untuk versi word klik di sini
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan Hidayah Nya, sehingga saya dapat penyelesaikan tugasn
ini. Yang mana tugas ini bertopikan tentang Pertumbuhan dan Perkembangan anak
Pra Sekolah.
Kami sangat berterima kasih kepada
Guru pembimbing kami yang senantiasa memberikan arahan dalam penyusunan tugas
ini. Dan kami pula berterima kasih kepada Orang Tua kami yang selalu tak
henti-hentinya memberikan Support dan Dukungannya. Serta kami pula berterima
kasih kepada teman-teman yang telah berpartisipasi dalam memberikan pendapat,
kritikan dan saran dalam pembuatan tugas ini.
kami berharap tugas ini bermanfaat bagi diri kami sendiri dan
pembaca, semoga tugas ini dapat membatu kita memahami tentang Pertumbuhan dan Perkembangan anak Prasekolah . Akhir kata saya ucapkan terima
kasih.
medan,12
september 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
anak usia pra
sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (wong, 2000), anak usia
praseolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan
perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, secara fisik anak pada tahun ketiga
terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg. Penambahan TB
berkisar antara 7,5 dan TB rata-rata 95 cm. Kecepatan pertumbuhan pada talinya,keempat hampir sama dengan tahun
sebelumnya. BB mencapai 16,7 kg dan TB 103 cm sehingga TB sudah mencapai dua
kali lipat dari TB saat lahir. Frekuensi nadi dan pernafasan turun sedikit demi
sedikit. Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa prasekolah BB
rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm, yang mulai ada perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan
munculnya gigi permanent sudah dapat terjadi. Sementara tidak jauh beda dalam
segi perkembangan, kemampuan beberapa aspek vital anak mengalami
peningkatan-peningkatan signifikan dari tahun ke tahun.
Perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari
sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Periode penting
dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan
dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada
masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan
psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan
orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial
diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan
BAB
II
PEMBAHASAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH
1.
Pengertian Pertumbuhan
anak usia pra sekolah adalah
anak yang berusia antara 3-6 tahun (wong, 2000), anak usia praseolah memiliki
karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal
pertumbuhan, secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d
2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg. Penambahan TB berkisar antara 7,5 dan TB
rata-rata 95 cm. Kecepatan pertumbuhan pada
talinya,keempat hampir sama dengan tahun sebelumnya. BB mencapai 16,7 kg
dan TB 103 cm sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat dari TB saat lahir.
Frekuensi nadi dan pernafasan turun sedikit demi sedikit. Pertumbuhan pada
tahun kelima sampai akhir masa prasekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB
110 cm, yang mulai ada perubahan adalah
pada gigi yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent sudah dapat terjadi.
Sementara tidak jauh beda dalam segi perkembangan, kemampuan beberapa aspek
vital anak mengalami peningkatan-peningkatan signifikan dari tahun ke tahun ,
diantaranya adalah
a.
aspek motorik
Tahun ketiga
anak mampu berdiri diatas satu kaki untuk beberapa detik, menaiki tangga
dengan kaki bergantian,dan turun dengan dua kaki untuk melangkah , melompat
panjang. Anak mampu menyusun balok menara 9-10 kotak, membangun jembatan dengan
3 kotak, mampu memasukan biji-bijian kedalm kotak berleher sempit dengan benar
dan dalam menggambar anak dapat meniru lingkaran dana silangan serta
menyebutkannya. Tahun keempat anak sudah dapat melompat dan meloncat dengan
satu kaki, menangkap bola dengan tepat, berjalan menuruni tangga dengan kaki
bergantian, anak sudah mampu menggunakan gunting dengan baik untuk memotong
gambar mengikuti garis, dapat memasang sepatu tetapi belum dapat mengikuti
talinya. Tahun kelima pada tahun kelima sampai tahun keenam anak sudah mampu
melompat dan meloncat pada kaki bergantian serta melempar dan menangkap bola
dengan baik. Anak sudah mapmpu menggunakan gunting dan alat sederhana seperti
pensil dengan sangat baik, mampu mengikat tali sepatu, anak juga sudah mampu
mencetak beberapa huruf, angka atau kata seperti nama panggilan.
b.
