Skip to main content

Pertumbuhan Ulumul Qur'an

untuk versi word, klik di sini
BAB I
PENDAHULUAN

Al-qur’an adalah kitab suci umat islam yang telah dijamin penjagaannya oleh Allah SWT. Sebagai sumber hukum, kitab ini tak seperti yang kita jumpai saat ini. Dalam catatan sejarah, dulunya kitab ini hanya tercatat dalam ingatan setiap mu’min Madinah.
Mempelajari isi Al-qur’an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang menunjukan Maha Besarnya Allah sebagai penciptanya. Firman Allah:
ôs)s9ur Nßg»uZ÷¥Å_ 5=»tGÅ3Î/ çm»oYù=¢Ásù 4n?tã AOù=Ïæ Wèd ZpuH÷quur 5Qöqs)Ïj9 tbqãZÏB÷sムÇÎËÈ
Artinya; “Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.(Q.S.Al-A’raf 52).
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Karena itu, ada anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-qur’an. Lebih dari itu, ada orang yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan Al-qur’an dengan bantuan terjemahnya sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan Al-Qur’an. Bahkan di antara para sahabat dan tabi’in ada yang salah memahami Al-Qur’an karena tidak memiliki kemampuan untuk memahaminya.
Dengan dasar tersebut, maka makalah ini kami susun. Namun dengan segala batas kemampuan kami, maka makalah ini begitu jauh dari kesempurnaan. Sehingga, kritik dan saran sangat kami harapkan sebagai penyempurna. Dan semoga makalah ini bermanfaat, amiin.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Al-Qur’an
Secara Bahasa (Etimologi)
Al-Qur’an merupakan mashdar (kata benda) dari fi’il (قرأ) yang bermakna  (تَلاَ) [keduanya berarti: membaca], atau bermakna (جمع)[mengumpulkan, mengoleksi]. Anda dapat menuturkan (قَرَأَ,قَرْءًا, وَقُرْآنًا)  sama seperti (غَفَرَ,غَفْرًا,غُفْرَانًا)
Secara Syariat (Terminologi)
Telah disepakati oleh para ulama ahli Quro’ bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada “pungkasan” para nabi, dengan perantara malaikat jibril a.s. yang tertulis pada mashahif. Diriwayatkan kepada kita dengan mutawattir. Membacanya terhitung ibadah. Diawali dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Naas

B.     Sejarah Pembukuannya
Al-Qur’an dikumpulkan pada dua masa, masa Rasulullah SAW, dan masa Khulafaur Rasyidin.
1.      Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Rasulullah SAW.
Madinah menjadi tempat kondusif untuk mengajarkan Al-Qur’an. Tidak seperti di Makkah, pengajaran Al-Qur’an di Madinah berkembang pesat. Para sahabat begitu bersungguh-sungguh mempelajarinya, jarak yang jauh tak menghalangi mereka.
Kerinduan nabi terhadap kedatangan wahyu tidak saja diekspresikan dalam bentuk hafalan tetapi dalam bentuk tulisan.Nabi memiliki sekretaris pribadi yang khusus bertugas mencatat wahyu yaitu,Abu Baker,Umar,Usman,’Ali,Abban bin Sa’id,Khalid bin Walid,dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan.Proses penulisan Alquran pada masa Nabi sungguh sangat sederhana.mereka menggunakan alat tulis sederhana dan berupa lontran kayu,pelepah kurma,tulang belulang,dan batu.
Kegiatan tulis menulis alquran pada masa nabi disamping dilakukan oleh para sekretaris nabi, juga dilakukan para sahabat lainnya.kegiatan ini didasarkan pada hadist Nabi ,sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Muslim yang berbunyi:

لا تكتبو عني شياء ال القران ومن كتب عني سوى القران فليمحه (رواه مسلم )
Artinya :”Janganlah kamu menulis sesuatu yang bersal dariku,kecuali Quran.barang siapa telah menulis dariku selain alquran,hendaklah ia menghapusnya
Pada masa Rasulullah, penjagaan Al-Qur’an dilakukan dengan dua cara: Al-jam’u fi al-shuduur (dihafal) dan al-jam’u fi al-shuthuuf (ditulis).

