Skip to main content

Pengertian Evaluasi

Untuk mendapatkan versi word, klik di sini
BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan  merupakan suatu proses kegiatan yang disengaja atas input untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan . Sebagai sebuah proses maka pendidikan harus dievaluasi hasilnya untuk melihat apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sangat penting sebagai penyampai ilmu. Selain itu guru juga dituntut untuk membuat kegiatan-kegiatan yang dapat membantu meningkatkan hasil pembelajaran yang dilakukan. Untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran seorang guru harus melakukan evaluasi.
Dengan evaluasi guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penyampaian atau tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Terkadang metode evaluasi yang digunakan tidak dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal tersebut bisanya terjadi akibat kurang pemahaman dalam hal evaluasi.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas tentang pengertian evaluasi, fungsi evaluasi, tujuan evaluasi, kedudukan evaluasi, prosedur evaluasi, dan ruang lingkup evaluasi. Agar tidak terjadi lagi penggunaan atau pembuatan alat evaluasi yang salah dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran matematika.

  
BAB II
PEMBAHASAN


A.  PENGERTIAN EVALUASI
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Anne Anastasia mengartikan evaluasi sebagai “A systematic process of determining the extent to which instructional objectives are achieves by pupils”. Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.
Kegiataan evaluasi memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh melalui pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan pendidikan. pendapat dan keputusan tentu saja akan dipengaruhi oleh kesan pribadi dan sisitem nilai yang ada pada si pembuat keputusan. (tknik evaluasi pendidikan)
Dari pengertian-pengertian di atas yang telah dipaparkan dapat diambil kesimpulan bahwa evaluasi merupakan proses yang sistematik untuk mengukur dan member nilai (kuantitatif (matematika), kualitatif (non matematika), atau pun keduanya)  terhadap sesuatu atau tampilan (karakter-karakter) dengan tujuan (patokan) yang telah ditetapkan. Karakter-karakter tersebut dalam ruang lingkup kegiatan proses belajar mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan), afektif (sikap, emosional), dan psikomotor (keterampilan).
Evaluasi merupakan salah satu komponen pengajaran yang berusaha untuk mendapatkan jawaban, untuk dapat dipakai sebagai informasi mengenai sejauh mana keberhasilan kegiatan belajar dan mengajar yang dapat dicapai selama satu periode tertentu. Dalam hal ini Sudijono (1996:2) mengemukakan bahwa: “ Evaluasi pendidikan adalah: (1) Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan (2) Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan”. Di samping itu Subiyanto (1998:6) mengemukakan bahwa: “Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditempuh untuk memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua atau lebih alternatif yang paling diinginkan”.
Jadi, evaluasi itu bukan hanya terhadap keberhasilan siswa saja, melainkan juga terhadap keberhasilan dan efektivitas pengajaran yang dilakukan oleh guru. Namun, secara umum dikatakan bahwa kegiatan evaluasi itu dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian tujuan telah dicapai. Kalau misalnya tingkat pencapaian itu rendah, maka sebagai tindak lanjutnya adalah mencari atau mengkaji penyebab-penyebabnya yang mungkin terjadi, apakah dari pihak guru atau siswa, lalu mencoba untuk mengatasi dan memperbaikinya. Sebaliknya, kalau tingkat pencapaian itu sudah relatif baik, tentunya minimal dipertahankan dan kalau dapat supaya ditingkatkan lagi.
Evaluasi pendidikan mencakup aspek-aspek yang luas, paling sedikit mencakup tiga sasaran pokok, yaitu: (1) evaluasi program, (2) evaluasi proses dan hasil belajar. Evaluasi program pendidikan, antara lain menyangkut penilaian terhadap semua komponen pendidikan, antara lain: tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan program, dan sarana pendidikan. Evaluasi proses belajar menyangkut penilaian terhadap kualitas interaksi antara guru dan siswa, kegiatan guru dalam proses pembelajaran, kegiatan siswa, pola interaksi guru-siswa, dan keterlaksanaan program belajar-mengajar. Sedangkan evaluasi hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka pendek dan jangka panjang, meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.[1]
Istilah evaluasi sering dikacaukan dengan pengukuran. Keduanya memang ada kaitan erat, tetapi sebenarnya mengandung titik yang berbeda. Menurut Sumadi Suryabrata, pengertian pengukuran mencakup segala untuk memperoleh informasi yang daapt dikuantifikasikan, baik dengan tes maupun dengan cara-cara lainnya. Sedangkan pengertian evaluasi menekankan penggunaan informasi yang diperoleh dengan pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan pendidikan. (psiko)
Evaluasi memiliki sifat yang lebih luas daripada pengukuran. Evaluasi meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran hanya terbatas pada deskripsi kuantitatif, sedangkan evaluasi selain menyangkut pengukuran tersebut berlanjut dengan pemberian nilai berupa keputusan-keputusan maupun nilai tingkah laku yang diukur. Dengan demikian istilah evaluasi, pengukuran, dan penilaian dapat dibedakan. Pengukuran menunjuk pada segi kuantitas, penilaian menunjuk pada segi kualitas, dan evaluasi berkenaan dengan pengukuran dan penilaian.
Sesuai dengan prinsip belajar yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri siswa, dengan sendirinya evaluasi dapat dijadikan alat untuk mengetahui perubahan tersebut. Ini berarti bahwa dalam proses belajar mengajar harus ada kriteria tertentu yang dapat dijadikan patokan untuk pelaksanaan evaluasi.

