Skip to main content

Diagnosa Kesulitan Belajar

Untuk versi word, klik di sini
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Guru Sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik.  Karena itu guru dalam proses pembelajaran harus memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar dapat membantu perkembangan peserta didik secara optimal dan dapat mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
Guru harus mampu mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru harus memahami factor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, karena kesulitan belajar akan bersumber pada factor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.

B.   Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Diagnosa Kesulitan Belajar (DKB)?
2.      Bagaimana kedudukan DKB dalam pembelajaran?
3.      Bagaimana ciri-ciri peserta didik yang berkesulitan belajar?
4.      Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar?
5.      Bagaimana kesulitan Belajar Peserta didik?
6.      Bagaimana Prosedur pelaksanaan DKB?
7.      Apa yang dimaksud dengan pengajaran remedial dan program pengayaan dalam pembelajaran?

C.   Tujuan
1. Mengetahui pengertian Diagnosa Kesulitan Belajar (DKB)
2. Mengetahui kedudukan DKB dalam pembelajaran
3. Mengetahui ciri-ciri peserta didik yang berkesulitan belajar
4. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
5. Mengetahui kesulitan Belajar Peserta didik
6. Mengetahui Prosedur pelaksanaan DKB



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Diagnosa Kesulitan Belajar
Dalam proses pembelajaran, tugas guru tidak hanya sekedar menyampaikan atau mentransfer ilmu atau bahan pelajaran kepada peserta didik. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Kegiatan memahami kesulitan belajar peserta didik ini dikenal dengan istilah diagnosa kesulitan belajar.
Dalam pengertian diagnosa kesulitan belajar terdapat dua istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu yaitu istilah diagnosa dan kesulitan belajar. Banyak ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian diagnosa antara lain, menurut Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term,   diagnosa   adalah   suatu   analisis   terhadap   kelainan   atau   salah penyesuaian dari pola gejala-gejalanya. Jadi diagnosa merupakan proses pemeriksaan terhadap hal-hal yang dipandang tidak beres atau bermasalah. Sedangkan menurut Webster, diagnosa diartikan sebagai proses menentukan hak menentukan permasalahan kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian, dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang dijumpai, yang selanjutnya untuk menentukan permasalahan yang dihadapi. Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosa adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak.
Setelah kita pahami pengertian diagnosa, selanjutnya kita bahas mengenai kesulitan belajar.  Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah Normal yang telah ditetapkan. Bahwa kesulitan belajar itu menunjukkan adanya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh peserta didik (prestasi actual). Blassic dan Jones juga mengatakan bahwa peserta didik yang memiliki intelegensi normal, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan yang penting dalam proses belajar, baik dalam persepsi, ingatan, perhatian ataupun dalam fungsi motoriknya.
Jadi kesulitan   belajar   yang   dialami   peserta   didik   tidak   selalu disebabkan oleh intelegensi atau angka kecerdasannya yang rendah. Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat berasal dari faktor fisiologik, psikologik, instrument, dan lingkungan belajar. Maka dapat disimpulkan       bahwa   diagnosa   kesulitan   belajar   merupakan   proses menentukan masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan   meneliti   latar   belakang   penyebabnya   dan   atau   dengan   cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak. Berikut ini Akan dikemukakan permasalahan belajar peserta didik menurut Warkitri dkk (1990) sebagai berikut:
1.      Kekacauan Belajar (Learning Discorer) yaitu suatu keadaan dimana proses belajar anak terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
2.      Ketidakmampuan Belajar (Learning Disability) yaitu suatu gejala anak tidak mampu belajar atau selalu menghindari kegiatan belajar dengan berbagai sebab   sehingga hasil belajar yang dicapai berada dibawah potensi intelektualnya.
3.      Learning Dysfunction yaitu kesulitan belajar yang mengacu pada gejala proses belajar yang tidak dapat berfungsi dengan baik, walaupun anak tidak menunjukkan adanya subnormal mental, gangguan alat indera ataupun gangguan psikologis yang lain.
4.      Under Achiever, adalah suatu kesulitan belajar yang terjadi pada anak yang memiliki potensi intelektual tergolong di atas normal tetapi prestasi belajar yang dicapai tergolong rendah.
5.      Lambat Belajar (Slow Learner) adalah kesulitan belajar yang disebabkan anak sangat lambat dalam proses belajarnya, sehingga setiap melakukan kegiatan belajar membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak lain yang memiliki tingkat potensi intelektual yang Sama.