a.       Al-Jam’u fi al-shudur
Setiap menerima wahyu, Rasulullah segera menyampaikannya kepada para sahabat untuk kemudian mereka hafal. Ibnu Jauzi  berkata, “Al-Qur’an diwariskan dari generasi ke generasi dengan hafalan dan bukan dalam bentuk mushaf. Ini adalah anugerah umat ini.”
Pada masa Rasulullah, menghafal Al-Qur’an adalah perhatian utama para sahabat. Mereka akan malu jika tidak menghafal Al-Qur’an. Tak heran jika ada riwayat yang mengatakan bahwa pada saat itu, di Madinah, hanya 4 sampai 6 orang saja yang tidak hafal Al-Qur’an.

b.      Al-Jam’u fi al-shuthur
Pada masa Rasulullah , penulisan Al-qur’an sudah dilakukan. Secara terpisah-pisah, ayat-ayat Al-Qur’an telah tercatat dalam mushaf-mushaf. Tak sedikit riwayat yang membuktikan hal itu. Para penulis adalah orang-orang pilihan diantara sahabat, yang ditunjuk langsung oleh Rasulullah.
Pada masa-masa pencatatan wahyu, Rasulullah melarang para sahabat mencatat selain ayat-ayat Al-qur’an untuk menghindari penyaruan. Para ulama’ sepakat bahwa pengumpulan Al-Qur’an adalah bersifat taufiqi  bukan ijtihadi.

2.      Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Khulafaur Rasyidin
a.       Masa Abu Bakar R.A
Pada masa Abu Bakar terjadi perang Yamamah, banyak para quraa’ dan huffazh yang gugur, atas saran Umar Ibn Khaththab, kemudian Abu Bakar membentuk panitia kodifikasi Al-Qur’an dengan menunjuk Zaid Ibn Tsabit sebagai ketuanya. Sebelum panitia kodifikasi mulai bekerja, Abu Bakar berpesan kepada Zaid, yaitu: catatan yang ada harus sesuai dengan hafalan para sahabat, dan catatan itu dapat dipastikan atas perintah Rasulullah.
Abu Bakar kemudian menyerukan kepada kaum muslimin agar siapapun yang memegang catatan ayat Al-Qur’an segera menyerahkannya kepada Zaid untuk diseleksi. Panitia kodifikasi pimpinan Zaid berhasil menghimpun catatan Al-Qur’an yang tersebar dalam berbagai media itu, dalam waktu satu tahun dan disebut dengan Al-Mushaf Al-Syarif . Abu bakar kemudian menyimpan mushaf itu, dan sebelum meninggal ia serahkan kepada Umar, setelah Umar meninggal, putrinya, Hafshah yang menyimpan mushaf itu.
Pada dasarnya seluruh alquran sudah ditulis pada masa nabi.hanya saja,surat dan ayatnya dan orang pertama kali menyusunnya dalam satu mushaf ialah Abu Bakar Ash-siddiq.
’Abdillah Al-muhasibi berkata didalam kitabnya,Fahm As-Sunnan,penulisan Al-quran bukanlah sesuatu yang baru sebab Rasulullah pernah memerintahkannya.hanya saja,saat itu tulisan Al-quran masih terpencar-pencar pada pelepah kurma,batu halus,kulit,tulang unta,dan bantalan dari kayu,Abu Bakarlah yang berinisiatif menghimpun alquran.(Rosihon Anwar,2000:40)
b.      Masa Utsman Ibn Affan
Pada masa Utsman ibn Affan terjadi banyak perselisihan tentang pelafalan Al-Qur’an, sehingga Utsman berinisiatif menggandakan mushaf hasil kodifikasi panitia pimpinan Zaid, untuk kemudian disebarkan ke semua wilayah Islam. Selain itu Utsman juga membakar semua naskah yang berbeda dengan mushaf hasil kodifikasi Zaid. Usaha Utsman tersebut berhasil meredam perselisihan tentang pelafalan Al-Qur’an.
Khalifah bermusyawarah dengan para sahabat kemudian menugaskan Zaid bin Tsabit mengumpulkan Alquran,bersama Zaid ikut bergabung pula tiga anggota keluarga Mekkah terpandang,yaitu’Abdullah bin Zubair,Sa’id bin Al’Ash dan Abd Ar-rahman bin Al-Harits.‘Usman memutuskan agar mushaf yang beredar memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a)      terbukti mutawatir,tidak ditulis berdasarkan riwayat ahad
b)      mengabaikan ayat yang bacaannya di nasakh
c)      kronologi surat dan ayatnya seperti yang telah ditetapkan atau berbeda dengan mushaf Abu Bakar
d)     sistem penulisan yang digunakan mampu mencakup qira’at yang berbeda sesuai dengan lafaz-lafaz Alquran ketika diturunkan
e)      semua yang bukan termasuk Alquran dihilangkan,misalnya yang ditulis di kushaf sebagian sahabat dan pencatuman makna ayat atau penjelasan nasikh-mansukh di dalam mushaf.