B.   TUJUAN DAN FUNGSI EVALUASI
Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, tujuan umum dan tujuan khusus. L.Pasaribu dan Simanjuntak, menegaskan bahwa:
Tujuan umum dari evaluasi adalah:
·      Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang di inginkan.
·      Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat.
·      Menilai metode mengajar yang digunakan.
Tujuan khusus dari evaluasi adalah:
·      Merangsang kegiatan siswa.
·      Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
·      Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, pengembangan dan baat siswa yang bersangkutan.
·      Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlakukan orang tua dan lembaga pendidikan.
·      Memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode mengajar. (psiko)
Kepentingan evaluasi tidak hanya mempunyai makna bagi proses belajar peserta didik, tetapi juga memberikan umpan balik terhadap program secara keseluruhan. Oleh karena itu, inti setiap evaluasi adalah pengadaan informasi bagi pihak pengelola proses belajar mengajar untuk membuaat macam-macam keputusan. Secara garis besar dalam proses belajar mengajar, evaluasi mempunyai fungsi pokok sebagai berikut:
a.    Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu.
b.    Untuk mengukur sampai dimana keberhasilan sistem pengajaran yang digunakan.
c.    Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar mengajar.
d.   Untuk mengenal latar belakang (psikologi, fisik dan lingkungan) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul. (perencanaan pengajaran)
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka menurut tujuan penggunaannya evaluasi itu dapat dibedakan atas: (1) Evaluasi formatif, (2) Evaluasi sumatif, (3) Evaluasi placement (penempatan), dan (4) Evaluasi diagnostic..
1.    Evaluasi formatif
Fungsi: untuk memperbaiki proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik, atau memperbaiki program satuan plajaran yang tlah digunakan.
Tujuan: untuk mengetahui hingga dimana penguasaan murid tentang bahan yang telah di ajarkan dalam suatu program satuan pelajaran.
Aspek-aspek yang dinilai: yang berkenaan dengan hasil kemajuan belajar murid, meliputi: pengetahuan, keterampilan, sikap, dan penguasaan terhadap bahan pelajaran yang telah disajikan.
Waktu pelaksanaan: setiap akhir pelaksanaan satuan program belajar-mengajar.

2.    Evaluasi sumatif
Fungsi: untuk menentukan nilai/angka murid setelah mengikuti program pengajaran dalam satu semester, akhir tahun atau akhir dari suatu program pengajaran dari suatu unit pendidikan.
Tujuan: untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh murid setelah menyelesaikan program bahan pengajaran dalam satu caturwulan, semester, akhir tahun.
Aspek-aspek yang dinilai: aspek yang dinilai adalah kemajuan belajar, meliputi: pengetahuan, keterampilan, sikap, dan penguasaan murid tenteng materi pelajaran yang diberikan.
Waktu pelaksanaan: akhir caturwulan, semester atau akhir tahun. (psiko)
3.    Evaluasi placement (penempatan)
Evaluasi ini dimaksudkan untuk menempatkan siswa pada jurusan yang sesuai dengan kemampuannya, bakatnya, dan minatnya. Misalnya, pada saat penerimaan siswa baru dan pada pembagian jurusan. Dengan demikian evaluasi ini dilakukan pada saat tujuan itu diperlukan.
Demikian pula halnya pada saat seorang siswa menentukan jurusan yang sesuai dengan dirinya, guru perlu melakukan evaluasi penempatan untuk mengarahkan siswa sesuai dengan kemampuannya, keinginannya, bakatnya, kesanggupan biaya, dan sebagaianya.

