versi word, klik di sini
FILSAFAT
MANAJEMEN
Filsafat atau
falsafah mempunyai banyak pengertian. Menurut Socrates, filsafat adalah suatu
cara berpikir yang radikal dan menyeluruh atau cara berpikir yang mengupas
sesuatu sedalam-dalamnya. Tetapi tugas filsafat tidak menjawab pertanyaan yang
timbul dalam kehidupan, tetapi mempersoalkan jawaban yang diberikan.
Berfilsafat adalah berpikir radikal atau sampai kepada radiks-nya (akarnya),
menyeluruh dan mendasar.
Filsafat
bersifat menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Dengan kata lain cakupan
filsafat hanyalah mengenai hal-hal yang bersifat umum. Hal-hal yang bersifat
khusus menjadi kajian ilmu. Jadi cakupan ilmu memang lebih sempit dari pada
cakupan filsafat. Meskipun cakupan ilmu lebih sempit, kajian ilmu adalah lebih
mendalam dan lebih tuntas.
Telaah ilmu
dari segi filosofis adalah telaah yang berusaha menjawab pertanyaan mengenai
hakikat ilmu. Telaah tersebut dinamakan filsafat ilmu. Pertanyaan yang
diusahakan untuk dijawab oleh filsafat ilmu adalah yang berkenaan dengan :
a.
Obyek telaah suatu ilmu.
b.
Wujud hakiki obyek tersebut.
c.
Hubungan antara obyek dan manusia yang membuah ilmu dan pengetahuan.
d.
Cara memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang benar.
e.
Penggunaan ilmu dan pengetahuan.
Manajemen
mengandung tiga pengertian yaitu: pertama, manajemen sebagai proses, kedua
manajemen sebagai kolektivitas, ketiga manajemen sebagai suatu seni (art)
dan suatu ilmu. Pengertian ketiga istilah tersebut di atas diuraikan sebagai
berikut :
1. Manajemen sebagai suatu
proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Menurut Haiman,
manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu dengan melalui kegiatan orang
lain dan mengawasi uasaha-usaha individu untuk mencapai tujuan utama bersama.
Selanjutnya menurut GR. Terry mengatakan bahwa manajeman adalah pencapaian tujuan
yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain. Dari
dua defenisi tersebut dapat disimplkan bahwa ada tiga pokok penting dalam
defisi tersebut yaitu, pertama adanya tujuan yang ingin dicapai, kedua tujuan
yang dicapai dengan mempergunakan kegiatan orang lain, dan ketiga kegiatan
orang lain itu harus dibimbing dan diawasi.
2. Manajeman sebagai
kolektivitas, orang-orang yang melakukan aktivitas manajeman. Jadi setiap orang
yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut
manajeman. Dalam arti tunggal disebut manejer. Manejer adalah pejabat yan
bertanggung jawab atas terselenggaranya aktivitas-aktivitas manajemen agar
tujuan unit pimpinannya tercapai dengan menggunakan bantuan orang lain.
3. Manajemen sebagai suatu seni
dan ilmu, manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata
mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan manajeman sebagi ilmu berfungsi
menerangkan fenomena-fenomena, kejadian-kejadian, dan kedaan-keadaan.
Dalam
pembahasan ini akan dijelaskan tentang bagaimana manajemen dari sudut ontologi,
epistemologi dan aksiologi filsafat.
1.
Ontologi
Ontologi
kadang-kadang disamakan dengan metafisika. Istilah metafisika itu
pertama kali dipakai oleh Andronicus dari Rhodesia pada zaman 70 tahun sebelum
Masehi. Artinya adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan hal-hal yang
bersifat supra-fisis atau kerangka penjelasan yang menerobos melampaui
pemikiran biasa yang memang sangat terbatas atau kurang memadai. Makna lain
istilah metafisika adalah ilmu yang menyelidiki hakikat apa yang ada dibalik
alam nyata. Jadi, metafisika berati ilmu hakikat. Ontologi pun berarti ilmu
hakikat.