c.       Masa Ali Ibn Abu Thalib dan Masa-Masa Selanjutnya
Pada masa Khalifah Ali, Ali berinisiatif membubuhkan tanda baca (nuqath I’rab) pada ayat-ayat Al-Qur’an untuk memudahkan pembacaan, Ali memercayakan urusan itu kepada seorang ahli tata bahasa bernama Abu al-Aswad al-Du’al. Sedangkan orang yang pertama kali membuat tanda titik untuk membedakan huruf-huruf dengan bentuk sama (nuqathu harf, semisal pada huruf “ba’, ta’ dan tsa’ “) adalah Nashr ibn Ashim (w. 89H) atas usulan Hajaj ibn Yusuf al-Tsaqafi, salah seorang gubernur dinasti Daulah Umayyah (40-95 H). Sedangkan tanda syakal diperkenalkan oleh Al-Khalil ibn ahmad al-Farahidi (w. 170 H).
Pada masa Al-Makmun  upaya mempermudah pembacaan Al-Qur’an terus dikembangkan, pada masa itulah tanda baca tajwid diciptakan. Tak hanya itu simbol-simbol yang memperjelas ayat-ayat juga diciptakan. Seperti tanda waqaf dan nomor ayat, serta identitas di awal setiap surah. Sampai abad ke-16 M, penulisan Al-Qur’an masih menggunakan tangan sampai kemudian terciptalah mesin cetak. Dan, pada tahun 1694 M, di Hamburg, untuk pertama kalinya Al-Qur’an ditulis dengan mesin cetak. Dan seterusnya, penulisan al-Qur’an terus mengalami perkembangan, pada saat ini banyak kita jumpai al-Qur’an dengan berbagai bentuk dan model. Ada yang berupa digital hingga yang dilengkapi dengan mesin pencari surat dan ayat.
Penulisan Al-Qur’an sebenarnya sudah dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW masih hidup, namun pada masa itu penulisannya masih di media yang sangat sederhana, yakni berupa pelepah kurma yang sudah kering, di batu, di kulit binatang, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk pengumpulannya menjadi satu bentuk buku dimulai pada waktu Khalifah Abu Bakar dan memerlukan waktu kurang lebih 1 Tahun, dan kemudian diteruskan oleh Khalifah Utsman Ibn Affan. Setelah masa Khulafaur Rasyidin penulisan Al-Qur’an semakin berkembang pesat, dengan adanya pembubuhan tanda baca berupa titik, dan syakal; serta adanya penambahan hiasan-hiasan, dan adanya identitas surat (Madaniyah, Makiyah, jumlah ayat, no urut surat dan no urut ayat). Seiring dengan arus zaman, penulisan Al-Qur’an terus berkembang, sampai saat ini, banyak kita temukan Al-Qur’an dengan wujud digital ataupun software, dengan mesin pencari surat, dan ayat; serta tak jarang yang dilengkapi dengan  terjemahannya.
            Al-quran yang di turunkan secara berangsur-angsur kepada nabi muhammad saw mempunyai perjalanan yang panjang baik dari segi turunnya maupun dari segi perkembanganya. Pertumbuhan dan perkembangan al-quran terus berlangsur karena apa yang diterima nabi, beliau sampaikan kepada para sahabat, dan sahabatpun menyampaikan pula kepada sahabat lainnya.[1]
C.     Fase-Fase Perkembangan Alquran.    
            Untuk melihat perkembangan ulumul quran, dapat diketahui dari beberapa fase yaitu:
a.       Sebelum Kodifikasi
            Pada fase sebelum kodifikasi, ulumul quran telah dianggap sebagai benih yang kemunculannya sangat dirasakan sejak masa nabi. Kegairahan para sahabat untuk mempelajari dan mengamalkan al-quran nampaknya lebih kuat lagi ketika nabi hadir ditengah-tengah mereka. Hal inilah ytang kemudian mendorong ibn taimiyah untuk mengatakan bahwa nabi menjelaskan apa-apa yang menyangkut penjelasan al-quran kepada para sahabatnya.[2]
a.       Riwayat yang di keluarkan oleh ahmad, tirmidzi, dan lainnya dari ‘aadi bin hayyan, ia berkata bahwa rasullah saw pernah bersabda :
yang dimaksud dengan orang-orang yang dimurkai Allah adalah orang-orang yahudi, sedangkan yang dimaksud dengan orang yang tersesat adalah orang-orang nasrani.”
b.      Riwayat yang disampaikan oleh tirmidzi dan ibn hibban di dalam sahihnya, dari ibn mas’ud ia berkata bahwa rasullah saw pernah bersabda :
“ yang dimaksud dengan sghalat wutsha adalah shalat ‘ashar. “
Dapat dijelaskan disini bahwa para perintis ulumul quran pada abad i ( sebelum kodifikasi) adalah sebagai berikut :
a.       Dari kalangan sahabat : khulafa’ al-rasyidin, ibn ‘abbas, ibnu mas’ud, zaid bin tsabit, ubai bin ka’ab, abu musa al-‘asy’ari, dan abdullah bin zubair.
b.      Dari kalangan tabi’in : mujahid, ‘atha’ bin yasar, ikri bashri, sa’id bin jubair, zaid bin aslam
c.       Dari kalangan tabi’ut tabi’in : malik bin anas.[3]
Periode sebelum kodifikasi ini adalah perkembangan ulumul quran pada abad 1 H
b.      Fase kodifikasi.
            Sebelum fase koifikasi, ulumul quran dan ilmu-ilmu lainya belum dikodifikasikan dalam bentuk kitab atau mushaf. Satu-satunya yang telah dikodifikasikan saat itu hanyalah al-quran. Hal itu terus berlangsung sampai ketika ali bin abi thalib memerintahkan abu al_da’uli untuk menulis ilmu nahwu. Perintah alii inilah  yang mengawalisemangat untu mengkodifikasikan ilmu-ilmu agama dan bahasa arab. Pengkodifikasi ini semakin  luas ketika kejayaan islam berada dibawah pemerintahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.

