Untuk versi word, klik di sini
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam amat
penting, terutama bagi pelajar-pelajar agama Islam dan pemimpin-pemimpin Islam.
Dengan mempelajari Sejarah Pendidikan Islam kita dapat mengetahui sebab
kemajuan dan kemunduran Islam baik dari cara didikannya maupun cara ajarannya.
Khususnya pendidikan islam pada Zaman Nabi Muhammad SAW.
Sebagai umat Islam, hendaknya kita mengetahui
sejarah tersebut guna menumbuh kembangkan wawasan generasi mendatang di dalam
pengetahuan sejarah tersebut. Sejarah Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad
SAW terdapat dua periode. Yaitu periode Mekah dan periode Madinah.
Pada periode Mekah, Nabi Muhammad lebih menitik
beratkan pembinaan moral dan akhlak serta Tauhid kepada masyarakat Arab yang bermukim
di Mekah dan pada periode di Madinah Nabi Muhammad SAW melakukan pembinaan di
bidang sosial politik. Di sinilah pendidikan islam berkembang pesat.
B.
Rumusan
Masalah
a.
Bagaimana
perkembangan ilmu pendidikan islam pada masa Rasulullah.
b.
Bagaimana
perkembangan ilmu pendidikan islam pada masa khulafaurrasyidin.
c.
Bagaimana
perkembangan ilmu pendidikan islam pada masa Bani Umaiyah.
C. Tujuan
a.
Mengetahui
perkembangan ilmu pendidikan islam pada masa rasulullah, para sahabat serta
pada masa Bani Umaiyah.
b.
Mengetahui
latar belakang munculnya ilmu pendidikan islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
Pendidikan islam pada masa Rasulullah dapat
dibedakan menjadi 2 periode:
Periode Mekah
Periode Madinah
1.
Pendidikan
Islam Pada Masa Rasulullah di Mekah
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama
di Gua Hira di Mekah pada tahun 610 M. Dalam wahyu itu termaktub ayat al-Qur’an
yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan
(semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia
apa yang belum diketahuinya.
Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua
termaktub ayat Al-Qur’an yang artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut).
Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu
bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu member
(dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW
telah diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain selimut dan
menyingsingkan lengan baju untuk member peringatan dan pengajaran kepada
seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan islam.
Kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu
disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan
teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah banyak orang memeluk islam, lalu Nabi
menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan
sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. di tempat itulah pendidikan islam
pertama dalam sejarah pendidikan islam. di sanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar
atau pokok-pokok agama islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan
wahyu-wahyu (ayat-ayat) al-Qur’an kepada para pengikutnya serta Nabi menerima
tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama islam atau menanyakan hal-hal
yang berhubungan dengan agama islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat)
bersama sahabat-sahabatnya.
Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi,
supaya menyiarkan agama islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan
terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan
dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan
Penyiaran islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan islam.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di
Mekah Nabi Muhammad juga mengajarkan al-Qur’an karena al-Qur’an merupakan inti
sari dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan
Tauhid kepada umatnya.
Intinya pendidikan dan pengajaran yang
diberikan Nabi selama di Mekah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta
menganjurkan kepada manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan
kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta sebagai anjuran
pendidikan ‘akliyah dan ilmiah.
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan
Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa Mekah meliputi:
Pendidikan Keagamaan
Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah
semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
Yaitu mempelajari kejadian manusia dari
segumpal darah dan kejadian alam semesta.
Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti
Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada
sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran Tauhid.
Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.
Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan
dan tempat kediaman.
2.
Pendidikan
Islam pada masa Rasulullah di Madinah
Berbeda dengan periode di Mekah, pada periode
Madinah Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran islam yang berkenaan dengan
kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan,
bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran
pendidikan agama islam di Madinah adalah sebagai berikut:
Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru,
menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar
terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar
diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik).
Dasar-dasar tersebut adalah:
Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa
permusuhan dan pertentangan antara suku, dengan jalan mengikat tali
persaudaraan diantara mereka. Nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula
diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshor. Dengan lahirnya
persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi
Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai
dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Mekah.
Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong
dalam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah
syari’at zakat dan puasa, yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam
tanggung jawab sosial, baik secara materiil maupun moral.
Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam
pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya
media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat Jum’at yang dilaksanakan
secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat Jum’at tersebut hampir seluruh warga
masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad
SAW dan shalat jama’ah Jum’at
Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut
lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SWA mendapat wahyu dari Allah untuk
memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Mekah,
karena dengan demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki identitas.
Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan
kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian
dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa
kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong, bantu-membantu,
terutama bila ada serangan musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan
negeri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi merdeka memeluk
agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaannya. Inilah salah satu
perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.
Materi pendidikan sosial dan kewarganegaraan
Islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi
Madinah, yang dalam praktiknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan
ayat-ayat yang turun Selama periode Madinah.
Tujuan pembinaan adalah agar secara
berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku
bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab
maupun dalam kehidupan Bangsa-Bangsa di seluruh dunia.
Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
SAW
Mengidentifikasikan kurikulum pendidikan pada
Zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang
luas tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah memanfaatkan berbagai kesempatan
yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan rasulullah menyampaikan ajarannya
dimana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat
lainnya.
Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan
Untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai
pendidik, Rasulullah telah melakukan serangkaian kebijakan yang amat strategis
serta sesuai dengan situasi dan kondisi.
Proses pendidikan pada Zaman Rasulullah berada
di Mekah belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian belum di
mungkinkan, karena pada saat itu Nabi Muhammad belum berperan sebagai pemimpin
atau kepala Negara, bahkan beliau dan para pengikutnya berada dalam
baying-bayang ancaman pembunuhan dan kaum kafir Quraisy. Selama di Mekah
pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah secara sembunyi-sembunyi.
Diantaranya yang terkenal adalah rumah Al- Arqam. Langkah yang bijak dilakukan
Nabi Muhammad SAW pada tahap awal Islam ini adalah melarang para pengikutnya
untuk menampakkan keislamannya dalam berbagai hak. Tidak menemui mereka kecuali
dengan Cara sembunyi-sembunyi dalam mendidik mereka.
Setelah masyarakat Islam terbentuk di Madinah
barulah, barulah pendidikan Islam dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka
secara umum. Dan kebijakan yang telah dilakukan Nabi Muhammad ketika di Madinah
adalah Membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang selanjutnya digunakan
sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah.
Mempersatukan berbagai potensi yang semula
saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini dituangkan dalam
dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Dengan adanya piagam
tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan damai.
B.
Pendidikan
Islam Pada Masa Khulafa al-Rasyidin
Tahun-tahun pemerintahan Khulafa al-Rasyidin
merupakan perjuangan terus menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan
kebatilan yang mereka perangi dan musuhi. Pada Zaman khulafa al-Rasyidin
seakan-akan kehidupan Rasulullah SAW itu terulang kembali. Pendidikan Islam
masih tetap memantulkan Al-Qur’an dan Sunnah di ibu Kota khilafah di Mekah, di
Madinah dan di berbagai negeri lain yang ditaklukkan oleh orang-orang Islam.
1.
Masa
Khalifah Abu Bakar as-Siddiq
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih
seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya.
Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan Tauhid atau keimanan,
akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga
untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan
lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi
mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan
pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak
sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat rasul terdekat.
Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid
dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan, dan lembaga
pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjama’ah, membaca Al-Qur’an dan lain
sebagainya.
2.
Masa
Khalifah Umar bin Khattab
Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah
Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan
pendidikan di Kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid
dan pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah
yang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-Qur’an dan ajaran
Islam lainnya. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk di halaman
masjid sedangkan murid melingkarinya.
Pelaksanaan pendidikan di masa Khalifah Umar
bin Kattab lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara berada dalam keadaan
stabil dan aman, ini disebabkan disamping telah ditetapkannya masjid sebagai
pusat pendidikan juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam di
berbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa,
menulis, dan pokok ilmu-ilmu lainnya.
Pendidikan dikelola di bawah pengaturan
gubernur yang berkuasa saat itu, serta diiringi kemajuan di berbagai bidang,
seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber gaji
para pendidik waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukkan dan dari
baitulmal.
