Skip to main content

Makalah Kehidupan Pengemis

Untuk versi word, klik di sini
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pengemis merupakan hal yang tidak asing lagi di mata kita sebagai makhluk sosial. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan, dan di beberapa kota lain sangat mudah untuk dijumpai, lebih di jalan raya dan persimpangan yang tersedia lampu lalu lintas.
Mengemis adalah hal yang sangat memalukan dan hina, hanya merendahkan harga diri. Pengemis sebagai masalah sosial yang cukup signifikan, sudah menjadi kontroversi di dalam masyarakat dan memunculkan perbedaan pendapat tentang bagaimana cara menanggulanginya dan siapa yang bertanggung jawab atas mereka. Berbagai solusi dan kebijakan sudah dikemukakan, namun seolah-olah solusi dan kebijakan itu menimbulkan kebuntuan dan kontroversi tersendiri.
Secara umum, kita mengetahui bahwa para pengemis adalah bagian dari masyarakat yang dianggap sebagai tuna karya, tuna wisma (homeless). Akan tetapi, sebagian dari masyarakat kita terlanjur mengakui bahwa semua pengemis pantas untuk dianggap seperti yang telah disebutkan diatas, dan mengabaikan tentang latar belakang mereka.
Kita dapat mengkaji latar belakang para pengemis dan mencari solusi untuk masalah sosial mereka mungkin dengan mendiferensiasikan mereka menjadi dua katagori, yaitu:
1. Pengemis yang cacat (difabel), dan tidak berkemampuan produktif secara ekonomi.
2. Pengemis yang tidak cacat (non-difabel), dan berkemampuan produktif secara ekonomi.
Bagi pengemis yang masuk di dalam katagori yang pertama, ketidakmampuan mungkin pantas bagi mereka untuk menjadi alasan sebagai latar belakang mereka untuk memilih jalan menjadi pengemis dan mencari tahu siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas mereka. Sebaliknya bagi pengemis yang masuk dalam katagori kedua dan bahkan menjadikan mengemis sebagai sebuah profesi atau pekerjaan tetap, mungkin alasan yang tepat bagi mereka adalah kemalasan yang berkepanjangan.




B.     Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan pengemis?
b.      Apa yang menyebabkan mereka mengemis?
c.       Bagaimanakah Perkembangan Pengemis?
d.      Adakah yang melarang profesi pengemis?
e.       Bagaimana pandangan islam terhadap pengemis?
f.       Adakah solusi bagi para pengemis?

C.    Tujuan
ü  Mengetahui pengertian pengemis
ü  Mengetahui dampak buruk pengemis
ü  Mengetahui solusi bagi pengemis
ü  Mengetahui bahwa islam tidak menyarankan untuk mengemis
ü  Mengetahui apa yang harus dilakukan untuk pengemis



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pengemis
Adapun pengertian pengemis menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Pengemis adalah meminta-minta sedekah, meminta dengan merendah-rendah dengan penuh harapan[1]. Sedangkan Pengemis menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1980 Tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain[2].
Jadi pengemis adalah orang yang meminta-minta kepada orang lain dengan harapan agar di berikan sebagian rejeki kepadanya. Mereka akan melakukan apa saja yang bisa menarik perhatian masyarakat sehingga masyarakat mau mengulurkan tangan kepada mereka.
Sungguh pengemis adalah pekerjaan yang sangat memalukan karena di lapangan banyak kita lihat orang-orang yang masih muda dan kuat berprofesi sebagai pengemis. Ini semua terjadi karena mereka merasa mereka tidak mampu melakukan pekerjaan lain selain mengemis.
Ada dua macam pengemis yang ada dalam kehidupan kita:
Pertama: pengemis yang cacat (difabel), dan tidak berkemampuan secara ekonomi. Ini adalah pengemis yang jujur dengan ketidak-mampuannya dalam mencari nafkah. Namun tetap saja yang namanya pengemis tidak boleh di manja karena jika dimanja mereka akan ketagihan dan merasa bahwa profesi pengemis adalah satu-satunya jalan untuk mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Kedua: pengemis yang tidak cacat (non- difabel), dan memiliki kemampuan secara ekonomi. Mereka ini adalah pengemis yang sudah terlanjur ketagihan dalam profesi ngemis. Mereka melakukan apa saja agar bisa menarik simpati serta rasa kasihan dari masyarakat. Mereka bahkan dengan sadar membohongi masyarakat dengan membuat luka palsu, berpura-pura cacat fisik, memakai baju kumuh, menyewa bayi, dan masih banyak lagi ide-ide kreatif mereka dalam hal yang satu ini.