B.  Kedudukan Diagnosa Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran
Keberhasilan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran ditandai dengan penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru   yang diwujudkan dalam bentuk nilai yang tinggi atau baik.  Sebaliknya peserta didik dikatakan belum berhasil dalam belajarnya atau gagal dalam belajar yang diwujudkan dalam bentuk nilai rendah.  Artinya peserta didik belum mampu menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Kaitannya dengan konsep belajar tuntas   (mastery learning) tingkat penguasaan bahan pelajaran biasanya ditetapkan antara 75% -   90%. Bila peserta didik belum mampu menguasai bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan, maka peserta didik tersebut harus dibantu sampai mencapai penguasaan bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan. John B.  Carol (1986) mengatakan: apabila peserta didik diberi kesempatan menggunakan waktu yang dibutuhkan untuk belajar, dan mereka menggunakan dengan sebaik-baiknya maka mereka akan mencapai tingkat hasil belajar seperti yang diharapkan.  Jadi  setiap  peserta  didik  yang  memiliki  kecakapan  normal, apabila diberi kecukupan waktu cukup untuk belajar , mereka akan mampu menyelesaikan tugas-tugas belajarnya selama kondisi yang tersedia menguntungkan. Lebih lanjut Caroll mengatakan bahwa hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh:
1.           Waktu  yang  tersedia  untuk  mempelajari  bahan  pelajaran  yang  telah ditentukan
2.           Usaha yang dilakukan peserta didik untuk menguasai bahan pelajaran
3.           Bakat yang dimiliki peserta didik
4.           Kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajarannya.
5.           Kemampuan peserta didik untuk mendapat manfaat yang optimal dari keseluruhan proses pembelajaran yang sedang dihadapi.

C.  Peserta Didik Berkesulitan Belajar
Blassic dan Jones (19760 mengemukakan karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar dapat ditunjukkan  dalam  karakteristik behavioral, fisikal, bicara dan bahasa, serta kemampuan intelektual dan prestasi belajar. Selain itu Sumadi Suryobroto (1984) mengemukakan bahwa peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui melalui kriteria-kriteria yang sebenarnya merupakan harapan dan sekaligus kriteria tersebut merupakan indikator bagi terjadinya kesulitan belajar. Adanya kesulitan belajar tersebut dapat diketahui atas dasar :
1.      Grade level, yaitu apabila anak tidak naik kelas sampai dua kali.
2.      Age  level,  yaitu  apabila  anak  yang  umurnya  tidak  sesuai  dengan kelasnya.
3.      Intelegensi level, terjadi pada anak yang mengalami under achiever.
4.      General  level,  terjadi  pada  anak  yang  secara  umum  dapat  mencapai prestasi sesuai dengan harapan, tetapi ada beberapa mata pelajaran yang tidak dapat  dicapai sesuai dengan  kriteria atau  sangat  rendah dimana siswa mengalami kesulitan belajar.
Sumadi   Suryabrata menggambarkan ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan adanya gangguan    aktivitas motorik, emosional, prestasi, persepsi, tidak dapat menangkap arti, membuat dan menangkap simbol, perhatian, tidak dapat  memperhatikan dan tidak dapat mengalihkan perhatian, dan gangguan ingatan.
Sedangkan Moh. Surya (1978) mengemukakan ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan belajar :
1.      Menunjukkan adanya hasil belajar yang rendah
2.      Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan
3.      Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar
4.      Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar
5.      Menunjukkan perilaku yang berkelainan
6.      Menunjukkan gejala emosi yang kurang wajar

Dapat disimpulkan bahwa peserta didik  yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan ciri-ciri sbb:
1.          Prestasi belajarnya rendah artinya nilai yang diperoleh dibawah nilai rata- rata kelompoknya.
2.          Usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar tidak sebanding dengan hasil yang dicapai
3.          Lamban dalam mengerjakan tugas dan terlambat dalam menyelesaikan atau menyerahkan tugas.
4.          Sikap acuh dalam mengikuti pelajaran dan sikap kurang wajar lainnya.

5.          Menunjukkan   perilaku   menyimpang   dari   perilaku   temannya   yang seusianya. Emosional, misalnya mudah tersinggung, mudah marah, pemurung.

