Skip to main content

Sumber-sumber akhlak tasawuf

Untuk mendapat versi word, klik di sini
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Akhlak tasawuf adalah sebuah mata kuliah yang sangat penting untuk kita pelajari. Karena mempelajari akhlak tasawuf akan menghasilkan banyak sekali manfaat yang akan kita peroleh, mulai dari perubahan akhlak dari yang kurang baik menjadi baik, kemudian akan menjadi sangat baik apabila kita mau mempelajari serta mengamalkan apa-apa yang ada di dalamnya.

Kita sebagai mahasiswa akan sangat rugi bila tidak mempelajari dan memahami serta mengamalkan akhlak dan tasawuf. Karena akhlak dan tasawuf merupakan dua kata yang berbeda makna. Akhlak secara bahasa yaitu tingkah laku, budi pekerti, tabiat, dan perangai yang bersifat kepribadian seseorang dalam kehidupannya sehari-hari. Sedangkan tasawuf menurut bahasa berarti suci, shaf (barisan), dab suf (kain wol) maksudnya yaitu memelihara kesucian diri dari perbuatan yang tidak baik.

Setelah kita memahami makna mempelajari akhlak tasawuf dan kita mau mengamalkannya, otomatis kita akan mendapat hasil yang sangat luar biasa. Kita akan lebih mampu dalam bergaul dengan sesama manusia juga kepada sang pencipta yakni Allah SAW.

B. Rumusan Masalah1.      Apa fadhilah yang akan kita dapat jika mempelajari akhlak tasawuf?
2.      Apa landasan kita untuk mempelajari akhlak tasawuf?
3.      Adakah yang mewajibkan kita untuk mempelajari akhlak tasawuf?
 
C.    Tujuan
Mempelajari akhlak tasawuf bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan bagi kita serta menjadikan kita berubah dalam arti positif, berubah untuk meningkatkan level akhlak dari terendah hingga level tertinggi.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Sumber-Sumber Akhlak dan Tasawuf
Perlu diberikan penjelasan lebih dahulu mengapa kitab suci al-Qur’an dan al-Hadits dijadikan dasar pokok ajaran Islam. Seperti diketahui, umat Islam memahami dan meyakini agama Islam sebagai agama “wahyu”. Artinya ajaran agama Islam dibangun dan didasarkan dari hasil pemikiran, penalaran, perenungan dan semacamnya, melainkan berdasar "wahyu". Wahyu dipahami dan diyakini umat Islam secara keseluruhan sebagai kalam Allah SWT (Ucapan Allah SWT) yang tersalurkan pesan-pesan yang dimuat di dalamnya kepada umat manusia lewat perantaraan utusan Allah SWT. Kalam Allah SWT ini tidak pernah diintervensi (dicampuri) oleh manusia dalam hal ini para utusan Allah SWT, baik dari segi substansi materi maupun instrument kebahasaannya. Begitulah yang diyakini oleh umat manusia secara keseluruhan sepanjang kesejarahannya. Sementara itu, penjelas dalam rangka implementasi konkret kalam Allah SWT tersebut dalam kehidupan nyata sehari-hari umat manusia, utamanya umat Islam, maka pada ucapan, perbuatan dan persetujuan (taqrir) utusan Allah SWT dalam hal ini Rasulullah Muhammad SAW, yang disebut al-Hadits. Secara ringkas, al-Hadits merupakan jabaran fungsional-praktikal dari al-Qur'an yang menyebabkan al-Qur’an jadi living (hidup) dalam praktek kehidupan, terutama pada masa Rasulullah SAW hidup. Sementara itu pula metode dan prosedur untuk memahami muatan al-Qur’an disebut ilmuTafsir.
Oleh karena ajaran Islam memiliki dasar pokok berupa Qur’an dan al-Hadits, maka dengan sendirinya Akhlak Tasawuf yang menjadi bagian dari hasil pemahaman terhadap ajaran Islam itupun sumbernya juga harus dari al-Qur’an dan al-Hadits.

1.      Sumber dari Al-Qur’an dan Hadits tentang Akhlak

1.1Sumber dari Al-Qur’an 

Dalam al-Qur’an kata yang berkaitan dengan akhlak diantaranya adalah surat as-Syu’ara’ ayat 137, yang berbunyi:
إِنْ هَذَا إِلَّا خُلُقُ الْأَوَّلِينَ
Artinya:”(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang dahulu.”
Lalu dalam surat al-Qalam ayat 4 berbunyi:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Artinya:”Sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah orang yang berakhlak sangat mulia.”