B.     Faktor Semakin Banyaknya Pengemis
1.      Kemiskinan
Kemiskinan merupakan faktor utama yang menjadikan seseorang menjadi pengemis. Karena minimnya pendapatan bahkan tidak adanya pendapatan membuat fikiran seseorang menjadi buntu dan tidak tau apa yang harus dilakukan. Akhirnya mencari jalan pintas yakni mengemis.
2.      Masalah Pendidikan
Pada umumnya pengemis memiliki pendidikan yang rendah, bahkan ada yang tidak memperoleh pendidikan secara formal. Ini menjadi salah satu alasan seorang pengemis untuk tetap menjadi pengemis. Karana saat kebanyakan pengusaha mencari karyawannya yang memiliki ijazah.
3.      Masalah Keterampilan
Pada umumnya pengemis tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kerja sehingga tidak ada yang mau menerima mereka bekerja.

4.      Merasa Harga Diri Rendah
Kehidupan yang serba kekurangan membuat mereka merasa harga diri mereka rendah dan merasa mereka tidak layak bekerja sebagaimana orang lain bekerja. Perasaan ini cenderung membuat mereka hidup bergantung kepada orang lain.

5.      Pasrah Terhadap Nasib
Mereka merasa pengemis adalah nasib mereka yang sudah ditakdirkan. Dan mereka juga merasa bahwa dengan kemampuan minimal yang mereka miliki tidak akan pernah mampu mengubah hidup mereka menjadi lebih baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya pengemis yang tetap mempertahankan kehidupannya dan tetap dalam keadaan mengeluh.

6.      Susahnya Mencari Pekerjaan
Setiap orang menginginkan sebuah pekerjaan yang layak dan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini menjadikan orang-orang harus bersaing dalam hal pencarian kerja. Dan sistem ini sangat sulit diikuti oleh para pengemis.




7.      Ketagihan
Banyak sekali berita-berita yang telah mengupas tentang kehidupan pengemis. Banyak sekali ditemukan pengemis betah dengan profesi ini. Hal ini karena mengemis merupakan hal pekerjaan yang sangat mudah untuk dilakukan. Tidak perlu banting tulang, melainkan hanya perlu menyayat hati masyarakat umum agar mau memberikan sebagian hartanya kepada sang pengemis.
Semakin banyaknya pengemis yang berada di jalanan membuat para pengemis harus bersaing untuk mendapatkan hati masyarakat. Sebagian dari mereka bahkan mampu membuat luka palsu seolah-olah menjadi luka sungguhan, sebagian lagi ada yang berpura-pura cacat tidak mampu berjalan, bahkan ada pula yang menyewa bayi untuk menarik simpati masyarakat.
Dalam menjalankan aksi mengemis, pengemis perempuan bahkan tega memukul bayi yang di sewanya agar menangis. Ini dilakukan agar masyarakat mengira bahwa anak itu sungguh membutuhkan pertolongan berupa makanan dan uang untuk memenuhi asupan si anak.

