masalah
1.      Proses Berdirinya Dinasti
2.      Khalifah-khalifah bani umayyah di barat(spanyol)
3.      Perkembangan Dinasti Dalam Kebijakan Orientasi Politik
4.      Pembentukan Sosial Masyarakat Dan Ekonomi
5.      Proses Tentang Kehancuran Dinasti Dan Dampak Kehancuranya


BAB II
PEMERINTAHAN PADA MASA UMAYYAH DIBARAT(SPANYOL)

A.    Keadaan Masyarakat Andalusia Sebelum datangnya Islam
Sebelum datangnya Islam bangsa Goths yang menguasai Iberia   memeluk agama Nasrani aliran Arianism, yakni aliran keyakinan keagamaan yang berdasarkan ajaran Patriarch Arius (wafat 366) dari Constantinopel. Arianism ini dianut oleh bangsa Goths Timur (Ostrogoths) maupun oleh bangsa Goths Barat (Visigoths), sewaktu mereka mulai menyebar dari daerah kediamannya di dataran tinggi Karphatia. (Yoesoef Sou’yb, 1984 : 3). Thiudareiks dan pasukannya menyerbu serta menguasai semenanjung Italia pada tahun 489 M. Dalam penguasaan Thiudareiks ini sikap toleransi agama dijalankan dan kaum Ortodoks Katholik dan orang-orang Yahudi merasa terlindungi. Bangsa Yahudi pada masa sebelumnya selalu ditindas oleh penguasa Kristen dimanapun juga, karena keyakinan Ilahiat yang dianut agama Yahudi itu sangat bertentangan dengan keyakinan Ilahiat yang dianut Kristen. Akan tetapi dengan berkuasanya bangsa Goth Timur yang menganut ajaran Arianism yang memiliki kesamaan ajaran maka orang-orang Yahudi mendapat toleransi beragama.

Pada Tahun 325 M, sidang Gereja sedunia yang pertama dalam sejarah Kristen, memutuskan bahwa Athanasianism itu sebagai ajaran yang resmi dalam agama Kristen yaitu keyakinan tentang Trinity Faith. Selanjutya Konsili Nicae pada tahun 325 M memutuskan bahwa Arianism itu adalah ajaran bid’ah (heresy) dan para pengikutnya mesti dibasmi serta segala literaturnya mestilah dimusnahkan. Semenjak abad 4 M imperium Roma sudah melaksanakan keputusan Konsili Nicae yaitu membasmi ajaran Unitary Faith, akan tetapi mereka tidak mampu menjangkau bangsa Goths terutama Goths Barat (Yoesoef Sou’yb, 1984 : 4).

Sewaktu panglima Euriks dengan pasukannya maju dari Hungaria arah ke barat dan lalu merebut bagian selatan Perancis dan membangun Kingdom of Visigoths (466-507 M) disitu, mereka masih mempertahankan keyakinan Unitary Faith. Atas bujukan Paus dari Vatikan raja Clovis dari Frankish mempersiapkan pasukan untuk menyerang kerajaan Goths Barat. Clovis melakukan persiapan selama sebelas tahun dan pada tahun 507 M bangsa Goths dapat dikalahkan. Tetapi sejak 507 M bangsa Goths Barat sudah membangun kerajaan di semenanjung Iberia dibawah pimpinan Panglima Gesalrik (507-522 M), dengan ibukota di Toledo. Mereka masih mempertahankan ajaran Unitary Faith, hal itu bertahan bahkan sampai pada pemerintahan raja Reccared I (586-601 M).


politik:
Sebelum kedatangan Islam ke Andalusia dikatakan telah berlakunya pergaduhan di antara witiza, raja Visigoth dan Roderick. Roderick adalah seorang raja yang tamak dan sukakan hiburan. Pada suatu ketika pergaduhan pernah berlaku diantara Roderic dan Julian. Ini kerana Roderic telah mencabul anak Gabenor Ceuta iaitu Florinda. Ternyata kerajaan Andalusia sebelum kedatangan Islam telah pun porak-peranda. Kekejaman dan kezaliman yang dilakukan oleh pembesar-pembesar Andalus amat tidak digemari rakyat-rakyat mereka.

EKONOMI:
Ekonomi di Andalusia dikuasai oleh golongan-golongan bangsawan mereka dan membentuk system “latifundia”(tuan tanah) menyebabkan penindasan terhadap glongan bawahan. Penindasan terhadap golongan bawahan menyebabkan ramai diantara mereka terpaksa menjadi hamba.