4.    Evaluasi diagnostic
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan, kesulitan, kekurangan-kekurangan, dan kendala-kendala yang dialami siswa falam mengikuti proses belajar mengajar, sebagai penyebab prestasi belajarnya rendah. Prestasi belajar rendah ini diketahui setelah evaluasi formatif dilakukan. Lalu untuk mengetahui penyebabnya maka perlu dilakukan evalauasi diagnostic. Bagi guru yang bertanggung jawab, evaluasi diagnostic perlu dilakukan agar problem yang dialami siswa tidak berlarut-larut sehingga menyulitkan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran selanjutnya.
(Ahmad Hamid. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. h. 22-23. )
Sebelum melakukan evaluasi seorang guru harus menetapkan sasaran atau objek yang akan dievaluasi. Sehingga memudahkan seorang guru untuk menetapkan alat evaluasi nya. Oleh karena itu, pada umumnya ada tiga sasaran pokok evaluasi, yakni:
a.         Segi tingkah laku, artinya segi yang menyangkut sikap, minat, perhatian, keterampilan siswa sebagai akibat dari proses mengajar dan belajar.
b.        Segi isi pendidikan, artinya penguasaan bahan pelajaran yang diberikan guru dalam proses belajar-mengajar.
c.         Segi yang menyangkut proses mengajar dan belajar itu sendiri.




C.  CARA-CARA DALAM EVALUASI
Dalam menilai seberapa jauh TIK telah dikuasai oleh para siswa, dapat digunakan berbagai cara, sesuai dengan isi rumusan TIK tersebut. Adapun cara-cara yang dimaksud meliputi tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan/tindakan.
a.    Tes tertulis
Dalam melaksanakan tes tertulis, guru menyiapkan butir-butir tes secara tertulis dan para siswa pun memberikan jawaban secara tertulis pula.
Cara evaluasi ini banyak dilakukan oleh para guru dengan hasil yang memuaskan. Hal ini terjadi apabila butir tes disusun dengan baik dan para guru mengadakan pengawasan dengan cermat pada saat tes berlangsung.
Evaluasi secara tertulis ini dapat dilaksanakan dalam tes bentuk objektif dan tes bentuk uraian.
Tes bentuk objektif dapat dibagi atas empat jenis, yaitu:
1.    Tes benar/salah,
2.    Tes pilihan ganda,
3.    Tes menjodohkan,
4.    Tes melengkapi/jawaban singkat.
Adapun tes bentuk uraian dapat dibagi atas dua jenis, yaitu:
1.    Tes uraian terbatas,
2.    Tes uraian bebas.

b.    Tes lisan
Dalam melaksanakan tes lisan ini, guru memberikan pertanyaan secara lisan dan siswa langsung diminta menjawab secara lisan pula. Tes ini dapat dilaksanakan baik secara individual maupun secara kelompok, namun pada umumnya dilakukan secara individual.
Sehubungan dengan itu, tes lisan ini jarang digunakan pada siswa-siswa yang jumlahnya besar karena pelaksanaannya akan memakan waktu yang lama. Tes ini mudah digunakan jika jumlah siswa yang dinilai cukup terbatas.

c.    Tes perbuatan
Dalam tes ini, siswa ditugasi untuk melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai dengan jenis keterampilan yang terkandung dalam TIK. Tes yang diberikan guru dalam praktik pelajaran olahraga, keterampilan, dan sejenisnya adalah contoh-contoh dari tes perbuatan.
Tes perbuatan biasanya dilakukan dalam bentuk pemberian tugas kepada siswa, misalnya:
-          Siswa diminta melakukan lompat tinggi;
-          Siswa diminta membuat patung dari tanah liat.[2]
(R. Ibrahim dan Nana Syaodih S. 1996. Perencanaan  Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, h. 88-89)

D. CONTOH EVALUASI
            Berikut ini adalah contoh-contoh evaluasi yaitu:
1.   Tes tertulis
Contoh:
Jodohkan butir soal bagian A dengan B
Bagian A                            Bagian B
1.    Pilipina                           a. Bangkok
2.    Malaysia                         b. Manila
3.    Muangthai                      c. Beijing
4.    Jepang                            d. Kuala Lumpur
e. Tokyo.