D.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi  Kesulitan Belajar
Latar belakang terjadinya kesulitan belajar atau ketidakberesan dalam belajar  banyak  sekali  macam  ragamnya.  Tetapi  bila  penyebab  kesulitan belajar  itu  dikaitkan dengan  faktor-faktor  yang  berperanan dalam  belajar, maka penyebab kesulitan belajar itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok  besar  yaitu  faktor  yang  berasal dari  dalam  diri  pelajar  (faktor internal) yang meliputi: kemampuan intelektual, afeksi seperti perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan pengindraan seperti melihat, mendengarkan, dan merasakan(Fontana, 1981). Sedang faktor yang berasal dari luar pelajar (faktor eksternal) meliputi faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran yang meliputi: guru, kualitas pembelajaran,   instrumen atau fasilitas pembelajaran baik   yang   berupa hardware maupun software serta lingkungan, baik lingkungan social maupun lingkungan alam.
Menyimak   faktor-faktor   yang   mempengaruhi   kesulitan   belajar tersebut di atas, maka peserta didik mengalami kesulitan belajar atau ketidakberesan dalam belajar, ditunjukkan oleh hasil belajar yang rendah. Hal ini  disebabkan  oleh  berbagai  hal  seperti  yang  dikemukakan  oleh  Noehi Nasution. (1992: 215)
1.      Rendahnya kemampuan intelektual anak
2.      Gangguan perasaan atau emosi
3.      Kurangnya motivasi untuk belajar
4.      Kurang matangnya anak untuk belajar
5.      Usia yang terlampau muda
6.      Latar belakang sosial yang tidak menunjang
7.      Kebiasaan belajar yang kurang baik
8.      Kemampuan mengingat yang rendah
9.      Terganggunya alat-alat indra
10.  Proses belajar mengajar yang tidak sesuai
11.  Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar.

Untuk lebih lengkapnya, marilah kita simak pandangan ahli yang lain yang berkaitan dengan permasalahan belajar yang dialami peserta didik, baik faktor internal maupun eksternal. Dimyati dan Mudjiono(1994: 228-235) mengemukakan faktor-faktor internal yang mempengaruhi proses belajar sebagai berikut:
1.   Sikap terhadap belajar
2.   Motivasi belajar
3.   Konsentrasi belajar
4.   Mengolah bahan ajar
5.   Menyimpan perolehan hasil belajar
6.   Menggali hasil belajar yang tersimpan
7.   Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja
8.   Rasa percaya diri siswa
9.   Inteligensi dan keberhasilan belajar
10. Kebiasaan belajar
11. Cita-cita siswa

Sedang faktor eksternal yang berpengaruh terhadap proses belajar meliputi:
1.   Guru sebagai Pembina siswa belajar
2.   Sarana dan prasarana pembelajaran
3.   Kebijakan penilaian
4.   Lingkungan social siswa di sekolah
5.   Kurikulum sekolah

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka faktor-faktor yang mempengaruhi  kesulitan  belajar  dapat  disajikan  dalam  bentuk  diagram sebagai berikut:
Bagan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Keterangan:
Raw                                      : peserta didik
Learning Teaching Proses    : proses belajar mengajar atau proses pembelajaran
Environmental                      : faktor lingkungan
Instrumental                         : sarana dan prasarana penunjang proses belajar mengajar
Output                                  : peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran

E.  Pengenalan Kesulitan Belajar Peserta Didik
Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik, kita harus menentukan  faktor penyebab dari kesulitan belajar tersebut. Setelah faktor penyebab kesulitan belajar diketahui, kita baru dapat menentukan alternatif  bantuan yang diberikan. Untuk dapat menentukan kesulitan belajar peserta didik dengan tepat, maka kita harus mengumpulkan data selengkap mungkin, baik dengan teknik non tes maupun dengan teknik tes.
1. Teknik Nontes
Teknik nontes yang dimaksud disini adalah teknik pengumpulan data atau  keterangan  yang  dilakukan  dengan  cara:  wawancara,  observasi, angket, sosiometri, biografi, pemeriksaan kesehatan dan fisik, dan dokumentasi.

a.   Wawancara
Wawancara atau interview merupakan cara untuk memperoleh data atau keterangan degan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.
b.   Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan alat indra terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berikut ada beberapa petunjuk bagi observer dalam mengadakan observasi:
1.          Observer   perlu   memahami   terlebih   dahulu   apa   yang   akan dobservasi dan jenis gejala apa yang perlu dicatat.
2.          Meneliti tujuan umum dan khusus, apakah sudah sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, sehingga dapat  dijadikan dasar untuk menentukan apa yang harus diobservasi.
3.          Buatlah cara untuk mencatat observasi. Cara ini akan menghemat waktu dan menyeragamkan tata kerja observasi yang dilakukan terhadap banyak peristiwa.
4.          Adakan batasi dengan tegas macam-macam tingkat kategori yang akan digunakan.
5.          Adakan  observasi secermat-cermatnya  dengan pencatatan  yang sudah disederhanakan.
6.          Catatlah gejala-gejala secara terpisah.
7.          Ketahuilah  baik-baik  alat-alat  pencatat  dan  tata cara  mencatat sebelum melakukan observasi.