a.         Pekembangan Ulumul Quran abad II H.
          Pada abad ini para Ulama memberikan prioritas atas penyusunan tafsir sebab tafsir merupakan induk Ulumul Quran. Diantara ulama abad II H ini yang menyusun tafsir adalah :
1.         Syu’bah al-hajjaj ( w. 160 H )
2.         Sufyan bin Uyainah ( w. 198 H )
3.         Sufyan al-Tsauri 9 w. 161 H )
4.         Waqi’ bin al-Jarrh ( w. 197 H )
b.      Perkembangan Ulumul Quran abad III H
          Pada abad ini, Ulama menyusun Ulumul Quran, Diantaranya adalah :
1.        ‘ali bin al-Madini ( w. 234 H. )
2.        Abu Ubaid al-Qasimi bin salam (w.224 H ) menyusun ilmu nasikh wa mansukh, ilmu Qira’at, dan Fadha’il Al-quran.
3.        Muhammad bin Ayyub al-dhurraits ( w. 294 H ) menyusun ilmu makki wa al-Madani.
4.        Muhammad bin Khgalaf al- Marzuban ( w. 309 H ) menyusun Kitab A-hawi fi Ulumul Al-Quran.
5.        Ibn Jarir Al-Thabari ( w. 310 H ) menyusun tafsir.
c.        Perkembangan Ulumul Quran Abad IV H.
Diantara Ulam yang menyusun ulumu Quran adalah :
1.      Abu Bakar Al-Sijistani (w.330 H) menyusun Kitab Gharib Al-Quran
2.      Abu Bakar Muhammad bin al-Qasim al- Anbarri (w.328 H) menyusun kitab ‘Ajaib Ulum Quran.
3.      Abu al-hasan al-asy’ari (w.324 H) menyusun kitab al-Mukhtazan fi Ulum Al-Quran.
4.      Muhammad bin Ali al-Adfawi (w.388 H) menyusunkitab al-Istighana’ fi Ulum al-Quran.



