Untuk versi word, klik di sini
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagian orang berpendapat bahwa mengajar dalam pendidikan
anak pra sekolah bukanlah pekerjaan yang sukar. Anggapan seperti inilah yang
sering menjadi penyebab kegagalan dalam mengajar. Karena di samping persiapan
mengajar yang matang, seorang yang mendidik anak prasekolah dituntut untuk
memahami atau memperhatikan perkembangan Psikologi Anak berdasarkan usianya.
Hal ini akan berpengaruh pada teknik mengajar yang harus digunakan sesuai
dengan perkembangan usia mereka.
Dari berbagai ahli yang menyusun tentang tingkat
perkembangan anak, ada dua model yang sangat berpengaruh dalam pengajaran
pendidikan anak prasekolah. Dengan mempertimbangkan batasan umum, maka dalam
pembahasan ini pun dibatasi sampai pada usia pra-remaja dengan perkembangan
normal.
Perkembangan sosial dalam pendidikan anak prasekolah
merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan
sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma- norma kelompok,
moral, dan tradisi. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses
perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai
aspek kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat. Dalam proses
perkembangannya ada ciri- ciri yang melekat dan menyertai anak- anak tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Setelah melihat dari latar belakang, maka pemakalah memiliki
rumusan masalah yaitu:
1.
Apa yang dimaksud dengan
pendidikan/ belajar prasekolah?
2.
Bagaimana karakter anak
prasekolah?
3.
Bagaimana ciri-ciri
anak-anak prasekolah?
4.
Bagaimanakah perkembangan
pendidikan anak prasekolah?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:
1.
Untuk meningkatkan mutu
pendidikan/ belajar prasekolah.
2.
Agar guru dan orang tua
tahu karakter anak usia dini.
3.
Agar siswa dan guru mampu
memaksimalkan prestasi anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN ANAK PRA
SEKOLAH
Prasekolah (bahasa Inggris: pre-school) merupakan pilihan
pendidikan bagi kanak-kanak sebelum memasuki sekolah. Early Childhood adalah
anak yang berusia sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun. Batasan ini sering
kali dipergunakan untuk merujuk anak yang belum mencapai usia sekolah dan
masyarakat menggunakanya sebagai tipe Prasekolah.
Pendidikan prasekolah adalah satu program yang menyediakan
pengalaman pembelajaran kanak-kanak yang berumur 4-6 tahun dalam jangka masa
satu tahun atau lebih sebelum masuk ke tahun pertama di sekolah formal. Konsep
yang digunakan ialah "Belajar Sambil Bermain" dengan menekankan
"Pembelajaran Bertema". Kaedah pembelajaran ialah meliputi aktivitas
kelas, aktivitas kumpulan dan aktivitas individu.
Pendidikan prasekolah bertujuan menyuburkan potensi
kanak-kanak dalam semua aspek perkembangan, menguasai kemahiran asas dan
memupuk sikap positif sebagai persediaan untuk masuk ke sekolah dasar.
B.
CIRI ANAK PRA
SEKOLAH
1)
Ciri Fisik Anak Prasekolah.
Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang
berada dalam tahapan sebelumnya.
a)
Anak prasekolah umumnya
aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan
sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
b)
Setelah anak melakukan
berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, sering kali anak
tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang
tenang diperlukan anak.
c)
Otot-otot besar pada anak
prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena
itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit
seperti misalnya, mengikat tali sepatu.
d)
Anak masih sering mengalami
kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil
ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
e)
Walaupun tubuh anak lentur,
tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak (soft). Hendaknya
berhati-hati bila anak berkelahi dengan teman-temannya, sebaiknya dilerai,
sebaiknya dijelaskan kepada anak-anak mengenai bahannya.
f)
walaupun anak lelaki lebih
besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya
dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki
apabila ia tidak terampil, jauhkan dari sikap membandingkan anak
lelaki-perempuan, juga dalam kompetisi ketrampilan seperti apa yang disebut
diatas.
2)
Ciri Sosial Anak Prasekolah
a)
Umumnya anak pada tahapan
ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka
umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan
teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian
berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
b)
Kelompok bermain cenderung
kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat
berganti-ganti.
c)
Anak lebih mudah seringkali
bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar. Parten (1932) dalam social
participation among praschool children melalui pengamatannya terhadap anak yang
bermain bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial:
-
Tingkah laku unoccupied
anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain
dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.
-
Bermain soliter anak
bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan, berbeda dari apa yang
dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka berusaha untuk tidak saling
berbicara.
