Skip to main content

Makalah Belajar Anak Pra Sekolah

Untuk versi word, klik di sini
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebagian orang berpendapat bahwa mengajar dalam pendidikan anak pra sekolah bukanlah pekerjaan yang sukar. Anggapan seperti inilah yang sering menjadi penyebab kegagalan dalam mengajar. Karena di samping persiapan mengajar yang matang, seorang yang mendidik anak prasekolah dituntut untuk memahami atau memperhatikan perkembangan Psikologi Anak berdasarkan usianya. Hal ini akan berpengaruh pada teknik mengajar yang harus digunakan sesuai dengan perkembangan usia mereka.
Dari berbagai ahli yang menyusun tentang tingkat perkembangan anak, ada dua model yang sangat berpengaruh dalam pengajaran pendidikan anak prasekolah. Dengan mempertimbangkan batasan umum, maka dalam pembahasan ini pun dibatasi sampai pada usia pra-remaja dengan perkembangan normal.
Perkembangan sosial dalam pendidikan anak prasekolah merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma- norma kelompok, moral, dan tradisi. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat. Dalam proses perkembangannya ada ciri- ciri yang melekat dan menyertai anak- anak tersebut.

B.     Rumusan Masalah
Setelah melihat dari latar belakang, maka pemakalah memiliki rumusan masalah yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dengan pendidikan/ belajar prasekolah?
2.      Bagaimana karakter anak prasekolah?
3.      Bagaimana ciri-ciri anak-anak prasekolah?
4.      Bagaimanakah perkembangan pendidikan anak prasekolah?
C.    Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:
1.      Untuk meningkatkan mutu pendidikan/ belajar prasekolah.
2.      Agar guru dan orang tua tahu karakter anak usia dini.
3.      Agar siswa dan guru mampu memaksimalkan prestasi anak.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN ANAK PRA SEKOLAH
Prasekolah (bahasa Inggris: pre-school) merupakan pilihan pendidikan bagi kanak-kanak sebelum memasuki sekolah. Early Childhood adalah anak yang berusia sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun. Batasan ini sering kali dipergunakan untuk merujuk anak yang belum mencapai usia sekolah dan masyarakat menggunakanya sebagai tipe Prasekolah.
Pendidikan prasekolah adalah satu program yang menyediakan pengalaman pembelajaran kanak-kanak yang berumur 4-6 tahun dalam jangka masa satu tahun atau lebih sebelum masuk ke tahun pertama di sekolah formal. Konsep yang digunakan ialah "Belajar Sambil Bermain" dengan menekankan "Pembelajaran Bertema". Kaedah pembelajaran ialah meliputi aktivitas kelas, aktivitas kumpulan dan aktivitas individu.
Pendidikan prasekolah bertujuan menyuburkan potensi kanak-kanak dalam semua aspek perkembangan, menguasai kemahiran asas dan memupuk sikap positif sebagai persediaan untuk masuk ke sekolah dasar.

B.     CIRI ANAK PRA SEKOLAH
1)      Ciri Fisik Anak Prasekolah. Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.
a)      Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
b)      Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, sering kali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.
c)      Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti misalnya, mengikat tali sepatu.
d)     Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
e)      Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak (soft). Hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan teman-temannya, sebaiknya dilerai, sebaiknya dijelaskan kepada anak-anak mengenai bahannya.
f)       walaupun anak lelaki lebih besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila ia tidak terampil, jauhkan dari sikap membandingkan anak lelaki-perempuan, juga dalam kompetisi ketrampilan seperti apa yang disebut diatas.

2)      Ciri Sosial Anak Prasekolah
a)      Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
b)      Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
c)      Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar. Parten (1932) dalam social participation among praschool children melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial:
-          Tingkah laku unoccupied anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.
-          Bermain soliter anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan, berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka berusaha untuk tidak saling berbicara.
-          Tingkah laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama.
-          Bermain pararel anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung.
-          Bermain asosiatif anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
-          Bermain Kooperatif anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan, misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.