d.      Perkembangan Ulumul Quran abad V H.
            Diantara ulama yang berjasa dalam pengembangan Ulumul Quran pada abad ini adalah :
1.      Ali bin Ibrahim Bin Sa’id al-Hufi (w.430 H) menyusun kitab al- Burhan fi Ulum al-Quran
2.      Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H) menyusun kitab al-Taisir fi Qira’at al-sab’ahl dan kitab al-muhkam fi al- naqth.
e.  Perkembangan Ulumul Quran pada abad VI H.
       Ulama yang terkenal pada abadini antara lain ialah :
1.      Abu al-qasim bin abdu al-Rahman al- suhaili (w.581 H0 menyusun kitab Mubhamat Al-Quran , kitab in menjelaskan maksud kata-kata Al-Quran yang tidak jelas, apa atau siapa yang dimaksudkan.
2.      Ibn al-jauzi (w.597 H) menyusun kitab al-Afnan fi ‘Aja’ib Al-Quran dan Ibn al-Mujtab fi’ulum tata’ allaq bi al-Quran.
g.  Perkembangan Ulumul Quranabad VII H.
       Pada abad ini mulai berkembang ilmu Majaz Al-Quran dan ilmu Qira’at.
Ulam yang menaruh perhatian dalam bidang ini adalah[4] :
1.      Amaluddin al-sakhawi (w.643 H) menyusun kitab Hidayat al-Murtab fi Mutasybih
2.      Ibn “abd al-salam (w. 660 H) ia mempelopori penulisan ilmu Majaz al-Quran.
3.      Abu Syamah (w. 655 H) menyusun kitab al-Mursyid al-wajiz fi Ulum al-Qurantata’allaq bi al-Quran al-‘aziz.
h.      Perkembangan ulumul quran abad VIII H
          Mereka yang bergiat  dalam penulisan ulumul quran abad iniantara lain adalah:
                                    1.      IbnAbi  Al- Isba’ menyusun ilmu Bada’i – alquran yakni ilmu badi’ (tentang keindahan bahasa dan kandungan al-quran)
                                    2.      Ibn Al-qoyyim ( W.752 H) menyusun ilmu Aqsam al quran ( tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam al quran)
                                    3.      Najjmuddin Al Thuffi (w.716 H) menyusun ilmu hujaj al quran atau ilmu jadal al quran ( membahas bukti atau argumentasi
Yang dipakai alqur an untuk mnetapkan sesuatu).
                                    4.      Abu al Hasan al Mawardi, menyusun ilmu amtsal al quran
                                    5.      Badruddin al Zakarsyi ( w. 794 H) menyusun kitab al burhan fil ulum al quran
                                    6.      Taqyuddin Ahmad bin Taimiyah al Harani (w.728 H) menusun kitan ushul al tafsir.
i.      Perkembangan Ulumul quran abad IX dan X H.
          Pekembanagn Ulumul Quran pada masa ini mecapai keempurnaannya Para ulama abad itu adalah:
                                    1.      Jalalluddin al-baiquni (w. 824 H) menyusun kitab mawaqi’ al-ulum min Mawaqi’ al-nujum
                                    2.      Muhammad bin Sulaiman al-Kafiyaji (w.879 H) menyusun kitb al- tafsir fi qawa’id al-tafsir.
                                    3.      Jallaluddin ‘abd al-rahman bin kamaluddin al-suyuti (w.911 H) menyusun kitab al-tahbir fi ulum al-tafsir. Kemudian ia juga menyusun kitab yang lebih sempurna lagi yang bernama al-itqan fi ulum al-quran, membahas 80 macam ilmu al-Quran. Kitab ini belum ada yang menandingi mutunya sehingga diakui sebagai kitab standart dalam mata pelajaran ulumul quran. Setelah al-syuti wafat, terjadilah stagnasi dalam perkembangan ilmu al-quran sampai akhir abad XIII H.
j.        Perkembangan Ulumul Quran abad XIV H
Universitas Al-Azhar mesir diakui telah memicu kebangkitan kembali penyusunan kitab0kitab yang membahas al-quran setelah memasuki abad XIV H karena telah membuka jurusan bidang studi tafsir hadist. Para ulama yang berjasa pada abad ini antara lain adalah :
                                    1.      Syeikh Thahir al-jaziri yang menyusun kitab al-Tibyan fi Ulum al-quran
                                    2.      Jalaluddin al-Qasimi, (w.1332 H) menyusun kitab Mahasin al-Ta’wil
                                    3.      Muhammad abd.al-al’Azhim al-Zarqani, menyusun kitab Manahil al-irfan fi ulum al-Quran
                                    4.      Muhammad ‘Ali salamah, menyusun kitab manhaj al-Furqon fi Ulum al Quran
                                    5.      Syeikh Tanthawi Jauhari, menyusun kitab al-Jawahir fi Tafsir al quran dan al-quran wa ulum ‘Ashriyyah
                                    6.      Mushthafa Shadiq al-Rafi’i, menyusun kitab I’jaz al-Quran
                                    7.      Sayyid Quthub, menyusun kitab al-Tashwir al-Fani fi al-quran
                                    8.      Sayyid Imam Muhammad Rasyid Ridha, menyusun kitab Tafsir al-quran al-Hakim yang terkenal dengan nama tafsir al Manar
                                    9.      DR. Subhi al-shalih, guru besar Islamic studies dan Fiqhu Lughah pada fakultas Adab Universitas Libanon, menyusun kitab Mabahits fi ‘Ulum al-quran
                                10.      Syeikh Muhammad Mushtafa al-Maraghi menysun sebuah risalah yang menerangkan kebolehan kita menterjemahkan al-quran, iamenuliskitabtafsir al-Maraghi.




