C.    Perkembangan Pengemis
Seperti tahun-tahun sebelumnya Ramadhan selalu menjadi bulan yang dimanfaatkan oleh para pengemis. Karena bulan Ramadan sangat banyak orang yang berlomba-lomba untuk memberi sedekah dalam hal mencari amalan-amalan untuk di akhirat. Di sisi lain pengemis dan anak jalanan semakin ramai. Mereka melihat peluang semakin banyak penghasilan karena bulan puasa. Pengendara mobil dan motor umumnya lebih banyak yang memberi dengan harapan pahala yang didapat semakin banyak. Namun hal ini keliru, karena memberikan uang kepada pengemis malah membuat mereka semakin malas dan ketagihan.
Kehadiran pengemis dan orang miskin tidak luput dari kesalahan kita juga. Banyak dari kita yang “suka” memberi sedekah ternyata telah memanjakan mereka. Belas kasihan yang tidak tepat sasaran. Memberi uang kepada mereka bukanlah bentuk pertolongan yang bijak. Karena hanya Akan menambah semaraknya praktek mengemis. Ketidakpedulian kita terhadap kondisi pemerintah yang abai akan kondisi ini pun menjadi sebuah kesalahan. Pembiaran kemiskinan sama saja dengan pembiaran semakin banyaknya pengemis dan anak jalanan.



Sebuah berita yang kami ambil dari viva news:
Seorang pemuda di Amerika Serikat rela menjadi pengemis dan berpura-pura mengalami gangguan jiwa dan cacat fisik demi mendapat simpati dan belas kasihan dari para pejalan kaki yang lewat. Berkat aktingnya ini, dia berhasil mendapatkan uang senilai lebih dari Rp900 juta per tahun.

Adalah Gary Thompson, pemuda asal Texas, yang rela mengemis dan berkeliaran di seputar jalanan di Lexington untuk memperoleh uang dari orang yang merasa kasihan melihat kondisi fisiknya.

Di dalam sebuah video di YouTube seperti dilansir Daily mail, Rabu 27 Februari 2013, terlihat bagaimana Thompson berakting dengan begitu meyakinkan untuk menyentuh hati para pejalan kaki yang lewat. Dia duduk di kursi roda kemudian melakukan trik seolah-olah tangannya cacat. Tidak hanya itu, Thompson pun juga berpura-pura memiliki kesulitan berbicara dan tidak mengerti apa yang diucapkan oleh orang-orang kepadanya.

Aktingnya ini ternyata sukses membuat orang-orang bersimpati melihat kondisi memprihatinkan yang dialami Thompson. Dari hasil mengemis yang sudah dia lakoni selama setahun, dia berhasil meraup 100.000 US Dollar atau setara Rp969 juta.

Aksinya ini berhasil tertangkap kamera stasiun televisi berita, LEX 18. Kepada stasiun televisi tersebut Thompson mengakui semua tipu muslihat yang telah dia lakukan selama ini, bahkan mengaku bahwa dirinya tidak mengalami cacat sama sekali.

"Saya memang ahli dalam melakukan hal ini. Saya normal dan tidak mengalami cacat apa pun. Namun dengan berpura-pura cacat mental, itu sangat membantu saya mendapat uang," ujarnya.

Thompson juga mengaku untuk memperkuat akting cacatnya, dia mengarang cerita bahwa dirinya mengalami cacat fisik akibat kecelakaan motor dan orang yang bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut tidak memberinya ganti rugi. Padahal menurut Thompson, dia mendapat ganti rugi senilai 2,4 juta US Dollar atau Rp23 miliar. Namun semua uang itu sudah dihabiskannya semua.
Ketika ditanya oleh stasiun televisi LEX 18 apakah dia akan berhenti melakukan aksi tipu muslihatnya itu. Thompson malah tertawa dan mengatakan tidak berencana untuk berhenti dalam waktu dekat. Dia bahkan sama sekali tidak merasa menunjukkan rasa penyesalan karena telah menipu orang-orang.

Atas aksinya ini, Thompson kemudian ditangkap polisi dan dinyatakan bersalah atas tindak penipuan yang dilakukannya.