3)      Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah
Anak pra sekolah cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut. Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.

4)      Ciri Kognitif Anak Prasekolah
Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang.
Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut:
a)      Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b)      Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
c)      Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
d)     Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri.
e)      Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku.
f)       Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
g)      Kagumilah apa yang dilakukan anak.
h)      Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.

C.    PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK PRASEKOLAH
Pada prosesnya anak memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan berbagai kegiatan jasmani. Pada usia tiga tahun anak mampu melakukan berbagai gerakan-gerakan yang telah bagus, seperti melempar menaiki tangga dan berlari. Sebagai orang tua dan guru harus memiliki potensi untuk mendorong untuk perkembangan kognitif dan motorik anak tersebut. Dengan demikian perlu adanya perencanaan pendidikan untuk anak Prasekolah sehingga kognitif dan motorik anak dapat terarahkan dengan baik.
Untuk merancang pendidikan anak, para orang tua dan guru perrlu berpikir agar tidak terlalu banyak menuntut keterampilan di luar kemampuan anak. Setiap hari anak-anak membutuhkan latihan kegiatan jasmani yang disertai kebugaran dan aktivitas yang tinggi, tetapi kecendrungan anak saat ini lebih banyak melakukan kegiatan pasif seperti menonton atau duduk diam di bangku atau kursi.
Dengan demikian perencanaan yang harus dilakukan guru dan orang tua untuk mendorong perkembangan jasmani anak-anak antara lain: memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain, menyediakan fasilitas yang merangsang pergerakan motorik kasar dan halus.
Ada beberapa bentuk kurikulum yang dikembangkan oleh para ahli dalam pendidikan
yakni:
1.      Kurikulum terpisah, artinya dalam setiap mata pelajaran mempunyai kurikulum tersendiri dan satu dengan yang lainnya tidak ada keterkaitannya, karena masing-masing mata pelajaran mempunyai organisasi yang terintegrasi.
2.      Kurikulum saling berkaitan, ialah antara masing-masing mata pelajaran mempunyai keterkaitan, dan keterkaitan itu dapat dirasakan oleh anak pada saat belajar, untuk dapat diintegerasikan.
3.      Kurikulum terintegrasai, adalah seluruh mata pelajaran merupakan satu kesatuan yang utuh atau bulat. Dari kurikulum ini anak akan menndapati pengalaman yang sangat luas.
4.      Berkaitan dengan beberapa kurikulum di atas yang menjadi pokok-pokok pendidikan yang harus diberikan kepada anak adalah ajaran agama, sebagai contoh ajaran agama islam. Ajaran agama Islam yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni: akidah, ibadah, dan akhlak.