Yang
dipermasalahkan oleh ontologi dalam ilmu Manajemen adalah siapa yang
membutuhkan manajeman? Pertanyaan ini sering dijawab perusahaan (bisnis), tentu
saja benar sebagian tetapi tidak lengkap karena manajeman juga dibutuhkan untuk
semua tipe kegiatan yang diorganisasi dan dalam semua tipe organiasasi. Dalam
pratik menajemen dibutuhkan dimana saja orang-orang bekerja sama untuk mencapai
suatu tujuan bersama.
Dilain pihak
setiap manusia dalam perjalanan hidupnya selalu akan menjadi anggota dari
beberapa macam organisasi, seperti organisasi sekolah, perkumpulan olah raga,
kelompok musik, militer atau pun organisasi perusahaan. Organisasi-organisasi
ini mempunyai persamaan dasar walaupun dapat berbeda satu dengan yang lain
dalam beberapa hal, seperti contoh organisasi perusahaan atau departemen pemerintah
dikelola secara lebih formal dibanding kelompok musik atau rukun tetangga.
Persamaan ini tercermin pada fungsi-fungsi manejerial yang dijalankan.
2.
Epistemologi
Istilah
epistemologi ini pertama kali digunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854 dalam
bukunya yang berjudul Institute of Metaphysics. Menurut sarjana tersebut
ada dua cabang dalam filsafat, ialah: epistemologi dan ontologi. Epistemologi
berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan dan logos
yang berarti teori. Jadi, dengan istilah itu, yang dimaksud epistemologi adalah
penyelidikan asal mula pengetahuan atau strukturnya, metodenya, dan
validitasnya.
Ruang lingkup
epistemologi pada Manajemen dapat dilihat dalam kaitannya dengan sejumlah
disiplin ilmu yang bisa ”kerja sama” seperti: pendidikan, ekonomi, politik, dan
lain-lain. Namun ruang lingkup itu mengalami perkembangan, sehingga pada setiap
era terdapat lingkup yang khusus dalam epistemologi itu. Ruang lingkup yang
khusus bisa terjadi pada disiplin ilmu manajemen itu sendiri sehingga
melahirkan spesialisasi pengkajiannya. Di antara spesialisasi itu adalah :
a. Manajeman
pendidikan
b. Manajeman
sumberdaya manusia
c. Manajemen
keuangan
d. Manajemen
personalia
e. Manajemen
produksi, dan lain sebagainya
Semula
epistemologi ini mempermasalahkan kemungkinan yang mendasar mengenai
pengetahuan (very possibilityof knowledge). Apakah pengetahuan yang
paling murni dapat dicapai.
Permasalahan
epistemologi di ilmu manajemen berkisar pada ihwal proses yang memungkinkan
ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu: bagaimana prosedurnya, apa yang harus
diperhatikan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, apakah yang disebut
kebenaran dan apa saja kriterianya, serta sarana apa yang membantu orang
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu.
Jawaban-jawaban
yang dibutuhkan untuk memenuhi pertanyaan tersebut di manajemen sudah
sedemikian rupa diberlakukan bagi para ilmuwan itu sendiri. Prosedur dengan
pendekatan metode ilmiah adalah prosedur baku untuk menelaah manajemen.
Cara pencarian
kebenaran yang dipandang ilmiah ialah yang dilakukan melalui penelitian.
Penelitian adalah hasrat ingin tahu pada manusia dalam taraf keilmuannya.
Penyaluran sampai taraf setinggi ini disertai oleh keyakinan bahwa ada sebab
bagi setiap akibat, dan bahwa setiap gejala yang tampak dapat dicari
penjelasannya secara ilmiah. Penelitian adalah suatu proses yang terjadi dari
suatu rangkaian langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk
mendapatkan jawaban sejumlah pertanyaan.