Aspek bahasa
Pada awal masa prasekolah
perbendaharaan kata yang dicapai jarang dari 900 kata, menginjak tahun keempat
sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun kelima sampai keenam
mencapai 2100 kata, menggunakan 6 sampai 8 kata , menyebut 4 warna atau lebih ,
dapat menggambarkan dengan banyak komentar serta menyebutkan bagiannya,
mengetahui waktu seperti hari, minggu dan bulan, anak juga sudah mampu
mengikuti 3 perintas sekaligus.
c.
Aspek sosial
Pada tahun ketiga anak sudah
hampir mampu berpakaian dan makan sendiri, rentang perhatian meningkat,
mengetahui jenis kelaminnya sendiri, dalam permainan sering mengikuti aturannya
sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi. Tahun keempat anak sudah cenderung
mandiri dan keras kepala atau tidak sabar, agresif secara fisik dan verbal,
mendapat kebanggaan dalam pencapaian , masih mempunyai banyak rasa takut. Pada
akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak, lebih tenang, mandiri,
dapat dipercaya, lebih bertanggungjawab, mencoba untuk hidup berdasarkan aturan
, bersikap lebih baik, dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi
kadang curang.
d.
Aspek kognitif
Tahun ketiga berada pada
fase perseptual, anak cenderung egosentrik dalam berpikir dan berperilaku ,
mulai memahami waktu, mengalami perbaikan konsep tentang ruang, dan mulai dapat
memandang konsep dari perspektif yang berada pada fase inisiatif, memahami waktu
lebih baik, menilai sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul berdasarkan
persepsi, egosentris mulai berkurang, kesadaran sosial lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena
mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa
prasekolah anak sudah mampu memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya
tetapi belum memahaminya,anak sangat ingin tahu tentang faktual dunia.
2.
Pengertian
Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada
masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,
kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat
cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi
antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila
interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap
perkembangan.
Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang di tunjang oleh faktor
lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan
dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju dewasa.
Perkembangan menandai maturitas dari organ-organ dan sistem-sistem,
perolehan ketrampilan, kemampuan yang lebih siap untuk beradaptasi terhadap stress
dan kemampuan untuk memikul tanggung jawab maksimal dan memperoleh kebebasan
dalam mengekspresikan kreativitas.
3.
Ciri-ciri Anak Usia PraSekolah
Anak usia pra
sekolah june 18th,2010 author Snowman (1993 dalam Patmonodewo, 2003)
mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah (3-6 tahun). Ciri-ciri yang dikemukakan
meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.
1. Ciri
fisik anak prasekolah
a. Anak
pra sekolah umumnya aktif
b. Setelah
anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup.
c. Otot-otot
besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari control terhadap jari
dan tangan. Jadi biasanya anak masih belum terampil malakukan pekerjaan yang
rumit, seperti mengikat tali sepatu.
d. Anak-anak
masih sering mengalami kesulitan apabila hrus memfokuskan pandangannya pada
objek-objek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih
kurang sempurna.
e. Walaupun
tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak
(soft).
f. Walaupun
anak lelaki lebih besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang
bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan
mengkritik anak lelaki apabila ia tidak terampil, jauhkan dari sikap
membandingkan anak lelaki-perempuan, juga dalam kompetisi ketrampilan seperti
apa yang disebut diatas.
2. Ciri
sosial anak prasekolah
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial,
dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral, dan tradisi. Perkembangan sosial anak sangat
dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam
mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma- norma kehidupan
bermasyarakat.
Usia pra sekolah memberi kesempatan luas kepada anak untuk mengembangkan
keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat dunia lain di luar
dunia rumah bersama ayah-ibu. Kemampuan bersosialisasi harus terus diasah.
Sebab, seberapa jauh anak bisa meniti kesuksesannya, amat ditentukan oleh
banyaknya relasi yang sudah dijalin. Banyaknya teman juga membuat anak tidak
gampang stres karena ia bisa lebih leluasa memutuskan kepada siapa akan curhat.
