untuk versi word, klik di sini
KEDUDUKAN
TAUHID SYAHADAH DALAM ISLAM
Setelah
Allah memperkenalkan diri-Nya sebanyak 3326 kali dalam al-Qur’an (agus Mustofa:
2005:79), maka selanjutnya yang dituntut oleh Allah dari pemberitahuan itu
adalah tumbuhnya pengakuan dan kesaksian hati (syahadat) dalam diri manusia
akan keEsaan-Nya.
“Tauhid
adalah penyaksian dan bukan pengetahuan, barang siapa yang menyaksikan maka ia
telah bertauhid, barang siapa hanya mengetahui ia belum bertauhid”. (Muhyiddin Ibn
Al-Arabi; 1997:3).
Jelasnya
esensi Tauhid itu adalah syahadat, seperti dijelaskan dalam hadis rasul yang
mengatakan
بني الاسلام علي خمس: شهادة ان لااله الاالله Ùˆ ان Ù…Øمدا رسول الله, Ùˆ
اقام الصلاة Ùˆ ابناء الزكاة Ùˆ صوم الرمضان والØج (رواه مسلم)
Artinya:
“dibangun islam itu atas lima: syahadat bahwa tiada tuhan selain Allah dan
muhammad rasul Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan,
dan haji (HR. Muslim).
Sabda
rasul diatas menjelaskan bahwa dasar atau pondasi bangunan islam adalah syahadat
yaitu kesaksian dan pengakuan hati akan ke-Esaan Allah dan kerasulan muhammad
saw ibadah mahdhah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji dan ibadah ammah
(Semua amal shaleh lainnya) adalah perwujudan dari Tauhid syahadat.
Apabila
diumpamakan dengan sebuah pohon, akarnya adalah syahadat. Shalat, puasa, zakat
dan haji adalah batang dari pohon itu. Sedangkan daun, bunga dan buah dari
pohon tersebut, adalah amal shaleh.
Sebagai
pondasi ajaran islam, (syahadat sama dengan iman) tidak sempurna apabila tidak
diwujudkan dengan ibadah dan amal shaleh. Sebaliknya ibadah dan amal shaleh
tidak ada artinya (sia-sia) apabila tidak dilandasi degan syahadat. Bahkan
orang-orang yang shalat kata Allah justru akan masuk neraka apabila shalatnya
tidak dilandasi oleh Tauhid syahadat. Solat tidak dinilai ibadah (upaya
peng-Esaan Allah) apabila tidak dilandasi syahadat seperti dijelaskan dalam al-Qur’an
surah al-ma’un:4-6 yang berbunyi:
Artinya:
“maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang
lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya”
Karena
itu agar shalat, puasa, zakat, haji dan seluruh amal ibadah kita tidak sia-sia
maka langkah yang lebih dahulu kita bangun di dalam hati adalah Tauhid syahadat
(iman). Allah SWT sepertinya tidak atau belum mewajibkan manusia untuk shalat
sebelum kondisi iman tersemai dengan mantap, demikian juga ibadah puasa, tidak
diwajibkan kecuali bagi orang-orang yang beriman. (QS Al-Baqarah:183). Demikian
juga dengan zakat dan amal shaleh lainnya harus didasari dengan iman (QS
Al-Baqarah:3).
Rasulullah
saw sendiri selaku pembawa ajaran islam telah memperlihatkan pada kita sejarah
pembinaan dan pengembangan ajaran islam itu sendiri. Selama 10 tahun periode
makiah, beliau belum mewajibkan shalat, puasa, zakat, dan haji bagi
sahabat-sahabat dan pengikutnya. Selama 10 tahun periode makiah yang disemaikan
oleh rasul di hati para sahabat dan pengikutnya adalah mutlak masalah iman berupa
pengenalan, pengakuan dan kesaksian hati, akan ke-Esaan Allah sebagai
satu-satunya dzat Rabul ‘alamin, yaitu dengan cara bersaksi dan ber dzikir,
tasbih, tahmid, tahlil dan takbir tanpa henti dalam setiap kegiatan. Pada
periode makian ini rasulullah belum mewajibkan (menyuruh) para sahabat dan
pengikutnya untuk melakukan ibadah.
Kehidupan
beragama seorang muslim yang kokoh dan tangguh hanya akan terwujud apabila
Tauhid syahadahnya sudah mantap. Kehidupan seorang muslim akan rapu dan mudah
runtuh dalam perjalanan waktu apabila syahadahnya tidak mantap.
Sejarah
telah memperlihatkan bahwa bangunan yang paling kuat dan paling kokoh daya
tahannya sepanjang jaman adalah bangunan piramida. Karena itu kehidupan
beragama seorang muslim agar kokoh dalam mengahdapi arus dan gelombang Zaman
haruslah seperti bangunan piramida, seperti gambar berikut.
HAJI
1x1
ZAKAT
6x1
PUASA
60x30
SHALAT
60x365x5 kali
MENTAUHIDKAN
TUHAN
60x365x60x60x24
dan terus ke alam baqa’ tak terhingga
Banyaknya =
Keterangan gambar (dari atas ke bawah) merupakan bangunan kehidupan
seorang muslim mengacu pada rukun islam (hadis Rasul diatas ).
1.
Ibadah haji diwajibkan sekali seumur hidup.
2.
Ibadah zakat diwajibkan sebanyak jumlah umur baligh /berakal x 1
kali.
3.
Ibadah puasa diwajibkan sebanyak jumlah umur baligh /berakal x 30
kali(hari)
4.
Ibadah shalat diwajibkan sebanyak jumlah umur baligh /berakal x 365
hari x 5 kali sehari semalam.)
5.
Mentauhidkan Allah (Tauhid syahadat) dalam bentuk dzikir diwajibkan
seumur hidup, terus menerus sampai akhir hayat menuju alam baka selama 60 tahun
umur baligh/berakal x 365 hari dalam setahun x 24 jam sehari semalam x 60 menit
setiap jam x 60 detik setiap menit, berlangsung terus tanpa henti tanpa batas
(dilambangkan dalam matematika dengan bentuk
.
Artinya : bacalah apa yang diwahyukan kepadaMu,
yaitu al-kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat
Allah adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dengan demikian karakteristik orang
yang mengaku beriman itu adalah kehidupannya didirikan atas kesaksian akan Allah
dan penghambaan hanya kepada-Nya satu-satunya. Bangunan kehidupan seorang
muslim tidak akan mampu tegak tanpa kalimat syahadat. Bangunan kehidupan akan
rapuh dan mudah terombang-ambing jika kesaksiannya terhadap Allah tidak kokoh.
Peribadatan dan anak shaleh (tugas kekhalifahan) tidak akan stabil jika tidak
dilandasi dengan syahadat sebagai karakteristik diri.
Comments
Post a Comment