-
Tingkah laku onlooker anak
menghasilkan tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa
yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama.
-
Bermain pararel anak-anak
bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama
dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi
dengan cara tidak saling bergantung.
-
Bermain asosiatif anak
bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing
anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
-
Bermain Kooperatif anak
bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada pemimpinannya, masing-masing
anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan, misalnya main toko-tokoan, atau
perang-perangan.
3)
Ciri Emosional Pada Anak
Prasekolah
Anak pra sekolah cenderung mengekspreseikan emosinya dengan
bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia
tersebut. Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali
memperebutkan perhatian guru.
4)
Ciri Kognitif Anak
Prasekolah
Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian
dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak
diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar
yang baik. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat,
kesempatan, mengagumi dan kasih sayang.
Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973)
menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan
cara sebagai berikut:
a)
Lakukan interaksi sesering
mungkin dan bervariasi dengan anak.
b)
Tunjukkan minat terhadap
apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
c)
Berikan kesempatan kepada
anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
d)
Berikan kesempatan dan
dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri.
e)
Doronglah anak agar mau
mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku.
f)
Tentukan batas-batas
tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
g)
Kagumilah apa yang dilakukan
anak.
h)
Sebaiknya apabila
berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
C.
PERKEMBANGAN
PENDIDIKAN ANAK PRASEKOLAH
Pada prosesnya anak memiliki kesempatan yang sama untuk
mengembangkan berbagai kegiatan jasmani. Pada usia tiga tahun anak mampu
melakukan berbagai gerakan-gerakan yang telah bagus, seperti melempar menaiki
tangga dan berlari. Sebagai orang tua dan guru harus memiliki potensi untuk
mendorong untuk perkembangan kognitif dan motorik anak tersebut. Dengan
demikian perlu adanya perencanaan pendidikan untuk anak Prasekolah sehingga
kognitif dan motorik anak dapat terarahkan dengan baik.
Untuk merancang pendidikan anak, para orang tua dan guru
perrlu berpikir agar tidak terlalu banyak menuntut keterampilan di luar kemampuan
anak. Setiap hari anak-anak membutuhkan latihan kegiatan jasmani yang disertai
kebugaran dan aktivitas yang tinggi, tetapi kecendrungan anak saat ini lebih
banyak melakukan kegiatan pasif seperti menonton atau duduk diam di bangku atau
kursi.
Dengan demikian perencanaan yang harus dilakukan guru dan
orang tua untuk mendorong perkembangan jasmani anak-anak antara lain:
memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain, menyediakan fasilitas yang
merangsang pergerakan motorik kasar dan halus.
Ada beberapa bentuk kurikulum yang dikembangkan oleh para
ahli dalam pendidikan
yakni:
1.
Kurikulum terpisah, artinya
dalam setiap mata pelajaran mempunyai kurikulum tersendiri dan satu dengan yang
lainnya tidak ada keterkaitannya, karena masing-masing mata pelajaran mempunyai
organisasi yang terintegrasi.
2.
Kurikulum saling berkaitan,
ialah antara masing-masing mata pelajaran mempunyai keterkaitan, dan
keterkaitan itu dapat dirasakan oleh anak pada saat belajar, untuk dapat
diintegerasikan.
3.
Kurikulum terintegrasai,
adalah seluruh mata pelajaran merupakan satu kesatuan yang utuh atau bulat.
Dari kurikulum ini anak akan menndapati pengalaman yang sangat luas.
4.
Berkaitan dengan beberapa
kurikulum di atas yang menjadi pokok-pokok pendidikan yang harus diberikan
kepada anak adalah ajaran agama, sebagai contoh ajaran agama islam. Ajaran
agama Islam yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
akidah, ibadah, dan akhlak.
D.
Karakteristik Anak
Usia Dini
Karakteristik anak usia dini antara lain:
1.
Memiliki rasa ingin
tahu yang besar
Seperti yang terlihat setiap individu memiliki rasa ingin
tahu dan tidak ada seorangpun yang tidak memiliki rasa ingin tahu sama sekali, seorang
anak akan terlihat rasa keingintahuannya di saat ia mulai bertanya hal-hal yang
ia lihat, dengar, amati dan sebagainya. Jika rasa ingin tahu anak tinggi maka
ia akan lebih aktif bertanya, anak yang rasa ingin tahunya sedang maka ia hanya
akan bertanya tentang hal tertentu yang menarik baginya sedangkan anak yang
rasa ingin tahunya rendah ia hanya akan bertanya di saat ke adaan memaksanya
untuk bertanya karena ia lebih banyak diam atau tidak begitu aktif.