B.     Proses Berdirinya Dinasti Dan Mengenal Khalifah-Khalifahnya
Sebutan Daulah Umayyah berasal dari nama “Umayyah ibn ‘Abdi Syams ibn Abdi Manaf, kakek buyut khalifah pertama Bani Umayah.[1] Salah seorang pemimpin suku Qurasy pada zaman Jahiliyah. Proses terbentuknya kekhalifahan Bani Umayyah dimulai sejak khalifah Utsman bin Affan tewas terbunuh oleh tikaman pedang Humran bin Sudan pada tahun 35 H/656 M. Pada saat itu ia mulai menguasai beberapa wilayah salah satu wilayah yang di kuasai oleh bani umayyah yaitu spanyol/andalusia.
Spanyol/Andalusia di kuasai oleh umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M) salah seorang khalifah Daulah Umayyah yang berpusat di Damaskus.[2] Bani Umayyah merebut Spanyol dari bangsa Gothia pada masa khalifah al Walid ibn ‘Abd al Malik (86-96/705-715). Penaklukan Spanyol diawali dengan pengiriman 500 orang tentara muslim dibawah pimpinan Tarif ibn Malik pada tahun 91/710. Pengiriman pasukan Tarif dilakukan atas undangan salah satu raja Gothia Barat, dimana salah satu putri ratu Julian yang sedang belajar di Toledo (ibu kota Visigoth) telah diperkosa oleh raja Roderick. Karena kemarahan dan kekecewaannya, umat Islam diminta untuk membantu melawan raja Roderick. Pasukan Tarifa mendarat di sebuah tempat yang kemudian diberi nama Tarifa. Ekspedisi ini berhasil, dan Tarifa kembali ke Afrika Utara dengan membawa banyak Ghanimah. Musa ibn Nushair, Gubernur Jenderal al Maghrib di Afrika Utara pada masa itu, kemudian mengirimkan 7000 orang tentara di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Ekspedisi II ini mendarat di bukit karang Giblartar (Jabal al Thariq) pada tahun 92/711. Sehubungan Tentara Gothia yang akan dihadapi berjumlah 100.000 orang, maka Musa Ibn Nushair menambah pasukan Thariq menjadi 12.000 orang.[3]
Pertempuran pecah di dekat muara sungai Salado (Lagund Janda) pada bulan Ramadhan 92/19 Juli 711. Pertempuran ini mengawali kemenangan Thariq dalam pertempuran-pertempuran berikutnya, sampai akhirnya ibu kota Gothia Barat yang bernama Toledo dapat direbut pada bulan September tahun itu juga. Bulan Juni 712 Musa ibn Nushair berangkat ke Andalusia membawa 18.000 orang tentara dan menyerang kota-kota yang belum ditaklukan oleh Thariq sampai pada bulan Juni tahun berikutnya. Di kota kecil Talavera Thariq menyerahkan kepemimpinan kepada Musa, dan pada saat itu pula Musa mengumumkan bahwa Andalusia menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Penaklukan Islam di Andaluisa oleh Thariq hampir meliputi seluruh wilayah bagiannya, keberhasilannya tidak terlepas dari bantuan Musa ibn Al Nushair.[4]
Ketika Daulah Bani Umayyah Damaskus runtuh pada tahun 132/750, Andalusia menjadi salah satu provinsi dari Daulah Bani Abbas. Salah satu pangeran Dinasti Umayyah yang bernama Abd al Rahman ibn Mu’awwuyah, cucu khalifah Umawiyah kesepuluh Hisyam Ibn Abd al Malik berhasil melarikan diri dari kejaran-kejaran orang-orang Abbasiyah setelah runtuhnya pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus dan menginjakan kaki di Spanyol. Atas keberhasilannya meloloskan diri ia diberi gelar al Dâkhil.
Keberhasilan pemuda 21 tahun itu, merupakan sejarah menarik dalam sejarah peradaban islam. Dalam pengepungan yang dilakukan oleh pengikut Abbasyiah, ia berhasil lolos dan bersembunyi dirumah seorang arab badui ditepi sungai Euffart, akan tetapi para pengepung itu muncul dekat dengan tempat persenbunyiannya lalu Abdurrahman mencuburkan diri kesungai dan selamat sampai keseberang. Lolos dari pengepungan itu Abdurrahman ke Spanyol setelah melewati Palestina, Mesir, dan Afrika Utara selama 5 tahun, tetapi ketika di Afrika Utara ia hampir dibunuh oleh gubernur setempat.
Kedatangan Abdurrahman di bumi Spanyol disambut baik oleh penduduk di beberapa kota di bagian selatan, dan menjadikannya sebagai penguasa mereka. Misalnya, Sidona dan Sevilla. Akan tetapi ada juga penguasa yang tidak menyukai kedatangan abdurrahman yaitu Yusuf ibn Rahman Al-fihri, gubernur Spanyol (Andalusia) waktu itu. Ketika Abdurrahman dan pengikutnya ke Coedoba. Yusuf al-fihri mempersiapkan pasukannya untuk menghadang Abdurrahman, dan kedua pasukan ini bertemu di Bakkah.
Pada tahun 138/756 al Dâkhil berhasil menyingkirkan Yusuf ibn Abd al rahman al Fihri yang menyatakan diri tunduk kepada dinasti Bani Abbas, dan sejak saat itu ia memporklamirkan bahwa Spanyol lepas dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas. Al Dâkhil memproklamirkan diri sebagai khalifah dengan gelar amîr al mu’minîn. Sejak saat itulah babak kedua kekuasan Dinasti Ummayah dimulai. Pemerintahan Bani Umayyah Spanyol (Bani Umayyah II) merupakan pemerintahan pertama yang memisahkan diri dari dunia pemerintahan Islam Dinasti Abbasiyah. Pendirinya adalah Abdurrahman ad Dakhil bin Mu’awiyah bin Hisyam bin Abd Malik al Umawi.
 Karena pengaruhnya semakin besar dan keadaan berada dibawah kendalinya, maka Abu ja’far al Manshur mengirimkan pasukannya beberapa kali untuk mengalahkan Abdurrahman. Namun, usahanya untuk mengalahkan Abdurrahman selalu tidak berhasil. Karena itulah, dia memberinya gelar “Shaqr Quraisy” karena dia sangat kagum padanya dan akhirnya berhenti memeranginya. Dengan demikian, maka dimulailah peradaban Islam baru di Spanyol yang dinamakan Dinasti Umayyah Spanyol (Umayyah II).