Ciri Sosial Ciri Anak Pra sekolah atau TK:
a) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua
sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat
menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang
dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat
dari jenis kelamin yang berbeda.
b) Kelompok bermain cenderung kecil
dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat
berganti-ganti.
c) Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih
besar. Parten (1932) dalam social participation among
preschool children melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain
bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial: a) Tingkah
laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin
berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan
apapun. b) Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat
permainan, berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya,
mereka berusaha untuk tidak saling berbicara. c) Tingkah laku onlooker
anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi komentar
tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain
bersama. d) Bermain pararel. Anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi
tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat
mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung. e)
Bermain asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada
peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri. f)
Bermain Kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada
pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan,
misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan. g) Umumnya anak pada
tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti,
mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara social. h) Kelompok
bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena
kelompok tersebut cepat berganti-ganti. i) Anak lebih mudah seringkali
bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar
3. Ciri emosional anak
prasekolah
Salah satu tolak ukur kepribadian yang baik adalah kematangan emosi.
Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula kepribadiannya. Untuk
anak usia prasekolah, kemampuan mengekspresikan diri bisa dimulai dengan
mengajari anak mengungkapkan emosinya. Jadi, anak pra sekolah dapat diajarkan
bersikap asertif, yaitu sikap untuk menjaga hak-haknya tanpa harus merugikan
orang lain. Saat mainannya direbut, kondisikan agar anak melakukan pembelaan.
Entah dengan ucapan, semisal, “Itu mainan saya. Ayo kembalikan!”, atau dengan
mengambil kembali mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun.
Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah :
a) Anak TK cenderung
mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering
diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
b) Iri hati pada anak prasekolah
sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.(Ananda
2010).
4. Ciri
kognitif anak prasekolah
a.
Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa
b.
Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan,
mengagumi dan kasih sayang
Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973)
menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten
dengan cara sebagai berikut:
a)
Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b)
Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
c)
Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan
dalam banyak hal.
d)
Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan
secara mandiri.
e)
Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai
tingkah laku.
f)
Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh
lingkungannya.
g)
Kagumilah apa yang dilakukan anak.
h)
Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan
dengan ketulusan hati.
- Perkembangan Motorik
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada
taraf membuat pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit
karena anak harus membuat bangun/bentuk sendiri. Jadi, betul-betul dituntut
hanya mengandalkan imajinasinya. Sedangkan pada keterampilan motorik kasar,
anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk
melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga,
melempar bola, bahkan melakukan
dua gerakan sekaligus seperti melompat sambil melempar bola.
- Perkembangan Kreativitas
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang diciptakan anak
dalam khayalannya) dan animasi (kecenderungan mengganggap benda mati sebagai
benda hidup) yang merupakan kreativitas awal di masa batita sudah mulai
ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah cenderung melakukan dusta putih
(white lie) atau membual. Tujuannya bukan untuk menipu orang
lain, tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin bualannya didengar.
Perlu diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah mulai menunjukkan ego dan
otoritasnya. Misal, ia melihat seekor naga hitam melintas di depan
rumah. Anak ini merasa yakin dan ingin orang lain juga turut meyakininya.
Kelak, sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak mulai membedakan antara
khayalan dan kenyataan, kebiasaan membual mulai hilang. Sebaliknya, orang
dewasa juga jangan membiarkan anak untuk terus-terusan membual berlebihan.
Sebab, bila hal ini dibiarkan, membual dan melebih-lebihkan yang dilakukan
dengan tujuan mengesankan orang lain, malah berbuah menjadi kebohongan yang
mungkin menjadi kebiasaan.
7. Perkembangan Moral
Kemampuan sosialisasi yang berkembang membawa anak usia prasekolah masuk ke
dalam berbagai kelompok baru di luar rumah, yaitu sekolah dan lingkungan
sekitarnya. Sebagai bagian dari kelompok, anak prasekolah belajar mematuhi
aturan kelompok dan menyadari konsekuensinya bila tidak mengikuti aturan
tersebut.
Anak usia prasekolah belajar perilaku moral lewat peniruan. Itulah
sebabnya, orang-orang dewasa harus menghindari melakukan hal-hal yang buruk,
semisal bicara kasar, memukul, mencela, dan lain-lainnya di depan anak.
Sosialisasi juga membawa anak pada risiko konflik, terutama dengan teman
sebaya. Oleh karenanya, kemampuan memecahkan konflik merupakan modal yang harus
dimiliki anak. Semakin baik kemampuannya dalam hal ini, maka kepribadiannya
akan semakin stabil. Anak yang pandai mengatasi konflik umumnya akan mudah pula
mengatasi masalah dalam hidupnya, entah di sekolah, di rumah, ataupun kelak di
tempat bekerja.