Dari berita diatas terlihat bahwa, pengemis betah dengan kariernya karena lebih menjamin kelangsungan hidup mereka. Tidak memberikan uang kepada pengemis ternyata tidak membuat orang berhenti menjadi pengemis. Mereka malah melakukan drama-drama yang lebih menyayat hati, seperti membawa bayi yang masih berumur beberapa minggu, berpanas-panasan dan berhujan-hujan dengan bayinya, menggeserkan badannya di antara roda-roda mobil. Pemerintah daerah pada dasarnya dengan mudah dapat membasmi pengemis. Lokasi operasi pengemis mudah diketahui. Mereka biasanya beroperasi di jalan-jalan macet, termasuk di perempatan jalan. Pengemis juga mudah ditemukan di berbagai jembatan penyeberangan. Usaha untuk menangkap pengemis juga telah dilakukan tapi kemudian menjadi tayangan yang menyentuh rasa kemanusiaan kita, dan beberapa kalangan mengatakan ini semua karena Pemerintah tidak mampu menyediakan lapangan kerja. Akhirnya Pemerintah serba salah dan lebih memilih untuk menghukum orang-orang yang memberikan uangnya kepada pengemis dan masalah pengemis tidak pernah terselesaikan secara tuntas.

D.    Mengemis Dalam Pandangan Islam
1.      Islam tidak pernah menganjurkan untuk meminta-minta
Islam tidak menghalalkan adanya meminta-minta, artinya meminta- minta adalah pekerjaan yang haram yang akibatnya berdosa jika mengerjakannya. Terkecuali dalam tiga kondisi: fakir yang sangat, hutang yang melilit, serta musibah dan bencana. Selain tiga hal itu, seseorang tidak diperbolehkan untuk meminta-minta. Apalagi berbohong demi mendapatkan dari meminta-minta. Dosanya sudah berlipat ganda. Dalam islam, barang siapa yang meminta-minta berarti dia meminta pada Allah untuk menjadi miskin atau menutup pintu rejekinya.
Islam tidak mengajarkan mengemis, hal itu akan menimbulkan kemalasan saja. Dalam suatu riwayat disebutkan, suatu ketika di kota Madinah, ketika Rasulullah Saw sedang duduk-duduk bersama para sahabat dan kaum Anshor, datang seorang laki-laki yang berusia setengah baya (40-50 tahun), laki-laki itu ternyata pengemis dan meminta-minta sedekah kepada Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw segera mendatangi pengemis itu dan menasihatinya agar tidak mengemis dan memerintahkannya untuk bekerja karena secara fisik dia mampu untuk bekerja. Namun si pengemis itu mengatakan bahwa dia sulit mencari pekerjaan. Kemudian Rasulullah Saw menanyakan harta apa yang dia punyai di rumahnya, si pengemis mengatakan dia hanya mempunyai selembar kain selimut yang terbuat dari kulit unta.
Rasulullah Saw memerintahkan agar selimut itu diambil, lalu setelah si pengemis itu mengambil selimut kulitnya di rumah Rasulullah menawarkan selimut tadi kepada orang-orang yang ada di situ, salah seorang kaum Muhajirin membeli selimut itu, kemudian setelah mendapatkan uang, Rasulullah memerintahkannya untuk membeli sebuah kapak di pasar. Dan sejak saat itu si pengemis mendapat pekerjaan baru yaitu menjadi tukang kayu. Artinya, kita jangan memberikan uang kepada peminta-minta. Kalau kita memberi uang, seumur hidupnya dia akan meminta-minta.
 Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang ditimpa kesulitan lalu ia mengadukannya kepada manusia, maka tidak akan tertutup kefakirannya. Dan siapa yang mengadukan kesulitannya itu kepada Allah, maka Allah akan memberikannya salah satu di antara dua kecukupan: kematian yang cepat atau kecukupan yang cepat.”
Ada dua hal yang dapat menuntaskan masalah ini, yaitu zakat dan ilmu. Zakat disini bukan berarti se merta-merta memberikan uang kepada pengemis setiap bulan. Kita mempunyai Badan Amil Zakat Infak dan Shodaqah (BAZIS), kita harapkan kepada Bazis untuk membuat pelatihan dan pengarahan bagaimana mencari uang. Kedua, ilmu. Karena dengan ilmulah pintu rezeki itu terbuka.” Siapa yang menghendaki dunia dia harus berilmu. Siapa menghendaki akhirat, dia juga harus berilmu. Dan siapa yang menghendaki dunia dan akhirat dia juga harus berilmu.”
Pemerintah harus memberikan keterampilan kepada pengemis, sehingga mereka tidak bergantung kepada dermawan. Pemerintah juga memberikan ilmu kepada pengemis dan membuka lapangan pekerjaan. Dalam agama Islam, yang mendustakan agama adalah orang yang tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Jadi, solusinya adalah memberikan pendidikan, memberikan alat untuk mencari.