C.   PERIODE KEAMIRAN UMAYYAH

Urutan Nasab Amir Umayyah di Spanyol

1)      Abdur Rahman I (172-180 H/788-796 M)
Pada tahun 255 Abdur Rahman tiba di Spanyol. Abdur Rahman berhasil memenangkan peperangan di Masarrat sehingga ia menduduki tahta kekuasaan Spanyol sebagai bagian dari kekuasaan dinasti Umayyah di Damaskus. Semenjak menjabat sebagai penguasa Spanyol, Abdur Rahman menghadapi berbagai gerakan pemberontakan internal. Gangguan pihak luar yang terbesar adalah serbuan pasukan Papin, seorang raja Perancis dan putranya yang bernama Charlemagne.  Namun pasukan pengganggu ini dapat dikalahkan oleh kekuatan Abdur Rahman. Belum selesai menangani aksi pemberontakan ia keburu meninggal dunia pada tahun 172 H/788 M., sebelum Amirat Umayyah di Spanyol ini berdiri tegak.

2)      Hisyam I (172-180 H/788-796 M)
Abdur Rahman digantikan oleh putranya yang bernama Hisyam I (172-180 H/788-789 M). Ia merupakan penguasa yang lemah-lembut dan administratur yang liberal. Ia mestilah menghadapi pemberontakan yang dilancarkan oleh saudaranya sendiri di Toledo, yakni Abdullah dan Sulaiman. Pemberontakan ini dapat ditaklukkan oleh Hisyam. Selanjutnya Hisyam mengarahkan perhatiannya ke wilayah utara. Umat Kristen yang tidak hentinya melancarkan gangguan keamanan ditindasnya sekaligus berhasil mengalahkan kekuatan Perancis. Kota Norebonne ditaklukkannya, sementara suku-suku yang tinggal di Calicia mengajukan perundingan perdamaian.

3)      Hakam (180-207 H/796-822 M)
Sepeninggal Hisyam, Hakam menggantikan kedudukannya. Banyak gerakan pemberontakan yang harus dihadapinya. Di antaranya adalah yang dilancarkan Abdullah yang meminta bantuan kepada, Chrarlemagne, raja Frangka. Ia berhasil menguasai Toledo, saudaranya yang bernama Sulaiman menguasai Valencia. Pada saat ini Louis dan Charles berhasil menyusup ke wilayah muslim, sedang Alfonso, panglima suku Calicia, menyerbu kota Aragon.