Pada setiap
penelitian ilmiah melekat ciri-ciri umum, yaitu : pelaksanaannya yang metodis
harus mencapai suatu keseluruhan yang logik dan koheren. Artinya dituntut
adanya sistem dalam metode maupun dalam hasilnya. Jadi susunannya logis. Ciri
lainnya adalah universalitas. Bertalian dengan universalitas ini adalah
objektivitas. Setiap penelitian ilmiah harus objektif artinya terpimpin oleh
objek dan tidak mengalami distorsi karena adanya berbagai prasangka subyektif.
Agar penelitian ilmiah dijamin objektivitasya, tuntutan intersubjektivias perlu
dipenuhi.
3. Aksiologi
Aksiologi
berasal dari bahasa Yunani axios yang berarti `memiliki harga ’mempunyai
nilai’, dan logos yang bermakna `teori` atau `penalaran Sebagai suatu
istilah, aksiologi mempunyai arti sebagai teori tentang nilai yang diinginkan
atau teori tentang nilai yang baik dan dipilih. Teori ini berkembang sejak
jaman Plato dalam hubungannya dengan pembahasan mengenai bentuk atau ide
(ide tentang kebaikan).
Permasalahan
aksiologi ilmu manajemen (1) sifat nilai, (2) tipe nilai, (3) kriteria
nilai, dan (4) status metafisika nilai. Masing-masing dicoba untuk
dijelaskan dengan ringkas sebagai berikut.
Sifat nilai
atau paras nilai didukung oleh pengertian tentang pemenuhan hasrat,
kesenangan, kepuasan, minat, kemauan rasional yang murni, serta persepsi mental
yang erat sebagai pertalian antara sesuatu sebagai sarana untuk menuju ke titik
akhir atau menuju kepada tercapainya hasil yang sebenarnya. Di dalam mengkaji
Manajemen berkecimpung tentunya dilandasi dengan hasrat untuk mendapatkan
kepuasan.
Perihal tipe
nilai didapat informasi bahwa ada nilai intrinsik dan ada nilai
instrumental. Nilai intrinsik ialah nilai konsumatoris atau yang melekat
pada diri sesuatu sebagai bobot martabat diri (prized for their own sake).
Yang tergolong ke dalam nilai instrinsik adalah kebaikan dari segi moral,
kecantikan, keindahan, dan kemurnian. Nilai instrumental adalah nilai penunjang
yang menyebabkan sesuatu memiliki nilai instrinsik.
Penerapan tipe
nilai bagi manajemen diarahkan manajemen sebagai profesi. Banyak usaha yang
telah dilakukan untuk mengklasifikasikan manajemen sebagai profesi,
kriteria-kriteria untuk menentukan sesuatu sebagai profesi yang dapat diperinci
sebagai berikut:
1. Para profesional membuat
keputusan atas dasar prinsip-prinsip umum. Adanya pendidikan kursus-kursusan
program-program latihan formal menunjukan bahwa ada pinsip-prinsip manajemen
tertentu yang dapat diandalkan
2. Para profesional mendapatkan
status mereka karena mencapai standar prestasi kerja tertentu, bukan karena
favoritisme atau karena suku bangsa atau agamanya
3. Para profesional harus
ditentukan oleh suatu kode etik yang kuat, dengan disiplin untuk mereka yang
menjadi klienya.
Manajeman telah
berkembang menjadi bidang yang semakin profesional melalui perkembangan yang
mencolok program-program latihan manajemen di Universitas-universitas ataupun
lambaga-lembaga manajemen swasta dan melalui pengembangan para eksekutif
organisasi atau perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bakry, Noor Ms.
2001. Logika Praktis Dasar Filsafat dan Sarana Ilmu. Yogyakarta :
Penerbit Liberty.
Bucaille,
Maurice. 1994. Asal-usul Manusia. Bandung : Mizan
Handoko, T,
Hani, 2003, Manajemen : Edisi 2, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Manullang, M,
1999, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta : Ghalia Indodesia
Sukra, Yuhara.
2000. Wawasan Ilmu Pengetahuan Embrio : Benih Masa Depan. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Suriasumantri,
Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Pidarta Made,
1997, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan bercorak Indonesia,
Jakarta, PT. Rineka Cipta
Comments
Post a Comment