c.   Angket
Angket atau kuesioner adalah alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang diselidiki atau disebut responden, secara tertulis.
Bila  ditinjau  dari  cara  menjawabnya  angket  terbagi  menjadi  dua yaitu:
1)  Angket langsung
Angket yang diberikan kepada orang yang akan dikumpulkan datanya.

2)  Angket tidak langsung
Angket yang diberikan kepada orang lain yang dianggap mengetahui keadaan orang yang akan dikumpulkan datanya.
Bila ditinjau dari bentuk pertanyaannya angket dibedakan menjadi tiga yaitu:
1)  Angket tertutup
Pertanyaan yang dijawabnya sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan dirinya.
2)  Angket terbuka
Pertanyaan-pertanyaan dalam angket yang memberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan jawaban seluas-luasnya. Angket terbuka ini tepat digunakan untuk mengungkap pendapat seseorang tentang sesuatu.
3)  Angket tertutup terbuka
Angket yang terdiri dari angket tertutup, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, namun bila jawaban tidak ada yang sesuai menurut responden, maka responden diberi kesempatan untuk mengemukakan jawaban sesuai dengan keadaan responden.
Dalam pelaksanaannya ada  beberapa  hal yang  harus diperhatikan dalam menggunakan angket:
1.      Gunakan angket dalam keadaan atau situasi yang setepat- tepatnya.
2.      Tentukan terlebih dahulu tujuan kuesioner/angket, baik tujuan umum maupun khusus.
3.      Tentukan dan susunlah pertanyaan-pertanyaan sebaik-baiknya:

a.       Pertanyaan harus singkat dan jelas(mudah dimengerti)

b.      Jangan sampai ada pertanyaan yang terulang

c.       Pertanyaan harus tegas, artinya jangan meragukan responden d)  Pertanyaan jangan sampai menimbulkan pertanyaan
d.      Pertanyaan   jangan   sampai   menimbulkan   hal-hal   yang memalukan.
4.      Pertanyaan disusun menurut aspeknya atau kategorinya atau golongan-golongannya, agar lebih sistematis sehingga mudah menganalisisnya.
5.      Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data dari responden yang sesungguhnya , maka angket yang telah tersusun sebelumnya diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kesalahan-kesalahan baik kesalahan redaksional maupun isi materi.

d.   Dokumentasi
Dokumentasi  merupakan  suatu  cara  mengumpulkan  data  dengan jalan mengutip dari sumber catatan yang sudah ada

e.   Pemeriksaan fisik dan kesehatan
Pemeriksaan   fisik   berkaitan   dengan   pengumpulan   data   yang berkaitan dengan kondisi dan perkembangan fisik, misalnya kecacatan yang dimiliki, bentuk tubuh dan wajah yang kurang menarik. Sedang pemeriksaan kesehatan berkaitan dengan masalah penyakit yang diderita seseorang. Dalam hal ini peran dokter sangat dibutuhkan dalam memberikan informasi tentang kesehatan seseorang.

2. Teknik Tes
Teknik tes adalah teknik pengumpulan data atau keterangan yang dilakukan dengan memberikan tes. Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus  dijawab  dan  atau  perintah-perintah  yang  harus  dijalankan,  yang didasarkan  atas  jawaban  testee  terhadap  pertanyaan-pertanyaan  atau melakukan  perintah  itu  penyelidik  megambil  kesimpulan  dengan  cara membandingkannya   dengan   standar   atau   testee   yang   lain(sumadi Suryoboto,1984). Selanjutnya dalam hal ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.   Tes hasil belajar
Tes yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran  yang  telah  disajikan  dalam  proses  pembelajaran  dalam bentuk ulangan, ujian, atau dalam bentuk evaluasi yang lain.
b.   Tes psikologis
Teknik pengumpulan data yang bersifat potensial yaitu data tentang kemampuan yang belum nampak yang dimiliki seseorang, misalnya bakat, inteligensi, minat, kepribadian, sikap, dan sebagainya.

BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
Dalam proses pembelajaran, tugas guru tidak hanya sekedar menyampaikan atau mentransfer ilmu atau bahan pelajaran kepada peserta didik. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Kegiatan memahami kesulitan belajar peserta didik ini dikenal dengan istilah diagnosa kesulitan belajar. Keberhasilan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran ditandai dengan penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru   yang diwujudkan dalam bentuk nilai yang tinggi atau baik. Sebaliknya peserta didik dikatakan belum berhasil dalam belajarnya atau gagal dalam belajar yang diwujudkan dalam bentuk nilai rendah. Artinya peserta didik belum mampu  menguasai  bahan  pelajaran  yang  diberikan  oleh  guru  sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Penyebab kesulitan belajar itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelajar (factor internal) yang meliputi: kemampuan intelektual, afeksi seperti perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan pengindraan seperti melihat,  mendengarkan,  dan  merasakan(Fontana,  1981).  Sedang factor yang  berasal dari luar  pelajar  (factor  eksternal)  meliputi faktor- faktor yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran yang meliputi: guru, kualitas pembelajaran,  instrumen atau  fasilitas pembelajaran baik yang berupa hardware maupun software serta lingkungan, baik lingkungan social maupun lingkungan alam.



DAFTAR PUSTAKA


Sugihartono,dkk. (2007). Psikologi Pedidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Abin, S.M. (2002) Psikologi Pendidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Koestoer Partowisastro dan A. Hadisuparto. (1998) Diagnosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar : Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Siti Mardiyati et al. (1994) Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta : Penerbit UNS.

Warkitri, H. et al. (1990) Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta : Karunika.

Comments

Popular posts from this blog

ALAT PERAGA DAN MEDIA PEMBELAJARAN

untuk versi word klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Jika kita melihat dinamika kehidupan ini, kita sudah tentu pasti melihat bahwa dunia ini terus mengalami perubahan demi perubahan. Perubahan tersebut adalah cenderung perubahan yang membawa ke hal yang lebih baik dari sebelumnya. Kita misalkan saja pada masalah teknologi yang semakin berkembang pesat menjadikan kita dituntut untuk mampu mengikuti arus tersebut. Mengikuti arus perkembangan zaman sangat perlu kita lakukan agar kita tidak termasuk orang yang tertinggal yang disebut kuno. Terkhusus untuk perkembangan teknologi, perkembangan ini sangat mempengaruhi berbagai bidang kehidupan kita di dunia hampir pada seluruh aspek kehidupan kita, baik itu dalam bidang sosial, budaya dan sebagainya. Begitu juga dalam dunia pendidikan, kita sangat membutuhkan teknologi demi kemajuan pendidikan yang lebih baik daripada sebelumnya. Dengan masuknya teknologi dalam dunia pendidikan, lembaga atau instansi pendidikan

Sistem Numerasi

Untuk versi word lebih jelas :), klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang             Konsep bilangan dan pengembangannya menjadi sistem angka muncul jauh sebelum adanya pencatatan sejarah, sehingga evolusi dari sistem itu hanyalah merupakan dugaan semata. Petunjuk mengenai awal manusia mengenal hitungan ditemukan oleh arkeolog Karl Absolom pada tahun 1930 dalam sebuah potongan tulang serigala yang diperkirakan berumur 30.000 tahun. Pada potongan tulang itu ditemukan goresan-goresan kecil yang tersusun dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas lima, seperti lllll lllll lllll. Sehingga  tidak diragukan lagi bahwa orang-orang primitif sudah memiliki pengertian tentang bilangan dan mengerjakannya dengan metode ijir (tallies), menurut suatu cara korespondensi satu-satu. Ijir adalah sistem angka yang berlambangkan tongkat tegak.             Jadi dapat kita buktikan bahwa orang orang terdahulu telah mengenal tulisan namun mereka tikak menggunakanangka untuk menghitung

Makalah Kurikulum 1994

untuk versi word klik di sini BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan pendidikan. Secara sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara pemberian nilai pencapaian belajar di kurun waktu tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu kurikulum sudah barang tentu bukan perkara gampang. Banyak faktor yang menentukan dalam proses lahirnya sebuah kurikulum. Dalam merancang kurikulum biasanya dibentuk suatu tim kerja khusus yang dapat berupa lembaga resmi, misalnya seperti Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Kurikulum sampai saat ini sebagai satu-satunya lembaga resmi bermandat menelurkan kurikulum bagi sekolah penyelenggara pendidikan nasional Indonesia. T