4)      Abdur Rahman II (207-238 H/522-852 M)
Abdur Rahman mewarisi kejayaan dan kemakmuran yang diciptakan oleh pendahulunya, Hakam. Kerusuhan yang terjadi pada saat ini antara lain ditimbulkan oleh umat Kristen didaerah pedalaman yang dikepalai pimpinan suku Leon, juga terdapat serbuan bangsa Normandia terhadap wilayah pantai Spanyol. Kedua kekuatan ini dapat dikalahkan. Pada masa pemerintahan Abdur Rahman II selama 30 tahun ini, perekonomian rakyat mengalami kemajuan dan kemakmuran. la sangat mencintai seni, kepustakaan, dan berusaha membangun Cordoba sebagai Bagdad II. Ia mendirikan sejumlah istana, taman, dan menghiasi ibukota dengan berbagai bangunan mesjid yang indah. Banyak ilmuwan berkumpul di istananya, yang sebagian mereka berasal dari Bagdad.



5)      Muhammad I (238-273 H/853-886 M)
Muhammad rnenggantikan kedudukan ayahnya, Abdur Rahman II. Pada masa ini masyarakat Kristen Toledo dengan bantuan pimpinan suku Leo bangkit menentang Muhammad. Pasukan Muhammad menumpas kekuatan pemberontak dalam pertempuran di Cuadelet. Di Cordoba timbul gerakan perusuh. Muhammad segera menempuh langkah-langkah pengamanan ibukota ini dengan menumpas semua kekuatan pemberontak. Kekacauan di pusat pemerintahan ini dimanfaatkan oleh bangsa Perancis dengan menciptakan gangguan di wilayah utara, dan oleh Normand ia yang melancarkan serbuan terhadap wilayah pantai Spanyol. Kedua kekuatan asing ini dapat dikalahkan oleh pasukan Muhammad I. Pada akhir masa pemerintahannya.

6)      Munzir (273-275 H/886-888 M)
Munzir merupakan penguasa yang enerjik dan pemberani. Seandai ia berusia panjang, niscaya ia cukup mampu menegakkan kedamaian dan ketertiban negara. Munzir memimpin sendiri pasukan untuk menghadapi kekuatan Umar lbn Hafsun. la keburu meninggal sebelum berhasil mengamankan negara dari gangguan para pemberontak.

7)      Abdullah (273-300 H/888-912 M)
Abdullah merupakan saudara Munzir. Menurut lbn al-Athir, “pada masa ini timbul gerakan pemberontakan dan kerusuhan di segenap penjuru wilayah Spanyol. Kondisi ini berlangsung sejak awal masa pemerintahan Abdullah hingga berlangsung sejak awal masa pemerintahan Abdul¬lah hingga berakhir”. la tidak hanya mendapat perlawanan dari masyarakat Spanyol pedalaman, tetapi kelompok Aistokratis Arab juga menentangnya. Pertengkaran yang sengit terjadi antar kalangan Arab, kalangan Saville, kalangan Elvire. Pertengkaran ini sangat mengancam kekuasaan raja. Umar lbn Hafsun memanfaat kondisi pertengkaran ini dengan upaya memperluas wilayah kekuasaannya hingga mendekati batas ibukota. Abdullah mengerahkan pasukannya untuk menumpas gerakan pemberontakan di bawah pimpinan Obaydullah. Pemberontakan yang terbesar selama ini, yakni pemberontakan Umar lbn Hafsun berhasil dikalahkan oleh pasukan Obaydullah, sehingga pemberontakan kecil lainnya segera tunduk kepadanya. Tahta kerajaan berhasil ditegakkannya.