D.    Karakteristik Anak Usia Dini
Karakteristik anak usia dini antara lain:
1.      Memiliki rasa ingin tahu yang besar
Seperti yang terlihat setiap individu memiliki rasa ingin tahu dan tidak ada seorangpun yang tidak memiliki rasa ingin tahu sama sekali, seorang anak akan terlihat rasa keingintahuannya di saat ia mulai bertanya hal-hal yang ia lihat, dengar, amati dan sebagainya. Jika rasa ingin tahu anak tinggi maka ia akan lebih aktif bertanya, anak yang rasa ingin tahunya sedang maka ia hanya akan bertanya tentang hal tertentu yang menarik baginya sedangkan anak yang rasa ingin tahunya rendah ia hanya akan bertanya di saat ke adaan memaksanya untuk bertanya karena ia lebih banyak diam atau tidak begitu aktif.
Rasa ingin tahu pada individu untuk mengenal lingkungannya sudah terlihat sejak bayi, bentuk penguasaan lingkungan tersebut di perlihatkan saat anak berguling,menjangkau,duduk,berdiri,berjalan,dan berbicara. Bayi akan memalingkan anggota tubuhnya terhadap rangsangan cahaya,dan bunyi-bunyi benda di sekitar mereka. Bayi semenjak memiliki rasa ingin tahu mereka memiliki kapasitas untuk melakukan sesuatu yang baru,asli dan menakjubkan, ‘Shapiro’ mengatakan bahwa sejak awal kehidupan bayi mempunyai rasa ingin tahu tentang duniannya.
Bayi yang sehat banyak menghabiskan waktu mengeksplorasi, menginvestigasi,mengembangkan bahasa,dan bertanya secara terus menerus, pentingnya menstimulasi rasa ingin tahu anak agar menjadi pondasi untuk tingkah laku yang lebih kompleks seperti berpikir logis,pemecahan masalah dan kompetensi sosial.
Bredkamp (1987) mengatakan bahwa bayi dan usia dini belajar dengan mengeksperimen lingkungan melalui melihat, mendengar,mencoba,tersenyum dan merasa dan menggerakkan anggota tubuh dan belajar melalui interaksi social.
Reaksi bayi mengekspresikan ke ingin tahuannya dengan menegangkan otot muka,membuka mulut,menjulurkan lidah dan mengerunyutkan dahi. Reaksi keingintahuan juga di perlihatkan bayi melalui mengamati,menjangkau dan memeriksa tangan dengan memegang menggoyangkan segala sesuatu yang ada dalam jangkauan mereka. Pertambahan usia dan pengalaman anak menjadikan rasa ingin tahu mereka semakin besar yang mana rasa ingin tahu yang ada pada anak tidak hanya mengenai dirinya tetapi juga lingkungannya.
Mayesky mengatakan bahwa setiap anak memiliki cara sendiri dalam merespon terhadap dunianya. Mereka menginvestigasi dan menemukan sesuatu dan mereka sangat kreatif dalam menemukan jawaban atas pertanyaan atau permasalahan yang muncul dari rasa ingin tahu merek, anak juga secara aktif mencari penertian dunia mereka, situasi yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu anak bervariasi.
2.      Merupakan pribadi yang unik
Perkembangan bagi setiap anak sebagai individu mempunyai sifat yang unik. Dalam hal ini Saufrock dan Yussen (1972:17) menyatakan sebagai berikut
“Each us develops some other individuals, and like individuals, like some other individuals, and like no other individuals”. (Rohman Wahab, 1998/1999:10-11).
Pernyataan di atas maksudnya bahwa masing-masing individu berkembang dengan cara-cara tertentu, seperti semua individu yang lain, seperti beberapa individu yang lain, dan seperti tidak ada individu yang lain.
Jadi di samping adanya kesamaan-kesamaan umum dalam pola-pola perkembangan yang dialami oleh setiap individu, terjadinya vanasi individual dalam perkembangan anak bisa terjadi pada setiap saat. Hal ini terjadi karena perkembangan itu sendiri merupakan suatu proses perubahan yang kompleks, melibatkan berbagai unsuryang saling berpengaruh satu sama lain.
Sesuai dengan konsep anak sebagai individu, perkembangan juga merupakan suatu proses yang sifatnya menyeluruh (holistik). Maksudnya bahwa perkembangan itu terjadi tidak hanya dalam aspek yang saling terjalin (interwoven) satu sama lain. (Rohman Wahab, 1998/1999:15).