Dua ayat ini, baik dilihat dari asal kata dan muatan kata, dapat dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa istilah akhlak memang terdapat dalam al-Qur’an. Hanya saja bila dilihat dari konteks ayat, terdapat perbedaan muatan akhlak di dalamnya. Dalam surat as-Syu’ara ayat 137 istilah akhlak diartikan sebagai “adat kebiasaan buruk” dari seorang umat nabi Hud AS., sedangkan istilah akhlak yang termuat dalam surat al-Qalam ayat 4 adalah dalam konteks budi pekerti yang agung atau luhur” dari sosok nabi Muhammad SAW. Berdasarkan keterangan tersebut, maka akhlak dapat disebut “akhlak yang baik” dan juga disebut “akhlak yang buruk”
1.2  Sumber dari Hadis
Adapun hadis yang menjelaskan tentang akhlak antara lain:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَاتِ قَائِمِ اللَّيْلِ صَائِمِ النَّهَارِ (مسند أحمد)
‘Aisyah – semoga Allah meridhainya – berkata, “Aku mendengar Nabi – shallallaahu ‘alaihi wassalaam – berkata, sungguh orang-orang yang beriman dengan akhlak baik mereka bisa mencapai (menyamai) derajat mereka yang menghabiskan seluruh malamnya dalam sholat dan seluruh siangnya dengan berpuasa.” [Musnad Imam Ahmad]
Kemudian dalam riwayat Tirmidzi juga rasulullah pernah bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا (الترمذى)
“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah ia yang memiliki akhlak terbaik. Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya kepada pasangannya.” (Hadits riwayat Tirmidzi)





2.      Sumber dari Al-Qur’an dan Hadis tentang Tasawuf

2.1 Sumber dari Al-Qur’an
Istilah tasawuf secara eksplisit kebahasaan tidak pernah disebut dalam al-Qur’an. Sebagian besar ulama tasawuf sepakat bahwa masalah tasawuf tersebut secara implisit (tersirat) dan termuat dalam istilah “zuhud”. Sementara itu istilah zuhud (yang berarti orang yang tidak merasa tertarik terhadap sesuatu), hanya terdapat satu kali ditulis dalam al-Qur’an yaitu dalam surat Yusuf ayat 20:
وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ وَكَانُواْ فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ
Artinya: Dan mereka menjual yusuf dengan harta yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka (anggota kafilah dagang) itu tidak merasa tertarik hati mereka terhadapnya (Yusuf).
Dari cara penelusuran payung ayat seperti di atas, maka banyak konsep dalam ajaran Tasawuf (yakni ajaran tasawuf yang telah disistem menjadi sebuah disiplin ilmu fann al-‘ilm) yang dicari-carikan paying ayatnya dalam al-Qur’an, sekedar contoh yang dikutipkan dari beberapa kata kunci mengenai maqam (terminal ruhani), antara lain kata-kata kunci: taubat, sabar, faqr, zuhud, tawakkal, mahabbah, ma’rifah, ridha dan sebagainya.
Kata kunci “taubat” antara lain di dasarkan pada Surat al-Baqarah ayat 222:
إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya : . . . .Seseungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan Dia menyukai orang-orang yang menyucikan diri.
Kata kunci “sabar” antara lain didasarkan pada surat al-Mu’min atau Ghafir ayat 55 yang berbunyi:
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ
Artinya: Maka bersabarlah engkau, karena sesungguhnya janji Allah itu benar.....
Kata kunci “Faqr”' dikaitkan dengan surat Thaha ayat 2:
مَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى
Artinya: Kami tidak menurunkan al-Qur’an ini kepadamu agar menjadi sengsara.
Kata kunci “tawakkal” dikaitkan dengan surat ath-Thalaq ayat 3 berbunyi:
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Artinya: ....dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.
Kata kunci “mahabbah” dikaitkan antara lain dengan surat Ali Imran ayat 31
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
Artinya: Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan Dia akan mengampuni dosa-dosamu....” Kata kunci “ma’rifah” dikaitkan antara lain dengan surat Qaf ayat 16:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
Artinya: Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat dengannya daripada urat lehernya.
Yang terakhir kata kunci “ridla” dikaitkan dengan surat al-Maidah ayat 119:
رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya: ....Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha terhadap-Nya; itulah keberuntungan yang sangat besar.
Mencermati contoh-contoh ayat di atas, maka dalam peristilahan maqam ada beberapa kata kunci yang dari asal kata-katanya memang dapat dirujukan pada al-Qur’an, seperti kata kunci “taubat” (Surat al-Baqarah ayat 222), “sabar” (Surat al-Mu’min/Ghafir ayat 55), “zuhud” (Surat Yusuf ayat 20), “tawakkal” (Sura at-Thalaq ayat 3), “mahabbah” (Surat Ali Imran ayat 31), “ridla” (Surat al-Maidah ayat 119). Sementara itu kata kunci “faqr” (Surat Thaha ayat 2) dan kata kunci “ma’rifah” (Surat Qaf ayat 16) dipahami secara implisit terhadap muatan pesan ayat-ayat tersebut.
Masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang Tasawuf diantaranya Q.S. Al-Ahzab ayat 41-42, Q.S Al-Baqarah ayat 185, Q.S Al-Baqarah ayat 115.