  1. Khalifah-Khalifah Bani Umayyah Di Barat (Spanyol)
Al Dâkhil berhasil meletakan sendi dasar yang kokoh bagi tegaknya Daulah bani Umayyah II di Spanyol. Pusat kekuasan Umayyah di Spanyol dipusatkan di Cordova sebagai ibu kotanya. Al Dâkhil berkuasa selama 32 tahun, dan selama masa kekuasaannya ia berhasil mengatasi berbagai masalah dan ancaman, baik pemberontakan dari dalam maupun serangan musuh dari luar. Ketangguhan al Dâkhil sangat disegani dan ditakuti, karenanya ia dijuliki sebagai Rajawali Quraisy. Pada masa didirikannya dinasti Umayyah II ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik dibidang politik maupun bidang peradaban.Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Ausath.Bani Umayyah II mencapai puncak kejayaannya pada masa al Nashir dan kekuasaannya masih tetap dapat dipertahankan hingga masa kepemimpinan Hakam II al Muntashir (350-366/961-976).
Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesahidan (Martyrdom)[5]. Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi[6]
Namun ada yang berpendapat pada masa ini dibagi menjadi dua yaitu masa Ke Amiran (755-912) dan masa ke Khalifahan (912-1013).[7] Jadi Gelar yang digunakan pada masa dinasti ini adalah Amîr, dan ini tetap dipertahankan oleh penerusnya sampai awal pemerintahan amir kedelapan Abd al Rahman III (300-350/912-961). Proklamasi Khilafah Fathimiyyah di Ifriqiyah (297/909), serta merosotnya kekuatan Daulah Abasiyyah sepeninggal al Mutawakkil (232-247/847-861) mendorong Abd al rahman III untuk memproklamasikan diri sebagai khalifah dan bergelar amîr al mu’minîn.[8] Ia juga menambahkan gelar al Nashir dibelakang namanya mengikuti tradisi dua khalifah lainnya. Jadi penggunaan khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Muktadir, Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilainnya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada masa ini ada tiga orang yaitu Abd al-Rahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M). 
    Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd al-Rahman al-Nasir mendirikan universitas Cordova. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. 
Kekuasaan Umayyah mulai menurun setelah al Muntashiru wafat. Ia digantikan oleh putera mahkota Hisyam II yang baru berusia 10 tahun. Hisyam II dinobatkan menjadi khalifah dengan gelar al Mu’ayyad. Muhammad ibn Abi Abi Amir al Qahthani yang merupakan hakim Agung pada masa al Muntashir berhasil mengambil alih seluruh kekuasaan dan menempatkan khalifah dibawah pengaruhnya. ia memaklumkan dirinya sebagai al Malik al Manshur Billah (366-393/976-1003) dan ia terkenal dalam sejarah dengan sebutan Hajib al Manshur.
Kekuasaan Hakim Agung al Manshur diteruskan oleh Abd al Malik ibn Muhammad yang bergelar al Malik al Mudhaffar (393-399/1003-1009). Pada masa selanjutnya al Mudhaffar digantikan oleh Abd al rahman ibn Muhammad yang bergelar al Malik al Nashir li Dinillah (399/1009) dan sejak saat itu kestabilan politik Umayyah mulai merosot dengan terjadinya berbegai kemelut di dalam negeri yang akhirnya meruntuhkan dinasti Umayyah.