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ulumul Quran adalah ilmu yang mencakup pembahasan tentang Asbabun Nuzul(sebab-sebab turunnya Alquran),kodifikasi serta penulisan Alquran.
Perkembangan Ulumul Quran berlangsung sampai abad XIV H
  • Pada abad I H U;lumul Quran baru akan berkembang
  • Pada abad II H para ulama memberikan prioritas atas penyusunan tafsir sebab tafsir merupakan induk Ulumul Quran
  • Pada abad III H para ulama mulai menyusun beberapa ilmu Alquran (Ulumul Qur`an)
  • pada abad IV H mulai disusun Ilmu Gharib Alquran dan beberapan kitab Ulumul Quran
  • pada abad V H mulai disusun Ilmu I’rab Alquran dalam satu kitab
  • pada abad VI H  ulama  mulai menyusun Ilmu Mubhamat Alquran
  • pada abad VII H ilmu-ilmu Alquran terus berkembang dan tersusun Ilmu Majaz Alquran dan Qira’at
  • VII H ulama terus menyusun ilmu-ilmu baru tentang Ulumul Quran
  • pada abad IX dan X H Ulumul Quran sudah mencapai kesempurnaan
  • pada abad XIV para ulama terus menyusun kitab-kitab yang menbahas Alquran dari berbagai segi dan mulai saat itulah Ulumul Quran makin berkembang
Penulisan Alquran berlangsung tiga kali :
  1. Pada masa Nabi Muhammad saw
  2. Pada masa khalifah Abu Bakar As-shiddiq
  3. Pada masa khalifah Usman bin Affan.