Rasa ingin tahu pada individu untuk mengenal lingkungannya
sudah terlihat sejak bayi, bentuk penguasaan lingkungan tersebut di perlihatkan
saat anak berguling,menjangkau,duduk,berdiri,berjalan,dan berbicara. Bayi akan
memalingkan anggota tubuhnya terhadap rangsangan cahaya,dan bunyi-bunyi benda
di sekitar mereka. Bayi semenjak memiliki rasa ingin tahu mereka memiliki
kapasitas untuk melakukan sesuatu yang baru,asli dan menakjubkan, ‘Shapiro’
mengatakan bahwa sejak awal kehidupan bayi mempunyai rasa ingin tahu tentang
duniannya.
Bayi yang sehat banyak menghabiskan waktu mengeksplorasi,
menginvestigasi,mengembangkan bahasa,dan bertanya secara terus menerus,
pentingnya menstimulasi rasa ingin tahu anak agar menjadi pondasi untuk tingkah
laku yang lebih kompleks seperti berpikir logis,pemecahan masalah dan
kompetensi sosial.
Bredkamp (1987) mengatakan bahwa bayi dan usia dini belajar
dengan mengeksperimen lingkungan melalui melihat, mendengar,mencoba,tersenyum
dan merasa dan menggerakkan anggota tubuh dan belajar melalui interaksi social.
Reaksi bayi mengekspresikan ke ingin tahuannya dengan
menegangkan otot muka,membuka mulut,menjulurkan lidah dan mengerunyutkan dahi.
Reaksi keingintahuan juga di perlihatkan bayi melalui mengamati,menjangkau dan
memeriksa tangan dengan memegang menggoyangkan segala sesuatu yang ada dalam
jangkauan mereka. Pertambahan usia dan pengalaman anak menjadikan rasa ingin
tahu mereka semakin besar yang mana rasa ingin tahu yang ada pada anak tidak
hanya mengenai dirinya tetapi juga lingkungannya.
Mayesky mengatakan bahwa setiap anak memiliki cara sendiri
dalam merespon terhadap dunianya. Mereka menginvestigasi dan menemukan sesuatu
dan mereka sangat kreatif dalam menemukan jawaban atas pertanyaan atau
permasalahan yang muncul dari rasa ingin tahu merek, anak juga secara aktif
mencari penertian dunia mereka, situasi yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu
anak bervariasi.
2.
Merupakan pribadi
yang unik
Perkembangan bagi setiap anak sebagai individu mempunyai
sifat yang unik. Dalam hal ini Saufrock dan Yussen (1972:17) menyatakan sebagai
berikut
“Each us develops some other individuals, and like
individuals, like some other individuals, and like no other individuals”.
(Rohman Wahab, 1998/1999:10-11).
Pernyataan di atas maksudnya bahwa masing-masing individu
berkembang dengan cara-cara tertentu, seperti semua individu yang lain, seperti
beberapa individu yang lain, dan seperti tidak ada individu yang lain.
Jadi di samping adanya kesamaan-kesamaan umum dalam
pola-pola perkembangan yang dialami oleh setiap individu, terjadinya vanasi
individual dalam perkembangan anak bisa terjadi pada setiap saat. Hal ini
terjadi karena perkembangan itu sendiri merupakan suatu proses perubahan yang
kompleks, melibatkan berbagai unsuryang saling berpengaruh satu sama lain.
Sesuai dengan konsep anak sebagai individu, perkembangan
juga merupakan suatu proses yang sifatnya menyeluruh (holistik). Maksudnya
bahwa perkembangan itu terjadi tidak hanya dalam aspek yang saling terjalin
(interwoven) satu sama lain. (Rohman Wahab, 1998/1999:15).
Secara garis besar, proses perkembangan individu dapat
dikelompokan ke dalam tiga domain; proses biologis, kognitif, dan psikososial
(Santrock dan Yussen, 1992; Seifert dan Hoffnung, 1991). Ketiga domain proses
perkembangan tersebut merupakan sesuatu yang terpadu dan saling berpengaruh
satu sama lain.
3.
Masa paling potensi
untuk belajar
Berdasarkan hasil penelitian sekitar 50% kapabilitaas
kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun,8 0% telah
terjadi perkembangan yang pesat tentang jaringan otak ketika anak berumur 8
tahun dan mencapai puncaknya ketika anak berumur 18 tahun, dan setelah itu
walaupun dilakukan perbaikan nutrisi tidak akan berpengaruh terhadap
perkembangan kognitif.
Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun
waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun
waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga periode ini merupakan periode kritis bagi
anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh
terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa
emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewatkan berarti habislah
peluangnya.
Menurut Byrnes, pendidikan anak usia dini akan memberikan
persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah
menghadapi masa sekolah. “Saat ini, beberapa taman kanak-kanak sudah meminta
anak murid yang mau mendaftar di sana sudah bisa membaca dan berhitung. Di masa
TK pun sudah mulai diajarkan kemampuan bersosialisasi dan problem solving.
Karena kemampuan-kemampuan itu sudah bisa dibentuk sejak usia dini,” jelas
Byrnes.
Selanjutnya menurut Byrnes, bahwa pendidikan anak usia dini
itu penting, karena di usia inilah anak membentuk pendidikan yang paling bagus.
Di usia inilah anak-anak harus membentuk kesiapan dirinya menghadapi masa
sekolah dan masa depan. Investasi terbaik yang bisa Anda berikan untuk
anak-anak adalah persiapan pendidikan mereka di usia dini.
4.
Menunjukkan sikap
egosentris
Sifat yang umumnya muncul pada usia 15 bulanan (atau saat
anak sudah sadar akan dirinya/self awareness) ini disebabkan oleh
ketidakmampuan si kecil dalam melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain.
Jadi semua masalah akan diteropong dari kaca mata dirinya. Lantaran sifat ini
juga, anak batita selalu “here and now.”
Bila ingin sesuatu harus didapat saat itu juga alias tidak
mau menunggu. Misal, saat ia minta es krim pada malam hari ya dia enggak mau
tahu harus mendapatkannya saat itu juga. Contoh lain, si kecil merebut mainan
temannya. Meski temannya menangis, ia tidak peduli karena ia “berprinsip” “saya
suka, saya mau, maka saya harus dapatkan”
Bila dilihat dari perkembangan kognitif, sifat egois akan
menghilang saat usia anak 6 tahun. Karena semakin besar anak, lingkungan sosial
akan menuntut anak untuk sadar akan lingkungan, selain sadar diri. Nah, pada
saat usianya menginjak 3 tahun, sebenarnya anak sudah mulai sadar akan tuntutan
sosial tersebut namun perlu stimulasi dari orangtua.
Egosentris yang dibiarkan terus---dalam arti anak selalu
mendapatkan apa yang diinginkannya tanpa mempertimbangkan adanya aturan-aturan
sosial---bisa menetap sampai si kecil beranjak dewasa dan anak akan dicap buruk
oleh lingkungan.
E.
Pengertian
Pendidikan Anak Usia Dini
Program pada Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan
yang menentukan terbentuknya kepribadian anak. Proses pendidikan usia dini
terjadi sejak anak dalam kandungan,masa bayi hingga anak berumur kurang lebih
delapan tahun. Pendidikan ini diberikan dengan
melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu perkembangan dan pertumbuhan jasmani dan rohani .Agar
anak dapat memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut baik
melalui pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Dengan demikian,jenis
kegiatannya dapat berupa taman kanak-kanak,kelompok bermain,penitipan anak,dan
kegiatan lain yang dijiwai oleh ciri lembaga atau institusinya. Oleh karena itu
materi kegiatannya dapat berhubungan dengan agama, budi pekerti, etika, moral,
toleransi, keterampilan, gotong-royong, keuletan, kejujuran dan sifat yang lain
yang semuanya dimasukkan dalam sebuah permainan.
Pendidikan yang ideal dan baik semestinya dilakukan sejak
anak lahir sampai remaja (Rousseau) dengan dikembalikan kepada alam atau
pendekatan secara alamiah. Jika anak dapat bersatu dengan alam akan ia akan
bahagia dan akan tumbuh rasa ingin tahunya. Anak sebaiknya dapat berkembang
secara wajar tanpa hambatan. Orangtua harus memberikan kebebasan sesuai dengan
bakatnya. Menurut pendapat Marun Lauther (1483-1546) keluarga merupakan
institusi yang paling penting bagi pendidikan anak. Lauther mendorong para
orangtua untuk membimbing anak dalam pendidikan agama sejak di rumah .Sedangkan
menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan berisi penanaman nilai budi pekerti,nilai
seni,nilai budaya,kecerdasan,keterampilan dan agama. Sistem among adalah cara
pendekatan,atau metode pendidikan yang paling tepat dilakukan di
Indonesia,bahkan dikatakan “Pendidikan adalah hamba anak”,ini membuktikan bahwa
pendidikan harus melayani dan memberi kebebasan pada anak agar senang.