Secara garis besar, proses perkembangan individu dapat dikelompokan ke dalam tiga domain; proses biologis, kognitif, dan psikososial (Santrock dan Yussen, 1992; Seifert dan Hoffnung, 1991). Ketiga domain proses perkembangan tersebut merupakan sesuatu yang terpadu dan saling berpengaruh satu sama lain.
3.      Masa paling potensi untuk belajar
Berdasarkan hasil penelitian sekitar 50% kapabilitaas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun,8 0% telah terjadi perkembangan yang pesat tentang jaringan otak ketika anak berumur 8 tahun dan mencapai puncaknya ketika anak berumur 18 tahun, dan setelah itu walaupun dilakukan perbaikan nutrisi tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif.
Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga periode ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewatkan berarti habislah peluangnya.
Menurut Byrnes, pendidikan anak usia dini akan memberikan persiapan anak menghadapi masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah. “Saat ini, beberapa taman kanak-kanak sudah meminta anak murid yang mau mendaftar di sana sudah bisa membaca dan berhitung. Di masa TK pun sudah mulai diajarkan kemampuan bersosialisasi dan problem solving. Karena kemampuan-kemampuan itu sudah bisa dibentuk sejak usia dini,” jelas Byrnes.
Selanjutnya menurut Byrnes, bahwa pendidikan anak usia dini itu penting, karena di usia inilah anak membentuk pendidikan yang paling bagus. Di usia inilah anak-anak harus membentuk kesiapan dirinya menghadapi masa sekolah dan masa depan. Investasi terbaik yang bisa Anda berikan untuk anak-anak adalah persiapan pendidikan mereka di usia dini.




4.      Menunjukkan sikap egosentris
Sifat yang umumnya muncul pada usia 15 bulanan (atau saat anak sudah sadar akan dirinya/self awareness) ini disebabkan oleh ketidakmampuan si kecil dalam melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari kaca mata dirinya. Lantaran sifat ini juga, anak batita selalu “here and now.”
Bila ingin sesuatu harus didapat saat itu juga alias tidak mau menunggu. Misal, saat ia minta es krim pada malam hari ya dia enggak mau tahu harus mendapatkannya saat itu juga. Contoh lain, si kecil merebut mainan temannya. Meski temannya menangis, ia tidak peduli karena ia “berprinsip” “saya suka, saya mau, maka saya harus dapatkan”
Bila dilihat dari perkembangan kognitif, sifat egois akan menghilang saat usia anak 6 tahun. Karena semakin besar anak, lingkungan sosial akan menuntut anak untuk sadar akan lingkungan, selain sadar diri. Nah, pada saat usianya menginjak 3 tahun, sebenarnya anak sudah mulai sadar akan tuntutan sosial tersebut namun perlu stimulasi dari orangtua.
Egosentris yang dibiarkan terus---dalam arti anak selalu mendapatkan apa yang diinginkannya tanpa mempertimbangkan adanya aturan-aturan sosial---bisa menetap sampai si kecil beranjak dewasa dan anak akan dicap buruk oleh lingkungan.

E.     Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Program pada Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang menentukan terbentuknya kepribadian anak. Proses pendidikan usia dini terjadi sejak anak dalam kandungan,masa bayi hingga anak berumur kurang lebih delapan tahun. Pendidikan ini diberikan dengan  melalui pemberian  rangsangan pendidikan untuk membantu perkembangan dan pertumbuhan jasmani dan rohani .Agar anak dapat memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Dengan demikian,jenis kegiatannya dapat berupa taman kanak-kanak,kelompok bermain,penitipan anak,dan kegiatan lain yang dijiwai oleh ciri lembaga atau institusinya. Oleh karena itu materi kegiatannya dapat berhubungan dengan agama, budi pekerti, etika, moral, toleransi, keterampilan, gotong-royong, keuletan, kejujuran dan sifat yang lain yang semuanya dimasukkan dalam sebuah permainan.
Pendidikan yang ideal dan baik semestinya dilakukan sejak anak lahir sampai remaja (Rousseau) dengan dikembalikan kepada alam atau pendekatan secara alamiah. Jika anak dapat bersatu dengan alam akan ia akan bahagia dan akan tumbuh rasa ingin tahunya. Anak sebaiknya dapat berkembang secara wajar tanpa hambatan. Orangtua harus memberikan kebebasan sesuai dengan bakatnya. Menurut pendapat Marun Lauther (1483-1546) keluarga merupakan institusi yang paling penting bagi pendidikan anak. Lauther mendorong para orangtua untuk membimbing anak dalam pendidikan agama sejak di rumah .Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan berisi penanaman nilai budi pekerti,nilai seni,nilai budaya,kecerdasan,keterampilan dan agama. Sistem among adalah cara pendekatan,atau metode pendidikan yang paling tepat dilakukan di Indonesia,bahkan dikatakan “Pendidikan adalah hamba anak”,ini membuktikan bahwa pendidikan harus melayani dan memberi kebebasan pada anak agar senang.