2.      Dalil-dalil yang membuktikan bahwa islam tidak menganjurkan meminta-minta (pengemis)
1.      ibnu Umar r.a. berkata, “ketika Nabi SAW. Berkhutbah diatas mimbar dan menyebut sedekah dan minta-minta, beliau bersabda. “tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah, tangan yang diatas member dan tangan yang dibawah meminta.”
2.      Hakim bin Hazim berkata, “Nabi SAW. Bersabda, “tangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang dibawah, dan dahulukan keluargamu (orang-orang yang wajib kamu beri belanja), dan sebaik-baiknya sedekah itu dari kekayaan(yang berlebihan), dan siapa yang menjaga kehormatan diri (tidak meminta-minta), maka Allah akan mencukupinya, demikian pula siapa yang beriman merasa sudah cukup, maka Allah akan membantu memberinya kekayaan.”
(di keluarkan oleh imam Bukhari dalam “kitab Zakat” bab “tidak ada zakat kecuali dari orang yang kaya.”)
3.      “Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW. Bersabda, jika seorang itu pergi mencari kayu, lalu diangkat seikat kayu diatas punggungnya (yakni untuk dijual di pasar), maka itu lebih baik bagimu daripada meminta kepada seseorang baik di beri atau di tolak.”

  1. Tanggung Jawab Atas Pengemis
Tanggung jawab atas pengemis, mungkin seharusnya menjadi salah satu kewajiban pemerintah apabila kita merujuk pada UUD 1945 pasal 34 :
  1. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
  2. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
  3. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang layak.



  1.  Beberapa Solusi untuk Pengemis
Adapun solusi guna mengurangi pengemis diantaranya:
1.                  Mengusulkan kepada pemerintah untuk segera membangun tempat khusus bagi para pengemis, baik pengemis difabel maupun pengemis non difabel yang menyediakan fasilitas untuk meningkatkan kemampuan produktif ekonomi mereka.
2.                  Mempertimbangkan untuk memotivasi para pengemis non difabel yang memiliki sifat kemalasan berkepanjangan dan mungkin menjadikan mengemis sebagai sebuah profesi atau pekerjaan tetap dengan cara mengurangi pemberikan bantuan kepada mereka.
3.                  Tidak memberikan uang kepada para pengemis karena memberikan uang kepada mereka malah membuat mereka bertambah malas untuk mencari pekerjaan yang lainnya. Disamping itu, cara ini juga membuat para pengemis merasa mereka sudah tidak bisa lagi mendapatkan nafkah di jalanan sehingga mereka mau tidak mau harus mencari pekerjaan dan tidak lagi berprofesi sebagai pengemis.
4.                  Pemerintah harus menangkap para pengemis, pengamen, dan anak jalanan dan di pulangkan ke kampungnya masing-masing.
5.                  Pemerintah harus menyediakan sarana latihan keterampilan gratis bagi para pengemis, pengamen , dan anak jalanan tersebut agar mereka mempunyai keterampilan yang bisa dipakai untuk berkarya dan berkerja.