  1. Perkembangan Dinasti Dalam Kebijakan Orientasi Politik
  1. Dijaman Muawiyah Tunisia
Pada jaman ini dapat ditaklukkan. Disebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai kesungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke Ibu Kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abd Al-Malik, dia menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Baikh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Mayoritas penduduk dikawasan ini kaum Paganis. Pasukan islam menyerang wilayah Asia Tengah pada tahun 41H / 661M. pada tahun 43H / 663M mereka mampu menaklukkan Salistan dan menaklukkan sebagian wilayah Thakaristan pada tahun 45H / 665M. Mereka sampai kewilayah Quhistan pada tahun 44H / 664M. Abdullah Bin Ziyad tiba dipegunungan Bukhari. Pada tahun 44H / 664M para tentaranya datang ke India dan dapat menguasai Balukhistan,Sind, dan daerah Punjab sampai ke Maitan.
  1. Dijaman Al-Walid Ibn Abd Abdul Malik
Ekspansi kebarat secara besar-besaran dilanjutkan dijaman Al-Walid Ibn Abd Abdul Malik (705M-714M). Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat islam merasa hidup bahagia, tidak ada pemberontakan dimasa pemerintahanya. Dia memulai kekuasaannya dengan membangun masjid Jami’ di Damaskus. Masjid Jami’ ini dibangun dengan sebuah arsitektur yang indah, dia juga membangun Kubbatu Sharkah dan memperluas masjid Nabawi, disamping itu juga melakukan pembangunan fisik dalam skala besar. Pada masa pemerintahannya terjadi penaklukan yang demikian luas, penaklukan ini dimulai dari Afrika utara menuju wilayah barat daya, benua eropa yaitu pada tahun 711M. Setelah Al Jazair dan Maroko dapat ditaklukkan, Tariq Bin Ziyad pemimpin pasukan islam dengan pasukannya menyebrangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan Benua Eropa dan mendarat disuatu tempat yang sekarang dikenal nama Bibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan, dengan demikian Spanyol menjadi sasaran ekspansi. Selanjutnya Ibu Kota Spanyol Kordova dengan cepatnya dapat dikuasai, menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Sevi’e, Elvira, dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova. Pasukan islam memperoleh dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Pada masa inilah pemerintah islam mencapai wilayah yang demikian luas dalam rentang sejarahnya, dia wafat pada tahun 96H / 714M dan memerintah selama 10 tahun.
  1. Dijaman Umar Ibn Ab Al-Aziz
Masa pemerintahannya diwarnai dengan banyak Reformasi dan perbaikan. Dia banyak menghidupkan dan memperbaiki tanah-tanah yang tidak produktif, menggali sumur-sumur baru dan membangun masjid-masjid. Dia mendistribusikan sedekah dan zakat dengan cara yang benar hingga kemiskinan tidak ada lagi dijamannya. Dimasa pemerintahannya tidak ada lagi orang yang berhak menerima zakat ataupun sedekah. Berkat ketaqwa’an dan kesalehannya, dia dianggap sebagai salah seorang Khulafaur Rasyidin. Penaklukan dimasa pemerintahannya pasukan islam melakukan penyerangan ke Prancis dengan melewati pegunungan Baranese mereka sampai ke wilayah Septomania dan Profanes, lalu melakukan pengepungan Toulan sebuah wilayah di Prancis. Namun kaum muslimin tidak berhasil mencapai kemenangan yang berarti di Prancis. sangat sedikit terjadi perang dimasa pemerintahan Umar. Dakwah islam marak dengan menggunakan nasehat yang penuh hikmah sehingga banyak orang masuk islam, masa pemerintahan Umar Bin Abd Aziz terhitung pendek.
  1. Dijaman Hasyim Ibn Abd Al-Malik (724-743M)
Pemerintahannya dikenal dengan adanya perbaikan-perbaikan dan menjadikan tanah-tanah produktif. Dia membangun kota Rasyafah dan membereskan tata administrasi. Hasyim dikenal sangat jeli dalam berbagai perkara dan pertumpahan darah. Namun dia dikenal sangat kikir dan pelit. Penaklukan dimasa pemerintahannya yang dipimpin oleh Abdur Rahman Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeau, Poitiers, dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun dalam peperangan yang terjadi diluar kota Tours, Al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Prancis pada tahun 114H / 732M. peristiwa penyerangan ini merupakan peristiwa yang sangat membahayakan Eropa.
Meskipun keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan Ibn Ali ketika dia naik Tahta yang menyebutkan bahwa persoalan pergantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi dikalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.

  1. Pembentukan Sosial Masyarakat Dan Ekonomi
  1. Sistem Sosial (Arab dan Mawali)
Meskipun sering kali terjadi pergolakan dan pergumulan politik pada masa pemerintahan Daulah Bani Umayyah, namun terdapat juga usaha positif yang dilakukan daulah ini untuk kesejahteraan rakyatnya.
Diantara usaha positif yang dilakukan oleh para khilafah daulah Bani Umayyah dalam mensejahterakan rakyatnya ialah dengan memperbaiki seluruh system pemerintahan dan menata administrasi antara lain organisasi keuangan ini bertugas mengurusi masalah keuangan Negara yang dipergunakan untuk:
  1. Gaji pegawai dan tentara serta gaya tata usaha Negara.
  2. Pembangunan pertanian, termasuk irigasi.
  3. Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang
  4. Perlengkapan perang
Disamping usaha tersebut Daulah Bani Umayyah memberikan Hak dan perlindungan kepada warga Negara yang berada dibawah pengawasan dan kekuasaannya. Masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dan kesewenangan. Oleh karena itu Daulah ini membentuk lembaga kehakiman. Lembaga kehakiman ini dikepalai oleh seorang ketua Hakim (Qathil Qudhah). Seorang hakim (Qadli) memutuskan perkara dengan ijtihadnya. Para hakim menggali hukum berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Disamping itu kehakiman ini belum terpengaruh atau dipengaruhi politik, sehingga para hakim dengan kekuasaan penuh berhak memutuskan suatu perkara tanpa mendapat tekanan atau pengaruh suatu golongan politik tertentu.
  1. Sistem Ekonomi
Bidang-bidang ekonomi yang terdapat pada jaman Bani Umayyah terbukti berjaya membawa kemajuan kepada rakyatnya yaitu:
a.      Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan terhadap pembangunan sektor pertanian, beliau telah memperkenalkan system pengairan bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian.
b.      Dalam bidang industri pembuatan khususnya kraftangan telah menjadi nadi pertumbuhan ekonomi bagi Umayyah.
  1. Proses Tentang Kehancuran Dinasti Dan Dampak Kehancuranya
1.      Proses Tentang Kehancuran Dinasti
Keruntuhan Bani Umayyah diawali dengan pemecatan al Mu’ayyad sebagai khalifah oleh sejumlah pemuka-pemuka Bani Umayyah. Kemudian para pemuka tersebut bersedia mengangkat al Nashir sebagai khalifah. Akan tetapi pada kenyataanya dengan turunnya al Mu’ayyad perebutan kursi khilafah menjadi tidak bisa dihindari. Dalam tempo 22 tahun terjadi 14 kali pergantian khalifah, yang umumnya melalui kudeta, dan lima orang khalifah diantaranya naik tahta dua kali. Daulah Umawiyah akhirnya runtuh ketika Khalifah Hisyam III ibn Muhammad III yang bergelar al Mu’tadhi (418-422/1027-1031) disingkirkan oleh sekelompok angkatan bersenajata. Adapun faktor lain yang menyebabkan keruntuhan dari Bani Umayyah di barat (spanyol) yaitu :
a.      Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.[9]