3.
Masa
Khalifah Usman bin Affan.
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan
pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa
ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan
yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan
Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa khalifah Umar,
diberikan kelonggaran untuk keluar di daerah-daerah yang mereka sukai.
Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa
Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik
yang ingin menuntut dan belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih
banyak, sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat yang mereka inginkan
untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa ini
diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat
guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya
dengan mengharapkan keridaan Allah.
4.
Masa
Khalifah Ali bin Abi Thalib
Pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan
pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil.
Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam
mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu Ali tidak sempat lagi memikirkan
masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya itu ditumpahkan pada masalah
keamanan dan kedamaian bagi seluruh masyarakat Islam.
Adapun pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafa
al-Rasyidin antara lain adalah Mekah, Madinah, Basrah, Kuffah, Damsyik (Syam), Mesir.
Kurikulum Pendidikan Islam Masa khulafa al
Rasyidin (632-661M. / 12-41H)
Sistem pendidikan islam pada masa khulafa
al-Rasyidin dilakukan secara mandiri, tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali
pada masa Khalifah Umar bin al;khattab yang turut campur dalam menambahkan
materi kurikulum pada lembaga kuttab.
Materi pendidikan islam yang diajarkan pada
masa khalifah Al-Rasyidin sebelum masa Umar bin Khattab, untuk pendidikan
dasar:
Membaca dan menulis
Membaca dan menghafal Al-Qur’an
Pokok-pokok agama islam, seperti cara wudlu,
shalat, shaum dan sebagainya
Sedangkan materi pendidikan pada tingkat
menengah dan tinggi terdiri dari:
Al-Qur’an dan tafsirnya
Hadits dan pengumpulannya
Fiqh (tasyri’)
C.
Pendidikan Islam pada masa Bani
Umayyah
Secara esensial, Pendidikan islam pada masa ini hampir sama dengan
pendidikan pada periode Khulafaurrasyidin. Namun pada masa bani Umayyah ini
pendidikan islam lebih mengalami perkembangan yang cukup signifikan,
diantaranya dapat di uraikan pada pembahasan berikut:
1. Kurikulum Pendidikan Islam
pada masa Bani Umayyah
a. Kurikulum
Pendidikan Rendah
Terdapat kesukaran ketika ingin membatasi mata pelajaran-mata
pelajaran yang membentuk kurikulum untuk semua tingkat pendidikan yang
bermacam-macam. Pertama, karena tidak adanya kurikulum yang
terbatas, baik untuk tingkat rendah maupun untuk tingkat penghabisan, kecuali
Alquran yang terdapat pada kurikulum. Kedua, kesukaran
diantara membedakan fase-fase pendidikan dan lamanya belajar karena tidak ada
masa tertentu yang mengikat murid-murid untuk belajar pada setiap lembaga
pendidikan. Sebelum berdirinya madrasah, tidak ada tingkatan dalam pendidikan
Islam, tetapi tidak hanya satu tingkat yang bermula di kuttab dan berakhir di
diskusi halaqah. Tidak ada kurikulum khusus yang diikuti oleh seluruh umat
Islam. Di lembaga kuttab biasanya diajarkan membaca dan menulis disamping
Alquran. Kadang diajarkan bahasa, nahwu, dan arudh.
b Kurikulum Pendidikan Tinggi
Kurikulum pendidikan tinggi (halaqah) bervariasi tergantung pada
syaikh yang mau mengajar. Para mahasiswa tidak terikat untuk mempelajari mata
pelajaran tertentu, demikian juga guru tidak mewajibkan kepada mahasiswa untuk
mengikuti kurikulum tertentu. Mahasiswa bebas untuk mengikuti pelajaran di
sebuah halaqah dan berpindah dari sebuah halaqah ke halaqah yang lain, bahkan
dari satu kota ke kota lain. Menurut Rahman, pendidikan jenis ini disebut
pendidikan orang dewasa karena diberikan kepada orang banyak yang tujuan
utamanya adalah untuk mengajarkan mereka mengenai Alquran dan agama.[10]Kurikulum pendidikan tingkat ini dibagi kepada dua jurusan,
jurusan ilmu-ilmu agama (al-ulum al-naqliyah) dan jurusan ilmu pengetahuan
(al-ulum al-aqliyah).