8. Keterampilan Gender
Anak prasekolah sudah mampu membedakan pria dan wanita yang dilihat dari
penampilan yang berbeda, pakaian yang berbeda dan rambut yang berbeda. Beberapa
anak juga mulai memahami organ-organ tubuh yang berbeda pada pria dan wanita
karena orang tua mereka mulai memperkenalkannya, entah lewat pengamatan
langsung atau lewat buku-buku. Tetapi tidak semua anak di usia ini punya
keterampilan membedakan melalui anatomi fisik/organ intim karena beberapa orang
tua masih enggan membicarakan soal peran seks pada anak mereka di usia
prasekolah. (Santi Hartono, 2010)
- Tugas Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah
Havighurst (1961) mengartikan tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang
muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila
tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan
dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal maka akan
menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan
penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas
berikutnya.
Tugas
perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang
seyogyanya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau fase perkembangannya,
seperti tugas yang berkaitan dengan perubahan kematangan, persekolahan,
pekerjaan, pengalaman beragama dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk
pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.
Menurut ElizabethHurlock
(1999) tugas-tugas perkembangan anak usia 4 – 5 tahun adalah sebagai berikut:
- Mempelajari
keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum
- Membangun sikap yang
sehat mengenal diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh
- Belajar menyesuaikan
diri dengan teman seusianya
- Mulai mengembangkan
peran social pria atau wanita yang tepat
- Mengembangkakn
keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan
berhitung
- Mengembangkkan
pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
- Mengembangkan hati
nurani, pengertian moral, dan tingkatan nilai
- Mengembangkan sikap
terhadap kelompok-kelompok social dan lembaga-lembaga
- Mencapai kebebasan
pribadi
5.
Stimulasi Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah
perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari
lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat
berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi (Kania
2010).
Stimulasi
yang diperlukan anak usia 4-5 tahun adalah :
- Gerakan kasar, dilakukan
dengan member kesempatan anak melakukan permainan yang melakukan
ketangkasan dan kelincahan
- Gerakan halus,
dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar menggambar
- Bicara bahasa dan
kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti satu separuh dengan
cara membagikan kue
- Bergaul dan mandiri
dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke tetangga.
(Suherman, 2000)
- Faktor yang mempengaruhi perkembangan
Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan faktor lingkungan
(ekstrinsik). Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak. Faktor ini adalah bawaan yang normal dan patologis,
jenis kelamin, suku bangsa / bahasa, gangguan pertumbuhan di negara maju
lebih sering diakibatkan oleh faktor ini, sedangkan di negara yang sedang
berkembang, gangguan pertumbuhan selain di akibatkan oleh faktor genetik juga
faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal.
Faktor – faktor
pendukung perkembangan anak menurut Soetjiningsih, (1998), antara lain:
1) Terpenuhi kebutuhan gizi pada anak tersebut,
2) Peran aktif orang tua,
3) Lingkungan yang merangsang semua aspek perkembangan
anak ,
4) Peran aktif anak,
5) Pendidikan orang tua.
Ada juga cara
mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai
berikut:
a) Lakukan interaksi
sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b) Tunjukkan minat
terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
c) Berikan kesempatan
kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal. Dan
banyak lagi cara lainnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Makalah yang telah disusun oleh kami merupakan program yang sangat membantu
para mahasiswa dalam pembahasan tentang pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia PraSekolah. Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil
dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang ditunjangi
oleh factor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju
kedewasaan dari lingkungan yang banyak berpengruh dalam kehidupan anak menuju
dewasa. terdapat dua faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor
genetik (instrinsik) dan faktor lingkungan (ekstrinsik).
DAFTAR
PUSTAKA
As
salim.Muhammad Bin Abdullah As Salim 15 mendidik anak cara islam
memperbaikinya.yogyakarta:media hidayah 2002
Mansur.
Pendidikan anak usia dini dalam islam. Yogyakarta: pustaka pelajar 2009.
Patmono
dewa. Soemarti. Pendidikan anak pra sekolah. Jakarta: rineka cipta dan
diknas 2003.
Comments
Post a Comment