b.       Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Jika di tempat-tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para mukalaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, di samping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.[10]

c.        Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian[11] Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

d.      Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan ini.[12]



e.       Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. la selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dan Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana[13]

2.      Dampak dari kehancuran bani umayyah
Setelah sekian lama mengalami masa-masa kehancuran akhirnya Dinasti Bani Umayyah benar-benar mengalami kehancuran. Kehancuran ini terjadi pada masa pemerintahan Marwan bin Muhammad setelah memerintah lebih kurang 6 tahun (744-750) M). Kehancuran dinasti Bani Umayyah ditandai dengan kekalahan Marwan bin Muhammad dalam pertempuran zab hulu melawan pasukan Abu Muslim al-Khurasani pada tahun 748 M. Pada peristiwa ini terjadi pembersihan etnis terhadap anggota keluarga Bani Umayyah. Sementara yang tersisa masih hidup, terus dikejar kemudian dibunuh. Bahkan Marwan bin Muhammad yang sempat melarikan diri dapat ditangkap dan kemudian dibunuh oleh pasukan Abu Muslim al-Khurasani.
Pertikaian dan pembunuhan ini menimbulkan kekacauan sosial dan politik, sehingga negara menjadi tidak aman dan masyarakat yang pernah merasa tersisih bersatu dengan kelompok Abu Muslim dan Abul Abbas. Bergabungnya masyarakat untuk mengalahkan kekuatan Bani Umayyah, menandai berakhirnya masa-masa kejayaan Bani Umayyah, sehingga sekitar tahun 750 M Bani Umayyah tumbang. Adapun sebab – sebab utama terjadinya kehancuran dinasti Bani Umayyah adalah sebagai berikut :
1.      Terjadinya persaingan kekuasaana di dalam anggota keluarga Bani Umayyah
2.      Tidak ada pemimpin politik dan militer yang handal yang mampu mengendalikan kekuasaan dan menjaga keutuhan negara.
3.      Munculnya berbagai gerakan perlawanan yang menentang kekuasaan Bani Umayyah, antara lain gerakan kelompok Syi’ah.
4.      Serangan pasukan Abu Musim al-Khurasani dan pasukan Abul Abbas ke pusat-pusat pemerintahan dan menghancurkannya.


BAB III
PENUTUP
  1. Simpulan
Daulah bani umayyah didirikan oleh umayyah ibn abdi syams ibn abdi manaf. Pada periode kepemimpinannya bani umayyah telah menguasai beberapa daerah salah satu daerah yang dikuasai oleh bani umayyah adalah spanyol sejarah peradaban Islam pada masa Bani Umayyah II di Andalusia. Spanyol/Andalusia di kuasai oleh umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M). Pada masa kekuasaan Khalifah Bani Umayyah al Muntashir di Andaluisa, selain istana-istana yang megah, jalan-jalan sudah diperkeras dan diberi penerangan pada malam hari, padahal pada saat itu di London hampir tidak ada satupun lentera yang menerangi jalan, dan di Paris di musim hujan lumpur bisa mencapai mata kaki. Khalifah-khalifah yang berkuasa pada masa bani umayyah di spanyol adalah :
1.      Abdurrahman ad Dakhil (755-788 M)
2.      Al Hakam bin Hisyam (796-821 M)
3.      Abdurrahman ibnul Hakam (821-852 M)
4.      Muhammad bin Abdurrahman (852-886 M)
5.      Abdullah bin Muhammad (889-912 M)
6.      Abdurrahman bin Muhammad (912-961 M)