2.2 Sumber dari Hadits
Selain ayat ayat Al-Qur’an di atas, terdapat juga Hadits-hadits yang menerangkan untuk selalu mendekatkan diri pada Allah, mencintai-Nya dan selalu berdzikir kepada-Nya. Diantara nya adalah:
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ
Artinya: “Barangsiapa yang mengetahui dirinya sungguh  ia mengetahui Tuhannya”.

كُنْتُ كَنْزًا مُخْفِيًافَاَحْبَبْتُ اَنْ اُعْرَفَ فَخَلَقْتُ الْخَلْقَ فَبِيْ عَرَفُوْنِ.
Artinya: “Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi kemudian aku ingin di kenal, maka Aku ciptakanlah makhluk dan melalui Aku merekapun mengenal pada-Ku”. (Hadits Qudsi)

عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ قَال: قَال رَسُوْلُ الله صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ اَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَنْدِي بِي وَاَنَا مَعَهُ حِيْنَ يَذْكُرُنِيْ فِيْ نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِهِ وَاِنْ ذَكَرَ نِي فِيْ مَلاَءٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلاَءٍ هُمْ خَيْرُ مِنْهُ وَاِنِ اقْتَرَبَ اِلَيَّ شِبْرًاتَقَرَّبْتُ اِلَيه ذِرَاعًا وَاِنِ اقْتَرَبَ اِلَيَّ ذِرَاعًا اِقْتَرَبَ اِلَيه بَاعًا وَاِنْ اَتَنِس مَاشِيًا اَتَيْتُهُ هِرْوَلَةً. رواه مسلم
Artinya : “Dari Abi Hurairah ra. Beliau berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Berfirman Allah Maha Mulia dan Maha Agung: “Aku adalah menurut persangkaan hamba-Ku pada diri-Ku dan Aku besertanya di kala ia menyebut asma-Ku. Apabila ia menyebut-Ku pada dirinya secara sirri, maka Akupun akan menyebutnya dengan pahala dan rahmat secara rahasia. Andaikata ia menyebut-Ku pada suatu perkumpulan, maka Akupun akan menyebutnya pada suatu perkumpulan yang lebih baik. Dan anadaikata ia mendekat pada-Ku dengan sejengkal, maka Aku akan menyebutnya dengan satu elo (dari siku sampai ujung jari) selanjutnya bila ia mendekat pada-Ku satu elo, maka Aku dekati ia sehasta. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang padamu dengan cepat-cepat”.(H.R.Muslim)

عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ قَال: قَال رَسُوْلُ الله صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم اِنَّ اللهَ تَعَال قَال مَنْ عَادَلِي وَلِيًّا فَقَدْ اَذَنْتُهُ بِالحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ اِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَئٍ اَحَبَّ اِلَيَّ مِمَّاافْتَرَضْتً عَلَيه وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ اِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّي اَحِبَّهُ فَإِذَ اّحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يُبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَلَئِنْ سَأَلَنِيْ لاَاَعْطَيْتُهُ وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيْذَنَّهُ. رواه البغاري.
Artinya:”Dari Abi Hurairah ra., berkata:”Rasulullah SAW.,:”Sesungguhnya Allah telah berfirman “siapa yang memusuhi seorang kekasih-Ku, maka Aku menyatakan perang padanya. Dan tiada mendekat kepada seseorang hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Kusukai daripada menjalankan kewajibannya dan selalu seorang hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan melakukan sunah-sunah, sehingga Kusikai, maka apabila Aku telah mengasihinya, Akulah yang menjadi pendengaran dan penglihatannya, sebagai tangan yang dipergunakannya dan kaki yang dijalankannya dan apabila ia memohon kepada-Ku pasti Kukabulkan dan jika berlindung kepada-Ku pasti Kulindungi”.(H.R Bukhori).