2.      Tes lisan
Dalam melaksanakan tes lisan ini, guru memberikan pertanyaan secara lisan dan siswa langsung diminta menjawab secara lisan pula.
Contoh:
Guru: “jelaskan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan?”
Siswa: “pertumbuhan adalah sesuatu yang dapat diukur yang bersifat kuantitatif. Sedangkan perkembangan adalah sesuatu yang tidak dapat diukur yang bersifat kualitatif.


3.      Tes perbuatan
Tes perbuatan biasanya dilakukan dalam bentuk pemberian tugas kepada siswa, misalnya:
-          Siswa diminta melakukan lompat tinggi
-          Siswa diminta membuat patung dari tanah liat.
 






[1] Ahmad Hamid. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. h. 22-23.

[2] R. Ibrahim dan Nana Syaodih S. 1996. Perencanaan  Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, h. 88-89

Comments

Popular posts from this blog

ALAT PERAGA DAN MEDIA PEMBELAJARAN

untuk versi word klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Jika kita melihat dinamika kehidupan ini, kita sudah tentu pasti melihat bahwa dunia ini terus mengalami perubahan demi perubahan. Perubahan tersebut adalah cenderung perubahan yang membawa ke hal yang lebih baik dari sebelumnya. Kita misalkan saja pada masalah teknologi yang semakin berkembang pesat menjadikan kita dituntut untuk mampu mengikuti arus tersebut. Mengikuti arus perkembangan zaman sangat perlu kita lakukan agar kita tidak termasuk orang yang tertinggal yang disebut kuno. Terkhusus untuk perkembangan teknologi, perkembangan ini sangat mempengaruhi berbagai bidang kehidupan kita di dunia hampir pada seluruh aspek kehidupan kita, baik itu dalam bidang sosial, budaya dan sebagainya. Begitu juga dalam dunia pendidikan, kita sangat membutuhkan teknologi demi kemajuan pendidikan yang lebih baik daripada sebelumnya. Dengan masuknya teknologi dalam dunia pendidikan, lembaga atau instansi pendidikan

Sistem Numerasi

Untuk versi word lebih jelas :), klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang             Konsep bilangan dan pengembangannya menjadi sistem angka muncul jauh sebelum adanya pencatatan sejarah, sehingga evolusi dari sistem itu hanyalah merupakan dugaan semata. Petunjuk mengenai awal manusia mengenal hitungan ditemukan oleh arkeolog Karl Absolom pada tahun 1930 dalam sebuah potongan tulang serigala yang diperkirakan berumur 30.000 tahun. Pada potongan tulang itu ditemukan goresan-goresan kecil yang tersusun dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas lima, seperti lllll lllll lllll. Sehingga  tidak diragukan lagi bahwa orang-orang primitif sudah memiliki pengertian tentang bilangan dan mengerjakannya dengan metode ijir (tallies), menurut suatu cara korespondensi satu-satu. Ijir adalah sistem angka yang berlambangkan tongkat tegak.             Jadi dapat kita buktikan bahwa orang orang terdahulu telah mengenal tulisan namun mereka tikak menggunakanangka untuk menghitung

Makalah Kurikulum 1994

untuk versi word klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan pendidikan. Secara sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara pemberian nilai pencapaian belajar di kurun waktu tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu kurikulum sudah barang tentu bukan perkara gampang. Banyak faktor yang menentukan dalam proses lahirnya sebuah kurikulum. Dalam merancang kurikulum biasanya dibentuk suatu tim kerja khusus yang dapat berupa lembaga resmi, misalnya seperti Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Kurikulum sampai saat ini sebagai satu-satunya lembaga resmi bermandat menelurkan kurikulum bagi sekolah penyelenggara pendidikan nasional Indonesia. T