2. Metode-metode pendidikan
islam pada masa Bani Umayyah
Pendidikan Islam di masa Dinasti Umaiyah tampaknya masih
didominasi oleh metode bayani, terutama selama abad I H di mana pendidikan
bertumpu dan bersumber pada nash-nash agama yang kala itu terdiri atas Alquran,
sunnah, ijmak, dan fatwa sahabat. Metode bayani dalam pendidikan Islam kala itu
lebih bersifat eksplanatif, yaitu sekedar menjelaskan ajaran-ajaran agama saja.
Secara khusus, metode ceramah dan demonstrasilah yang banyak digunakan dalam
institusi-institusi pendidikan yang ada di Zaman itu Baru pada masa-masa akhir
pemerintahan Umaiyah metode Burhani[11] mulai berkembang di dunia Islam, seiring dengan giatnya
penerjemahan karya-karya filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab.
3. Lembaga pendidikan islam
pada masa Bani Umayyah
a. Shuffah, adalah
suatu tempat yang telah dipakai untuk aktivitas pendidikan. Biasanya tempat ini
menyediakan tempat pemondokan bagi pendatang baru dan mereka tergolong miskin.
Disini para siswa diajarkan membaca dan menghafal Alquran secara benar dan
hukum Islam dibawah bimbingan langsung dari Nabi.
b. Kuttab/Maktab, adalah
Lembaga pendidikan Islam tingkat dasar yang mengajarkan membaca dan menulis
kemudian meningkat pada pengajaran Alquran dan pengetahuan agama tingkat dasar.
c. Halaqah artinya
lingkaran. Artinya, proses belajar mengajar di sini dilaksanakan di mana
murid-murid melingkari gurunya. Seorang guru biasanya duduk dilantai
menerangkan, membacakan karangannya, atau memberikan komentar atas karya
pemikiran orang lain
d. Majlis, yang
berarti sesi dimana aktivitas pengajaran atau diskusi berlangsung. Ada beberapa
macam majelis seperti; Majlis al-Hadits, majelis ini
diselenggarakan oleh ulama/guru yang ahli dalam bidang hadits. Majlis
al-Tadris, majelis ini biasanya menunjuk majelis selain dari pada hadits,
seperti majelis fiqih, majelis nahwu, atau majelis kalam
e. Masjid,
Semenjak berdirinya pada masa Nabi Muhammad Saw, masjid telah menjadi pusat
kegiatan dan informasi berbagai masalah kaum Muslimin, baik yang menyangkut
pendidikan maupun sosial ekonomi.
f. Khan, berfungsi
sebagai asrama untuk murid-murid dari luar kota yang hendak belajar hukum Islam
pada suatu masjid
BAB III
PENUTUP
a.
Simpulan
Pendidikan Islam pertama kali langsung dibawa
oleh Nabi Muhammad saw tepatnya di kota mekah, awalnya penyebaran pendidikan
Islam secara diam-diam karena rasulullah saat itu sangat dimusuhi bahkan banyak
sekali ancaman untuk keselamatan Nabi. Setelah beberapa lama menyebarkan
pendidikan agama di mekah, atas perintah Allah SWT rasulullah pindah ke
madinah, di madinah rasulullah sangat mudah untuk menyebarkan pendidikan Islam
karena orang-orang madinah mau menerima pendidikan Islam yang dibawa rasulullah
b.
Saran
Pelajari pendidikan agama Islam ini dengan
sepenuh hati, karena rasulullah sudah bersusah payah untuk memperjuangkan ilmu
pendidikan Islam yang dibawanya. Karena dengan adanya pendidikan Islam mampu
membuat kepribadian kita juga Islami.
DAFTAR PUSTAKA
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam,
Jakarta: Pustaka Husna, 1988.
Nata, Abuddin, Pendidikan Islam Perspektif
Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: Kencana, 2008
Yunus , Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992
Comments
Post a Comment