DAFTAR PUSTAKA

Amin, mansyur.2004.sejarah peradaban islam. Bandung : Indonesia Sprit Foundation
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004
Jurji Zaidan, Tarikh al-Tamaddun al-Islami, juz III, Kairo: Dara l-Hilal, tt
Miridi. Sejarah kebudayaan islam. PT Karya Tona Putera. 2003. Semarang
Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Lesfi, 2004
Supriyadi Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Pustaka Setia. 2008. Bandung
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam(Dirasah Islamiyyah II), Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003.
Zubaidah Siti. Sejarah Peradaban Islam. Wal Ashri Publhising. Medan 2013














[1] Dr. Hj. Siti zubaidah, M. Ag . sejarah peradaban islam. Hal  141
[2] Badri yabtim, Sejarah Peradaban Islam,( PT: Gravindo Persada, 2003)hal.87
[3] Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Lesfi, 2004), hal 80.
[4] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004), hal 70.

[5] Jurji Zaidan, Tarikh al-Tamaddun al-Islami, juz III, (Kairo: Dara l-Hilal, tt), hlm. 200
[6] Badri Yatim, Op, Cit,  hal 95
[7] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Penada Media, 2003) Hal, 119
[8] Ahmad Salabi, Mausu’ah al Tarikh wa al Hadlarah al Islamiyah, (Kairo: Al-Maktabah al Misriyah, 1982), Juz 4, hal 59-60.
[9] Badri Yatim, Op, Cit, hal 107
[10] Badri Yatim, Ibid.
[11] Lutfi abd al-Badi, Op, Cit, hlm. 25
[12] Ahmad Al-Usayri,  Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar, 2004), hlm. 345
[13] Ahmad Al-Usayri, Ibid,  hlm. 346

Comments

Popular posts from this blog

ALAT PERAGA DAN MEDIA PEMBELAJARAN

untuk versi word klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Jika kita melihat dinamika kehidupan ini, kita sudah tentu pasti melihat bahwa dunia ini terus mengalami perubahan demi perubahan. Perubahan tersebut adalah cenderung perubahan yang membawa ke hal yang lebih baik dari sebelumnya. Kita misalkan saja pada masalah teknologi yang semakin berkembang pesat menjadikan kita dituntut untuk mampu mengikuti arus tersebut. Mengikuti arus perkembangan zaman sangat perlu kita lakukan agar kita tidak termasuk orang yang tertinggal yang disebut kuno. Terkhusus untuk perkembangan teknologi, perkembangan ini sangat mempengaruhi berbagai bidang kehidupan kita di dunia hampir pada seluruh aspek kehidupan kita, baik itu dalam bidang sosial, budaya dan sebagainya. Begitu juga dalam dunia pendidikan, kita sangat membutuhkan teknologi demi kemajuan pendidikan yang lebih baik daripada sebelumnya. Dengan masuknya teknologi dalam dunia pendidikan, lembaga atau instansi pendidikan

Sistem Numerasi

Untuk versi word lebih jelas :), klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang             Konsep bilangan dan pengembangannya menjadi sistem angka muncul jauh sebelum adanya pencatatan sejarah, sehingga evolusi dari sistem itu hanyalah merupakan dugaan semata. Petunjuk mengenai awal manusia mengenal hitungan ditemukan oleh arkeolog Karl Absolom pada tahun 1930 dalam sebuah potongan tulang serigala yang diperkirakan berumur 30.000 tahun. Pada potongan tulang itu ditemukan goresan-goresan kecil yang tersusun dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas lima, seperti lllll lllll lllll. Sehingga  tidak diragukan lagi bahwa orang-orang primitif sudah memiliki pengertian tentang bilangan dan mengerjakannya dengan metode ijir (tallies), menurut suatu cara korespondensi satu-satu. Ijir adalah sistem angka yang berlambangkan tongkat tegak.             Jadi dapat kita buktikan bahwa orang orang terdahulu telah mengenal tulisan namun mereka tikak menggunakanangka untuk menghitung

Makalah Kurikulum 1994

untuk versi word klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan pendidikan. Secara sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara pemberian nilai pencapaian belajar di kurun waktu tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu kurikulum sudah barang tentu bukan perkara gampang. Banyak faktor yang menentukan dalam proses lahirnya sebuah kurikulum. Dalam merancang kurikulum biasanya dibentuk suatu tim kerja khusus yang dapat berupa lembaga resmi, misalnya seperti Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Kurikulum sampai saat ini sebagai satu-satunya lembaga resmi bermandat menelurkan kurikulum bagi sekolah penyelenggara pendidikan nasional Indonesia. T