Demikian ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits rasulullah SAW. Yang kami nukil sebagian untuk menguatkan keterangan bahwa tassawuf tumbuh dan berkembang dari pengaruh ajaran islam itu sendiri.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Akhlak dan tasawuf adalah sebuah pembelajaran yang sudah jelas ada di dalam hadis dan al-qur’an, maka sudah sepantasnya bagi kita untuk mampu memahami dan mengamalkan seperti yang dicontohkan oleh rasulullah dan para sahabat-sahabat serta para orang-orang mukmin terdahulu. Tanpa adanya akhlak dan tasawuf, hidup kita di dunia ini hanyalah akan menjadi sia-sia. Sebagai umat islam kita harus memiliki akhlak tasawuf, tidak boleh tidak. Kita tidak boleh hanya berakhlak namun meninggalkan tasawuf dan tidak boleh hanya tasawuf tanpa akhlak.


Comments

Popular posts from this blog

ALAT PERAGA DAN MEDIA PEMBELAJARAN

untuk versi word klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Jika kita melihat dinamika kehidupan ini, kita sudah tentu pasti melihat bahwa dunia ini terus mengalami perubahan demi perubahan. Perubahan tersebut adalah cenderung perubahan yang membawa ke hal yang lebih baik dari sebelumnya. Kita misalkan saja pada masalah teknologi yang semakin berkembang pesat menjadikan kita dituntut untuk mampu mengikuti arus tersebut. Mengikuti arus perkembangan zaman sangat perlu kita lakukan agar kita tidak termasuk orang yang tertinggal yang disebut kuno. Terkhusus untuk perkembangan teknologi, perkembangan ini sangat mempengaruhi berbagai bidang kehidupan kita di dunia hampir pada seluruh aspek kehidupan kita, baik itu dalam bidang sosial, budaya dan sebagainya. Begitu juga dalam dunia pendidikan, kita sangat membutuhkan teknologi demi kemajuan pendidikan yang lebih baik daripada sebelumnya. Dengan masuknya teknologi dalam dunia pendidikan, lembaga atau instansi pendidikan

Sistem Numerasi

Untuk versi word lebih jelas :), klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang             Konsep bilangan dan pengembangannya menjadi sistem angka muncul jauh sebelum adanya pencatatan sejarah, sehingga evolusi dari sistem itu hanyalah merupakan dugaan semata. Petunjuk mengenai awal manusia mengenal hitungan ditemukan oleh arkeolog Karl Absolom pada tahun 1930 dalam sebuah potongan tulang serigala yang diperkirakan berumur 30.000 tahun. Pada potongan tulang itu ditemukan goresan-goresan kecil yang tersusun dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas lima, seperti lllll lllll lllll. Sehingga  tidak diragukan lagi bahwa orang-orang primitif sudah memiliki pengertian tentang bilangan dan mengerjakannya dengan metode ijir (tallies), menurut suatu cara korespondensi satu-satu. Ijir adalah sistem angka yang berlambangkan tongkat tegak.             Jadi dapat kita buktikan bahwa orang orang terdahulu telah mengenal tulisan namun mereka tikak menggunakanangka untuk menghitung

Makalah Kurikulum 1994

untuk versi word klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan pendidikan. Secara sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara pemberian nilai pencapaian belajar di kurun waktu tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu kurikulum sudah barang tentu bukan perkara gampang. Banyak faktor yang menentukan dalam proses lahirnya sebuah kurikulum. Dalam merancang kurikulum biasanya dibentuk suatu tim kerja khusus yang dapat berupa lembaga resmi, misalnya seperti Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Kurikulum sampai saat ini sebagai satu-satunya lembaga resmi bermandat menelurkan kurikulum bagi sekolah penyelenggara pendidikan nasional Indonesia. T