BAB III
PENUTUP
a.      Simpulan
Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Jika ingin membantu pengemis untuk menyelesaikan masalah ekonomi mereka, maka kita dianjurkan untuk tidak memberi uang kepada mereka melainkan memberikan arahan atau bahkan jika mampu berikanlah sebuah pekerjaan yang layak untuk mereka agar mereka tidak mengemis. Karena tidak ada yang menganjurkan kita untuk mengemis/ meminta-minta baik itu agama, maupun negara.

b.      Saran
Berusahalah semaksimal mungkin untuk tidak menjadi pengemis, dan berusahalah untuk membantu orang-orang yang dalam kesusahan. Membantu tidak mesti dengan uang, melainkan dengan pengarahan, atau materi lain yang sifatnya produktif.



[1] KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
[2] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 31 Tahun 1980

Comments

Popular posts from this blog

ALAT PERAGA DAN MEDIA PEMBELAJARAN

untuk versi word klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Jika kita melihat dinamika kehidupan ini, kita sudah tentu pasti melihat bahwa dunia ini terus mengalami perubahan demi perubahan. Perubahan tersebut adalah cenderung perubahan yang membawa ke hal yang lebih baik dari sebelumnya. Kita misalkan saja pada masalah teknologi yang semakin berkembang pesat menjadikan kita dituntut untuk mampu mengikuti arus tersebut. Mengikuti arus perkembangan zaman sangat perlu kita lakukan agar kita tidak termasuk orang yang tertinggal yang disebut kuno. Terkhusus untuk perkembangan teknologi, perkembangan ini sangat mempengaruhi berbagai bidang kehidupan kita di dunia hampir pada seluruh aspek kehidupan kita, baik itu dalam bidang sosial, budaya dan sebagainya. Begitu juga dalam dunia pendidikan, kita sangat membutuhkan teknologi demi kemajuan pendidikan yang lebih baik daripada sebelumnya. Dengan masuknya teknologi dalam dunia pendidikan, lembaga atau instansi pendidikan

Sistem Numerasi

Untuk versi word lebih jelas :), klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang             Konsep bilangan dan pengembangannya menjadi sistem angka muncul jauh sebelum adanya pencatatan sejarah, sehingga evolusi dari sistem itu hanyalah merupakan dugaan semata. Petunjuk mengenai awal manusia mengenal hitungan ditemukan oleh arkeolog Karl Absolom pada tahun 1930 dalam sebuah potongan tulang serigala yang diperkirakan berumur 30.000 tahun. Pada potongan tulang itu ditemukan goresan-goresan kecil yang tersusun dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas lima, seperti lllll lllll lllll. Sehingga  tidak diragukan lagi bahwa orang-orang primitif sudah memiliki pengertian tentang bilangan dan mengerjakannya dengan metode ijir (tallies), menurut suatu cara korespondensi satu-satu. Ijir adalah sistem angka yang berlambangkan tongkat tegak.             Jadi dapat kita buktikan bahwa orang orang terdahulu telah mengenal tulisan namun mereka tikak menggunakanangka untuk menghitung

Makalah Kurikulum 1994

untuk versi word klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan pendidikan. Secara sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara pemberian nilai pencapaian belajar di kurun waktu tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu kurikulum sudah barang tentu bukan perkara gampang. Banyak faktor yang menentukan dalam proses lahirnya sebuah kurikulum. Dalam merancang kurikulum biasanya dibentuk suatu tim kerja khusus yang dapat berupa lembaga resmi, misalnya seperti Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Kurikulum sampai saat ini sebagai satu-satunya lembaga resmi bermandat menelurkan kurikulum bagi sekolah penyelenggara pendidikan nasional Indonesia. T