DAFTAR PUSTAKA
Al-Shobuni, Syeikh Muhammad Ali, al-Tibyaan fii ‘uluumi al-Qur’an. Jakarta: Dar al- kutub, 2003
Al-Mu’thi, Fathi Fawzi ‘Abd, Detik-detik Penulisan Wahyu. Jakarta: Zaman, 2009
Anwar,Rosihon,Ulumul Quran,Bandung: Pustaka Setia,2000
Chirzin,Muhammad,Ulumul Quran,Dana Bakti Prima Yosa,1998
Djalal,Abdul,Ulumul Quran, Surabaya:Dunia Ilmu,1997
http://mediaislamnet.com/2010/08/sejarah-penulisan-pengumpulan-dan-penyalinan-al-quran/
Muhammad Qodirun Nur dan Masruhan, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis. Jakarta: Pustaka Amani, 2001
Sayyid Thantawi,Muhammad,Alquran dan Lailatul Qadar,Pustaka Azam,2001




[1] Dr. H. Samsus Nahar,M.ag, Diktat Ulumul Qur’an,, h,.5.
[2] Ibid.,h. 6
[3] Ibid., h. 6
[4] Syamsu, Ulumul,h.,8.

Comments

Popular posts from this blog

ALAT PERAGA DAN MEDIA PEMBELAJARAN

untuk versi word klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Jika kita melihat dinamika kehidupan ini, kita sudah tentu pasti melihat bahwa dunia ini terus mengalami perubahan demi perubahan. Perubahan tersebut adalah cenderung perubahan yang membawa ke hal yang lebih baik dari sebelumnya. Kita misalkan saja pada masalah teknologi yang semakin berkembang pesat menjadikan kita dituntut untuk mampu mengikuti arus tersebut. Mengikuti arus perkembangan zaman sangat perlu kita lakukan agar kita tidak termasuk orang yang tertinggal yang disebut kuno. Terkhusus untuk perkembangan teknologi, perkembangan ini sangat mempengaruhi berbagai bidang kehidupan kita di dunia hampir pada seluruh aspek kehidupan kita, baik itu dalam bidang sosial, budaya dan sebagainya. Begitu juga dalam dunia pendidikan, kita sangat membutuhkan teknologi demi kemajuan pendidikan yang lebih baik daripada sebelumnya. Dengan masuknya teknologi dalam dunia pendidikan, lembaga atau instansi pendidikan

Sistem Numerasi

Untuk versi word lebih jelas :), klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang             Konsep bilangan dan pengembangannya menjadi sistem angka muncul jauh sebelum adanya pencatatan sejarah, sehingga evolusi dari sistem itu hanyalah merupakan dugaan semata. Petunjuk mengenai awal manusia mengenal hitungan ditemukan oleh arkeolog Karl Absolom pada tahun 1930 dalam sebuah potongan tulang serigala yang diperkirakan berumur 30.000 tahun. Pada potongan tulang itu ditemukan goresan-goresan kecil yang tersusun dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas lima, seperti lllll lllll lllll. Sehingga  tidak diragukan lagi bahwa orang-orang primitif sudah memiliki pengertian tentang bilangan dan mengerjakannya dengan metode ijir (tallies), menurut suatu cara korespondensi satu-satu. Ijir adalah sistem angka yang berlambangkan tongkat tegak.             Jadi dapat kita buktikan bahwa orang orang terdahulu telah mengenal tulisan namun mereka tikak menggunakanangka untuk menghitung

Makalah Kurikulum 1994

untuk versi word klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan pendidikan. Secara sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara pemberian nilai pencapaian belajar di kurun waktu tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu kurikulum sudah barang tentu bukan perkara gampang. Banyak faktor yang menentukan dalam proses lahirnya sebuah kurikulum. Dalam merancang kurikulum biasanya dibentuk suatu tim kerja khusus yang dapat berupa lembaga resmi, misalnya seperti Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Kurikulum sampai saat ini sebagai satu-satunya lembaga resmi bermandat menelurkan kurikulum bagi sekolah penyelenggara pendidikan nasional Indonesia. T