F.     Pentingnya PAUD
Menurut JJ.Rousses (1712-1778) mengatakan bahwa proses pendidikan yang baik dan idel dilakukan sejak anak lahir sampai remaja. Orangtua perlu memberikan kebebasan pada anak agar anak berkembang secara wajar. J.H. Pestalozzi  (1746-1827) mengatakan bahwa pendidikan adalah pengaruh dari panca indera dan melalui pengalaman. Maka potensi yang dimiliki anak dapat berkembang.

Belajar yang baik adalah mengenal berbagai konsep melalui pengalaman antara lain: melalui kegiatan menghitung,mengukur,merasakan,dan menyentuh atau meraba. Ibu mempunya tanggung jawab yang terbesar dalam mendidik anak. Prinsip yang paling penting adalah belajar melalui bermain.
Program pendidikan anak usia dini yang dianggap penting antara lain:
1.      Menciptakan berbagai jenis permainan yang mengandung nilai agama, kedisiplinan, moral, keterampilan, kesehatan, sosial, dan hal-hal yang menyenangkan.
2.      Menanamkan pentingnya kesehatan,gizi,dan olahraga bagi anak usia dini melalui kegiatan,wisata,jalan-jalan,dan pengenalan alam atau lingkungang.
3.      Membentuk pribadi anak melalui cerita, dongeng, nyanyian, gambar,contoh perilaku,dan film yang edukatif.
4.      Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang cukup,supaya anak usia dini dapat bermain, berimajinasi atau berkhayal, dan berkreativitas secara bebas. Sarana atau media pendidikan ini dapat dibuat sendiri dengan menggunakan benda atau barang yang ada di lingkungannya.
5.      Menyiapkan tenaga pendidik dan profesional yang mampu dan terampil mendidik,membimbing dan mengelola pendidikan anak usia dini.
6.      Membuka sekolah setingkat sekolah menengah kejuruan yang tamatannya dapat mendidik,dan membimbing serta mengelola pendidikan anak usia dini.
7.      Merintis program wajib belajar mulai usia empat tahun (usia taman kanak-kanak)
8.      Menyediakan dana yang cukup untuk pendidikan usia dini  di tiap propinsi dan pusat,dana itu selain untuk menunjang program juga untuk biaya penelitian.
9.      Menentukan beberapa propinsi untuk dijadikan uji coba pengembangan program pendidikan usia dini dengan berbagai model.




BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan prasekolah adalah satu program yang menyediakan pengalaman pembelajaran kanak-kanak sebelum masuk ke tahun pertama di sekolah formal. Konsep ini menekankan belajar sambil bermain. Pendidikan prasekolah bertujuan menyuburkan potensi kanak-kanak dalam semua aspek perkembangan, menguasai kemahiran asas dan memupuk sikap positif sebagai persedian untuk masuk ke sekolah dasar. Tetapi pemilihan sekolah yang tepat bagi anak-anak juga harus di pikirkan dengan matang.
Pemilihan sekolah sebagai lembaga yang memberikan layanan pendidikan anak usia dini menjadi hal yang harus diperhatikan, mengingat banyak sekolah yang masih belum menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak
Beberapa diantaranya masih menerapkan pembelajaran konvensional yang satu arah. Anak masih dijadikan objek pembelajaran, bukan subjek pembelajaran sehingga. kretaivitas anak seperti digembok. Belum lagi, peletakan bermain yang hanya sebagai selingan kegiatan belajar, bukan inti pembelajaran. Padahal lewat bermain-lah anak dapat belajar karena pelajaran bagi seorang anak ialah bermain.




DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Muhammad Abdul Muthy. (2007). Quantum Parenting: Cara cerdas mengoptimalkan daya inovasi dan kreativitas anak anda. Surakarta: Quala Smart Media.
Adi W. Gunawan. (2006). Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Bredekamp, Sue and Copple, Carol. (1997). Developmentally Appropriate Practice in Early
Childhood Programs. Washington, D.C: A 1996-97 NAEYC Comprehensive Membership
Benefit. National Association for the Education of Young Children
Gopnik,Alison, dkk. (2006). Keajaiban Otak Anak: Rahasia cara balita mempelajari benda, bahasa, dan manusia. Bandung: Mizan Media Utama.

Isjoni.   (2006).   Model   Pembelajaran   yang   Efektif   bagi   Pendidikan   Anak   Usia   Dini.

Comments

Popular posts from this blog

ALAT PERAGA DAN MEDIA PEMBELAJARAN

untuk versi word klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Jika kita melihat dinamika kehidupan ini, kita sudah tentu pasti melihat bahwa dunia ini terus mengalami perubahan demi perubahan. Perubahan tersebut adalah cenderung perubahan yang membawa ke hal yang lebih baik dari sebelumnya. Kita misalkan saja pada masalah teknologi yang semakin berkembang pesat menjadikan kita dituntut untuk mampu mengikuti arus tersebut. Mengikuti arus perkembangan zaman sangat perlu kita lakukan agar kita tidak termasuk orang yang tertinggal yang disebut kuno. Terkhusus untuk perkembangan teknologi, perkembangan ini sangat mempengaruhi berbagai bidang kehidupan kita di dunia hampir pada seluruh aspek kehidupan kita, baik itu dalam bidang sosial, budaya dan sebagainya. Begitu juga dalam dunia pendidikan, kita sangat membutuhkan teknologi demi kemajuan pendidikan yang lebih baik daripada sebelumnya. Dengan masuknya teknologi dalam dunia pendidikan, lembaga atau instansi pendidikan

Sistem Numerasi

Untuk versi word lebih jelas :), klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang             Konsep bilangan dan pengembangannya menjadi sistem angka muncul jauh sebelum adanya pencatatan sejarah, sehingga evolusi dari sistem itu hanyalah merupakan dugaan semata. Petunjuk mengenai awal manusia mengenal hitungan ditemukan oleh arkeolog Karl Absolom pada tahun 1930 dalam sebuah potongan tulang serigala yang diperkirakan berumur 30.000 tahun. Pada potongan tulang itu ditemukan goresan-goresan kecil yang tersusun dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas lima, seperti lllll lllll lllll. Sehingga  tidak diragukan lagi bahwa orang-orang primitif sudah memiliki pengertian tentang bilangan dan mengerjakannya dengan metode ijir (tallies), menurut suatu cara korespondensi satu-satu. Ijir adalah sistem angka yang berlambangkan tongkat tegak.             Jadi dapat kita buktikan bahwa orang orang terdahulu telah mengenal tulisan namun mereka tikak menggunakanangka untuk menghitung

Makalah Kurikulum 1994

untuk versi word klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan pendidikan. Secara sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara pemberian nilai pencapaian belajar di kurun waktu tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu kurikulum sudah barang tentu bukan perkara gampang. Banyak faktor yang menentukan dalam proses lahirnya sebuah kurikulum. Dalam merancang kurikulum biasanya dibentuk suatu tim kerja khusus yang dapat berupa lembaga resmi, misalnya seperti Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Kurikulum sampai saat ini sebagai satu-satunya lembaga resmi bermandat menelurkan kurikulum bagi sekolah penyelenggara pendidikan nasional Indonesia. T