F.
Pentingnya PAUD
Menurut JJ.Rousses (1712-1778) mengatakan bahwa proses
pendidikan yang baik dan idel dilakukan sejak anak lahir sampai remaja.
Orangtua perlu memberikan kebebasan pada anak agar anak berkembang secara
wajar. J.H. Pestalozzi (1746-1827)
mengatakan bahwa pendidikan adalah pengaruh dari panca indera dan melalui
pengalaman. Maka potensi yang dimiliki anak dapat berkembang.
Belajar yang baik adalah mengenal berbagai konsep melalui
pengalaman antara lain: melalui kegiatan menghitung,mengukur,merasakan,dan
menyentuh atau meraba. Ibu mempunya tanggung jawab yang terbesar dalam mendidik
anak. Prinsip yang paling penting adalah belajar melalui bermain.
Program pendidikan anak usia dini yang dianggap penting
antara lain:
1.
Menciptakan berbagai jenis
permainan yang mengandung nilai agama, kedisiplinan, moral, keterampilan,
kesehatan, sosial, dan hal-hal yang menyenangkan.
2.
Menanamkan pentingnya
kesehatan,gizi,dan olahraga bagi anak usia dini melalui
kegiatan,wisata,jalan-jalan,dan pengenalan alam atau lingkungang.
3.
Membentuk pribadi anak
melalui cerita, dongeng, nyanyian, gambar,contoh perilaku,dan film yang
edukatif.
4.
Menyediakan sarana dan
prasarana pendidikan yang cukup,supaya anak usia dini dapat bermain,
berimajinasi atau berkhayal, dan berkreativitas secara bebas. Sarana atau media
pendidikan ini dapat dibuat sendiri dengan menggunakan benda atau barang yang
ada di lingkungannya.
5.
Menyiapkan tenaga pendidik
dan profesional yang mampu dan terampil mendidik,membimbing dan mengelola
pendidikan anak usia dini.
6.
Membuka sekolah setingkat
sekolah menengah kejuruan yang tamatannya dapat mendidik,dan membimbing serta
mengelola pendidikan anak usia dini.
7.
Merintis program wajib
belajar mulai usia empat tahun (usia taman kanak-kanak)
8.
Menyediakan dana yang cukup
untuk pendidikan usia dini di tiap
propinsi dan pusat,dana itu selain untuk menunjang program juga untuk biaya
penelitian.
9.
Menentukan beberapa
propinsi untuk dijadikan uji coba pengembangan program pendidikan usia dini
dengan berbagai model.
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan prasekolah adalah satu program yang menyediakan
pengalaman pembelajaran kanak-kanak sebelum masuk ke tahun pertama di sekolah
formal. Konsep ini menekankan belajar sambil bermain. Pendidikan prasekolah
bertujuan menyuburkan potensi kanak-kanak dalam semua aspek perkembangan,
menguasai kemahiran asas dan memupuk sikap positif sebagai persedian untuk
masuk ke sekolah dasar. Tetapi pemilihan sekolah yang tepat bagi anak-anak juga
harus di pikirkan dengan matang.
Pemilihan sekolah sebagai lembaga yang memberikan layanan
pendidikan anak usia dini menjadi hal yang harus diperhatikan, mengingat banyak
sekolah yang masih belum menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan anak
Beberapa diantaranya masih menerapkan pembelajaran konvensional
yang satu arah. Anak masih dijadikan objek pembelajaran, bukan subjek
pembelajaran sehingga. kretaivitas anak seperti digembok. Belum lagi, peletakan
bermain yang hanya sebagai selingan kegiatan belajar, bukan inti pembelajaran.
Padahal lewat bermain-lah anak dapat belajar karena pelajaran bagi seorang anak
ialah bermain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah
Muhammad Abdul Muthy. (2007). Quantum Parenting: Cara cerdas mengoptimalkan
daya inovasi dan kreativitas anak anda. Surakarta: Quala Smart Media.
Adi W.
Gunawan. (2006). Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bredekamp, Sue and Copple, Carol. (1997). Developmentally Appropriate Practice
in Early
Childhood
Programs. Washington, D.C: A 1996-97 NAEYC Comprehensive Membership
Benefit. National
Association for the Education of Young Children
Gopnik,Alison,
dkk. (2006). Keajaiban Otak Anak: Rahasia cara balita mempelajari benda,
bahasa, dan manusia. Bandung: Mizan Media Utama.
Isjoni. (2006).
Model Pembelajaran yang
Efektif bagi Pendidikan
Anak Usia Dini.
Comments
Post a Comment